Cerahnya mentari menghiasi lapangan luas SMA Negeri Graha Gemilang. Banyak remaja berseragam putih abu-abu yang duduk memenuhi setengah lapangan itu. Mereka sedang bercengkerama satu sama lain. Tampaknya, acara hari ini membuat para peserta MPLS semakin akrab.
Demo ekskul. Mereka sangat antusias dengan acara ini. Tentu saja, mereka akan disuguhi penampilan spektakuler dari kakak-kakak ekskul di SMA GG. Tujuannya agar siswa-siswi baru itu tertarik dan ingin bergabung dengan ekskul kesukaannya.
Rupanya, SMA GG sangat layak dijuluki sebagai 'sekolah favorit' di kota ini. Bukan hanya dapat ditempati oleh siswa-siswi berprestasi saja, tetapi ekstrakurikuler disana pun banyak dan tentunya menjadi kebanggaan sekolah itu.
Satu per satu pembawa acara menyebutkan ekstrakurikuler yang akan tampil. Mulai dari basket, voli, futsal, silat, paskibra, badminton, kabaret, art and design, KIR atau Karya Ilmiah Remaja, pramuka, w
Seorang gadis sedang berjalan santai menyusuri perumahan cluster yang berada di pusat kota Jakarta. Bangunan-bangunan bertingkat yang berhimpitan satu sama lain, memiliki gaya minimalis dan modern.Sasya mengenakan busana hitam yang dipadu dengan warna putih. Kaos hitam kebesaran yang sengaja ia masukkan ke dalam celana kulot hitamnya, hingga menciptakan penampilan yang kasual dan minimalis.Tampilannya semakin modis dengan sneaker putih yang melekat di kedua kakinya. Ia menyematkan topi putih di kepalanya dan menyampirkan tas selempang hitam di bahunya yang menambah kesan elegan dan juga modern.Terdapat beberapa sub-kompleks dengan desain rumah yang berbeda-beda, tetapi tak ada satu pun pagar yang berdiri di depan rumah itu. Hanya terdapat satu gerbang utama yang dijaga ketat oleh satpam.Sasya menghentikan langkahnya tepat di depan rumah nomor sepuluh dari gerbang kom
Suara azan Magrib mendengung di seluruh penjuru SMA Negeri Graha Gemilang. Kaum Adam berbondong-bondong memasuki area masjid di dalam sekolah. Mereka berlarian untuk berwudu dan menduduki saf paling pertama.Seiring waktu berjalan, setiap saf mulai ditempati para jemaah laki-laki. Muazin pun mulai mengumandangkan ikamah. Mereka berdiri dan bersiap untuk menunaikan salat berjemaah.Durasi yang terbilang cukup singkat, mereka telah selesai menjalankan kewajiban sebagai umat muslim. Satu per satu, mereka meninggalkan area masjid dengan candaan dan tawaan yang mengiringi langkah mereka.Beramai-ramai, mereka menelusuri koridor sekolah yang sedikit terang. Langit yang gelap dan suara merdu jangkrik menjadi pelengkap kebersamaan mereka.Mereka mengarahkan langkahnya menuju kawasan khusus laki-laki. Perlahan, gerombolan laki-laki itu menghilang dari koridor. Mereka semua memasuki baraknya masing-masing.
Hari Minggu merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya oleh kebanyakan orang. Hari yang digunakan untuk beristirahat sejenak selepas melakukan aktivitas rutin di hari kerja.Tak bisa dipungkiri, anak sekolah pun ikut menuntut kebebasan di hari yang spesial itu. Walaupun, hanya sekadar menjernihkan otak usai menggarap ilmu yang tak sedikit di sekolah.Buktinya, seorang pemuda tengah duduk bersantai di atas sofa sambil menonton acara televisi kesukaannya. Sesekali, ia tertawa saat menyaksikan adegan lucu dari televisi itu.Seorang wanita paruh baya yang mengenakan daster kekinian, menghampiri pemuda tersebut. Ia terus menerus memanggil nama pemuda itu. Namun, tak terdengar sahutan dari sang empu. Mungkin, pemuda itu tak mendengar panggilannya, pikir wanita itu.Sesampainya di sana, wanita itu langsung duduk di samping pemuda tersebut. Merasa ada pergerakan di sofa, pemuda itu menoleh dan mendapa
Tap, tap, tap! Seorang pria berpakaian dinas sedang berjalan di koridor lantai dasar SMA Negeri Graha Gemilang. Ia menyapa setiap orang yang tak sengaja berpapasan dengannya. Senyuman manis senantiasa terlukis di pipinya yang sedikit gembul. Derap langkahnya terhenti di depan pintu kelas X IPA 7. Ia mengetuk pelan pintu yang menjulang tinggi di hadapannya. Merasa tak ada respon dari dalam, ia membuka pintu itu dan melangkah masuk ke dalam kelas tersebut. Ia duduk di kursi guru. "Assalamualaikum ... selamat pagi, murid-muridku tercinta." "Waalaikumussalam, bapak guruku tercinta," balas semua murid dengan tersenyum kikuk, kecuali seorang gadis yang duduk sendiri di pojok kelas. "Sudah masuk semua? Atau ... masih ada yang di luar?" tanya pria itu dengan nada lembut. Semua murid saling pandang, kecuali gadis itu. Mereka bertanya melalui kode mata. Selam
"Diharap perwakilan dari setiap kelas X untuk segera berkumpul di ruangan OSIS!"Suara itu kembali terdengar untuk kedua kalinya di seluruh penjuru SMA GG. Semua murid yang ada di kelas melirik pemuda yang sedang menelungkupkan kepala di atas lipatan kedua tangannya.Mereka tersenyum licik menatap satu sama lain. Kemudian, mereka kembali melirik pemuda yang sedang tertidur pulas itu. Bagaimana tidak disebut pulas? Suara pengumuman tadi saja, tak mampu mengganggu ketenangannya."Satu.""Dua.""Tiga."Duk, duk, duk, brak, duk, brak, duk, duk, brak, duk, brak!"Rendy! Bangun, oy!" teriak mereka sembari memukul dan menggebrak meja untuk membangunkan Rendy."Allahu Akbar!" pekik Rendy, ia terlonjak kaget dan refleks membuat matanya yang tertutup menjadi terbuka lebar."Wahahahaha ...." Mereka tertawa terpingkal-pingkal
"Assalamualaikum, Bunda," ucap Arsa saat menutup pintu rumahnya. "Bunda ...," panggil Arsa. Tak ada sahutan dari siapa pun. "Lah, ini pada ke mana? Rumah, kok, sepi kek kuburan," kata Arsa sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang tamu. Arsa berjalan melewati ruang tamu yang cukup luas itu. Ia terus saja melangkah sampai di ruang keluarga. Remaja bertubuh jangkung itu melihat Alma yang sedang bersandar di sofa sambil serius menonton sinetron di televisi. Tak lupa, camilan yang selalu Alma masukkan ke dalam mulutnya. Mungkin Alma tak menyadari kedatangan dirinya. "Bunda," panggil Arsa seraya berjalan mendekati Alma dan duduk di sampingnya. Alma menoleh. "Eh, si bungsu udah pulang." Arsa menyalimi tangan Alma. "Iya, Bun. Tumben di sini? Biasanya, kalo sore Bunda lagi berduaan sama laptop." "Kayak apa aja berduaan." Arsa menyengir kuda sembari menggaruk tengkuknya yang sedikit gatal.
Seperti yang diucapkan oleh Dara tadi sore, El dan Dara akan pergi berkencan, atau lebih tepatnya reunian di salah satu kedai bakso. Selepas salat Isya, kedua kakak-beradik ini tengah bersiap-siap di kamarnya masing-masing. Hampir setengah jam, mereka tak kunjung keluar dari ruang pribadinya. Entah apa yang mereka lakukan di dalam sana. Cklek! Kedua pintu kamar yang saling berhadapan, kini terbuka bersamaan. Sudah tentu, El dan Dara yang membukanya. Mereka saling pandang satu sama lain. El menyorotkan netranya pada gadis yang ada di hadapannya kini. Ia melihat penampilan lawan jenisnya dari atas kepala, hingga ujung kaki. Begitu pun sebaliknya. Tampaknya, mereka telah merencanakan pakaian yang mereka kenakan kali ini. Bagaimana tidak? Keduanya memakai busana yang berbau hitam dan putih. Sungguh, mereka sangat kompak malam ini. Baju atasan berwarna hitam dan putih, alias monokrom melekat indah di tubuh Dara yang tinggi bak seorang mod
Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di tepi jalan raya. Kedua pintu mobil terbuka bersamaan. Menampilkan seorang lelaki dan perempuan dengan pakaian seiras yang melekat di tubuh keduanya. Ya, mereka El dan Dara.El yang berwajah datar itu mengitari mobil dan menghampiri Dara. Mereka berdua berjalan santai memasuki sebuah kedai bakso yang berada tepat di seberang apartemen terkenal di kota itu.Kedai Bakso Pak Malih. Tulisan yang tertera jelas di spanduk yang menggantung tepat di hadapan gerobak bakso tersebut. Banyak pengunjung yang berlalu lalang memasuki area itu. Hampir semua tempat duduk yang disediakan, telah ditempati oleh para pelanggan Kedai Bakso Pak Malih.Meja kedua dari pojok kedai itu tampak segerombolan perempuan sedang tertawa menanggapi lawakan dari satu temannya. Tatapan matanya bagaikan melepaskan kerinduan yang amat mendalam. Sepertinya, baru kali ini mereka kembali bersua.El dan Dara tampak kebingungan m