Heera melirik kearah Keenan yang duduk termenung di sebelahnya, sejak masuk ke dalam taksi Keenan tak lepas memandang kearah luar jendela dan mendiamkan Heera. Meski Heera sama bungkamnya, tapi di kepala gadis itu berisik dan bertanya-tanya tentang Keenan yang memanggil Yuna dengan sebutan bunda, entah Keenan terbawa perasaan saking dekatnya dengan Yuna selama beberapa minggu ini, atau anak itu sudah mengetahui bahwa Yuna adalah Ibu kandungnya.
"Hiks..." Keenan terisak kecil, membuat Heera dengan sigap merangkul anak itu.
"It's okay, Keenan... Pasti bunda bakal datang dan main lagi sama kamu." kata Heera berusaha menenangkan.
"Kalau dari awal aku tau tante Yura adalah bunda Yuna, mungkin aku bakal lebih baik lagi ke bunda Yuna." Heera mematung saat Keenan berbicara seperti itu. Perlahan pelukan Heera semakin mengerat, Heera benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikir Keenan yang tidak wajar di usianya.
"Selama ini kelakuan kamu ke bunda Yuna suda
"Akhirnya di ACC!" Heera keluar dari ruang dosen pembimbingnya sambil tersenyum cerah. Kabar yang sudah lama ia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Skripsinya sudah di ACC.Tak ingin senang sendirian, Heera mengambil ponselnya yang berada didalam saku celana bahan yang ia kenakan. Dengan cepat jemari Heera mendial nomor milik adiknya. Ia mengabari ke adik dan ibunya kalau skripsinya sudah di acc dosen dan ia akan segera mendaftar sidang. Tentu saja, sang Ibu dan adiknya turut gembira mendengar kabar itu."Semoga di lancarkan sampai wisuda ya, Ra."Heera membekap mulutnya, menahan tangis mendengar doa sang ibu, Heera percaya, berdirinya ia sampai di titik ini pasti berkat doa ibunya yang selalu mengiringi."Aamiin, ibu sehat-sehat ya, insha Allah aku pulang minggu depan." ujar Heera, tanpa gadis itu tahu, ucapannya berhasil mengundang senyum sang ibu di sebrang sana.Setelah pembicaraan virtualnya dengan Ibu selesai, Heera kembali memasuk
Adelio: bang, Lio punya informasi penting tentang Heera hari iniSean yang sedang fokus bekerja langsung terkecoh dengan notifikasi pesan dari Adelio, dengan secepat kilat Sean meraih ponselnya dan mengetik balasan pesan.Sean: apa?Adelio: tf dlu 2jutaSean mendengus jengkel, meski dongkol tapi ia tetap membuka aplikasi m-banking dan mengirim uang ke rekening Adelio sebanyak yang adik sepupunya itu pinta.Sean: sudah saya tfAdelio: skripsi Heera udah di acc sma dospem nyaSenyum lebar seketika terlukis di wajah Sean, ia ikut merasa lega dan bahagia mendengarnya. Ia harus membuat perayaan untuk kabar gembira ini!Sean menutup laptopnya, ia bangkit dari duduknya, melupakan pekerjaannya yang sebenarnya belum selesai ia jamah. Seraya berjalan keluar dari ruang kerjanya tangan Sean sibuk mengetik pesan ke Mamah dan Ayahnya. Sean berencana untuk mengadakan makan malam bersama Heera, Keenan dan kedua orang tuanya.***
Heera salah mengira, ternyata bukan acara makan relasi seperti yang ia pikirkan."Cantik banget kamu malam ini, sayang..." Heera tersenyum malu saat mendengar pujian yang Lucia lemparkan padanya. Ya, Lucia, wanita dengan dress simple namun tetap glamor itu ada di sini, duduk bersebelahan dengan Adi yang terlihat berwibawa dengan suit hitamnya, walau tidak muda lagi, tapi ketampanan Adi mampu menyaingi Sean malam ini."Duduk, Ra." perintah Sean sambil menarik kursi di sampingnya yang sengaja ia kosongi untuk Heera."Terimakasih, pak." ujar Heera lalu mendaratkan bokongnya di kursi yang Sean sediakan."Aku kira Ayah akan mengajakku ke acara teman kantornya, ternyata makan malam bersama nenek dan kakek, ya." celetuk Keenan menarik penuh perhatian dari keluarga Rangadi. Keenan berhasil membuat yang mendengarnya tertawa kecil."Tante juga mengiranya begitu, Ken." timpal Heera. Sebenarnya masih ada sisa rasa terkejut dalam dirinya saat mengetahui k
Sesuai dengan permintaan Lucia, sore ini setelah menjemput Keenan dari sekolah Heera dan Sean langsung menuju ke salah satu Mall terbesar di ibu Kota, tempat janjian mereka dengan Lucia dan Adi. Walaupun yang di ajak jalan ke Mall cuma Heera dan Keenan saja, tapi Sean memaksa untuk ikut, pria itu bahkan langsung menyudahi pekerjaannya di kantor demi mengantar Heera dan Keenan ke tempat janjian. Itu Sean lakukan karena ia tidak ingin ketinggalan moment kebersamaan dengan Heera.Meski lalu lintas Jakarta lumayan padat merayap, tapi Sean berhasil sampai di basement Mall dengan selamat."Jangan keluar dulu, Ra." perintah Sean saat Heera sudah bersiap ingin keluar dari mobil usai melepas seatbelt nya."Kenapa, pak?" tanya Heera bingung, namun ia tetap diam, patuh dengan perintah sang majikan.Sean hanya mengulas senyum tipis saja tanpa menjawabnya, ia turun dari mobil lalu melangkah ke pintu penumpang, membukakan pintu untuk Heera turun."Astaga, pak Se
Arta: lo dimana, ra?Pesan masuk dari Arta membuat Heera menunda makannya untuk membalas pesan dari pemuda favoritnya itu.Heera: lagi makanBalas Heera tak ingin membalas pesan dari Arta terlalu detail, dan membuat jawabannya tidak nyambung dengan apa yang Arta tanyakan. Heera tidak ingin membuat Arta kesal jika pemuda itu tahu bahwa ia sedang makan sama Sean dan keluarganya.Arta: berarti itu benar lo yaArta: coba nengok ke sebelah kananPraktis Heera menolehkan kepalanya ke arah yang Arta perintahkan. Kedua mata bening gadis itu melebar, tatapannya langsung bertemu dengan kilat mata Arta yang menajam tepat tertuju kepadanya. Ternyata pemuda itu sedang makan di restaurant yang sama dengannya dan hanya berjarak dua meja saja. Heera menatapi kursi-kursi di sekitar meja Arta yang diduduki oleh sepertinya keluarga dari cowok itu. Usai mengulas senyum tipis ke Arta, Heera ke
Sejak bertemu Sean, Heera merasa tidak pernah ada ketenangan dalam dirinya. Memang, mengenal Sean juga membawa banyak ke bahagian untuknya, terlebih Keenan. Pria itu juga banyak membantu dan bahkan sampai menjatuhkan hati padanya. Dan menurut Heera, hal itu yang membuat semuanya berubah. Karena mereka sudah melibatkan perasaan. Ini lah kenapa Heera tidak pernah suka dengan yang namanya jatuh cinta, merepotkan! Belum selesai urusan dengan Sean, datang masalah baru, Arta. Semuanya pun menjadi lebih rumit setelah pemuda itu menyatakan perasaan kepadanya. Tentu saja, masalah utama juga sama, perasaan. Mimpi apa Heera sampai berhasil mendapatkan dua hati pria dengan visual dan latar belakang hidup yang sempurna? Tentu sangat bertolak belakang dengan hidupnya. Kedua pria itu sama-sama kaya, berbeda dengannya yang hanya gadis desa. Ah, memikirkan hal itu hanya membuatnya merasa tertampar. Sepantas apa dirinya sampai bisa menda
Heera tutup mulut, memilih untuk tidak mengubar masalahnya dengan Arta, meski pertemanannya dengan ketiga bujang di hadapannya itu sudah seperti permen karet ketemu rambut, sudah di pisahin."Biar gue yang selesaiin masalah ini sama Arta." kekeh Heera sudah bersiap akan beranjak dari kursinya."Seengaknya bilang ke kita apa masalahnya?" desak Adelio sudah tak tahan. Ia sudah memaksa Heera, tapi tidak juga mempan.Heera bangkit dari duduknya, sebelum beranjak pergi Heera menyempatkan diri untuk membalas ucapan Adelio."Gue ceritain kalau masalahnya udah selesai. Percaya ya sama gue? Gue bisa kok selesaiin masalah ini berdua tanpa ngerepotin kalian." Dan setelah mengatakan itu, Heera langsung berlari kecil menuju pintu keluar. Ketiga temannya hanya bisa menghembuskan napas pasrah melihat akan hal itu."Kayaknya Tuhan ciptain mulut Heera dengan bahan yang beda sama cewek lain." celetuk Adelio yang sedang menahan rasa dong
Ponsel Heera tidak henti-hentinya berbunyi, namun Heera memilih mengabaikannya karena itu notifikasi dari grup yang sedang ramai saat ini. Heera malas untuk membacanya, dia juga malas untuk membalas, palingan para bujang itu hanya penasaran dengan kelanjutan masalahnya dengan Heera. Runyam, masalahnya bertambah runyam. Niat Heera datang untuk menjenguk Arta dan memaafkan perkataan cowok itu yang kemarin tidak sengaja menyakitinya, tapi hasilnya kembali sakit hati yang ia dapatkan, kali ini lebih dalam dan secara sengaja. Baru kali ini Heera bertemu dengan manusia seperti mamanya Arta, sangat dingin dan tidak memikirkan perasaan orang ketika berbicara. Tapi mau bagaimana, mau melawan pun Heera sudah pasti tidak apa-apanya, lagi pula, Heera di ajarkan sopan santun oleh ibunya untuk tidak membantah ucapan orang tua. DRTTTTT Heera yang melamun seketika tersadar saat ponsel di genggamannya bergetar. Arta is calling... Hembusan napas p