MasukProkk! Prokk! Prokk!
“ Woaahh, hebat. Anda dengar pak guru? Wahai pak guru yang terhormat kemana telinga anda! “ pekik Erinna yang membuat guru itu terdiam tak berkutik.
“ Nyonya Laverent! Anak anda bermasalah, mengapa anda ikut membuat masalah! “ kini ibu temannya Xavier ikut berbicara, ia adalah Nyonya Butler.
Istri dari seorang salah satu manager hotel bintang lima yang cukup terkenal.
“ Nyonya Butler, seharusnya anda sadar diri dengan ucapan anda. Yang bermasalah putra anda! “ teriak Erinna di hadapan wajah Nyonya Butler.
Wanita bertubuh gemuk dengan riasan yang glamor. Dan jangan lupakan perhiasan yang menghiasi tubuhnya, sudah seperti toko emas berjalan.
“ Apa maksud anda, putra saya mengatakan kebenaran. Bukannya anda hanya ibu tiri, bahkan semua orang juga tahu itu. “
Ucapan Nyonya Butler benar-benar menyulut emosi Erinna. Ia dengan sengaja langsung menarik rambut wanita gemuk di hadapannya.
Tak tinggal diam, Nyonya Butler juga melakukan hal yang sama.
“ Minta maaf pada putraku, atau aku takkan melepaskan mu! “ pekik Erinna dengan kesal.
“ Kau yang seharusnya meminta maaf! Akan ku panggil suamiku! “ seru Nyonya Butler yang tak mau kalah.
Guru muda itu menjadi bingung, ia berusaha melepaskan keduanya. “ Nyonya Laverent, Nyonya Butler tolong tenang. “ serunya namun tak dihiraukan.
“ Panggil sana suami mu! Aku juga bisa memanggil suamiku! “ geram Erinna.
“ Mah, udah mah lepasin aja. “ Xavier berusaha menarik Erinna.
Anak itu tidak mau sampai ayahnya juga harus datang. Sementara Erinna, wanita itu tetap tidak mau kalah. “ Ngga, ini ngga bisa dibiarin. Mereka anggap apa mama ini. “
Keduanya terus saling menarik rambut, berteriak dan tak peduli dengan tempat dimana mereka berada sekarang.
“ Pak guru tolong bantu ibuku. Xavier aku minta maaf, tolong biar mama kamu lepasin ibuku. “ mohon anak itu.
Mendengar itu, Erinna melepaskan cengkraman tangannya. Ia beralih pada teman Xavier itu, “ Anak pinter, tau kan kesalahan kamu dimana? “ tanya Erinna penuh senyum dan intimidasi.
Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. “ Iya tante, maafin aku. “
“ Tante tante, panggil aku kakak. Aku masih muda. “ seru Erinna tak terima.
“ Iya, kakak. Aku minta maaf, maafin ibuku juga. “ seru anak itu yang ketakutan.
“ Nah, gitu dong daritadi. “ Erinna tersenyum senang.
Jangan tanya ekspresi tiga orang lainnya, wanita berusia tiga puluh dua tahun tapi ingin di panggil kakak oleh anak berusia sepuluh tahun?
Manusia gila macam apa Erinna ini.
“ Baiklah, Pak. Sepertinya masalahnya selesai, saya harap hal ini tidak terulang lagi! “ seru Erinna pada guru di hadapannya yang terdiam.
“ I-iya Nyonya. “
“ Ini sudah jam pulang kan? Kalau begitu saya izin membawa anak saya pulang. Bay! “
“ Iya, iya Nyonya silahkan. “
Erinna menarik Xavier pergi dari sana. Anak itu masih terkejut dengan tindakan Erinna, ia hanya bisa diam saja.
Saat di parkiran, Xavier menarik tangannya yang dipegang Erinna. “ Ada apa? “ tanya Erinna dan berbalik menatap Xavier.
“ Maafkan aku, Mah. Aku mengganggu waktu mama, tolong jangan usir aku dari rumah. “ ucap Xavier sambil tertunduk.
Kedua tangannya meremas lutut, menahan rasa takut terhadap ibu tirinya itu.
Erinna berjongkok agar mensejajarkan tingginya. “ Kamu bicara apa, sayang? Mama ngga mungkin usir kamu. “ ucap Erinna.
Tangan wanita itu terangkat mengusap kepala putranya. Ia kemudian menarik ke pelukannya. “ Mama minta maaf, ya. Sebelumnya mama udah jahat sama kamu. “
Xavier terdiam saat Erinna memeluknya lagi untuk kedua kalinya. Kali ini ia membalas pelukan itu, air matanya tumpah ruah.
Untuk pertama kalinya ia merasakan kasih sayang Erinna. Wanita yang selama ini ia anggap sebagai ibu, kini mengakui ia sebagai putranya.
“ Apa aku anak mama? “ tanya Xavier di sela Isak tangis nya.
“ Iya dong, siapa lagi anak mama kalau bukan kamu? “ balas Erinna.
Ia bisa merasakan kesedihan yang dirasa oleh Xavier. Dirinya tidak akan membuat anak itu menderita lagi.
Setelah pelukan itu terlepas, Erinna mengusap sisa air mata Xavier dengan ibu jarinya. “ Sudah ya, anak mama hebat. Mama ngga mungkin usir kamu. “
Anak kecil itu kini tersenyum, ia mengangguk senang.
Takh! Takh! Takh!Suara heels yang bersahut-sahutan itu memenuhi ruangan. Erinna sudah mendapatkan jadwal dari sang manager sebelum ia tiba di sana. Ia harus segera bersiap untuk pemotretan. Pemotretan dengan pakaian yang cukup terbuka, memperlihatkan keindahan lekuk tubuhnya itu adalah hal yang paling disukai Erinna.Akan tetapi, tidak dengan Erinna yang sekarang. “ Astaga, ini seriusan aku pake baju begini. “ keluh Erinna melihat baju ditangannya.“ Er, ayo. Udah siap belum. “ seru Olivia, manager Erinna.Erinna kembali keluar. Melihat ia yang belum berganti pakaian tentu membuat Olivia bingung. “ Ganti baju kamu, kenapa masih pake baju tadi? “Erinna merasa tidak nyaman saat akan mengatakannya. “ Baju ini terlalu terbuka, apa ngga ada yang lain? “ tanyanya dengan ragu.“ Ayolah, biasanya kamu ngga permasalahkan. Ayo, jadwal kamu masih padat hari ini. “ balas Olivia yang tidak mau tahu.Erinna mendengus kesal. Sepertinya ia harus terbiasa lagi dengan pakaian-pakaian terbuka ini.Ya
Arlo menarik Erinna ke ruangannya sebelum wanita itu berjalan lebih jauh. “ Ikut aku sebentar. “ serunya tanpa aba-aba.Cengkraman Arlo ditangannya cukup kuat, Erinna menarik cengkraman itu. “ Lepasin, aku bisa jalan sendiri. “ Ia mengibaskan tangannya yang terasa sakit akibat cengkraman pria itu. Untuk apa Arlo membawanya ke ruangan, sementara dirinya ada jadwal pemotretan sebentar lagi.Brugh!Pintu ditutup dengan keras, bahkan Arlo menguncinya. Hal itu membuat Erinna berkedip-kedip, sedikit takut dengan tindakan Arlo. “ Kenapa lagi suami durjana ini. “ batin Erinna.“ Kamu bilang aku apa? “ tanya Arlo tidak terima.Erinna bingung dengan ucapan Arlo, ia tidak mengatakan apapun. Apa yang dimaksud pria itu. “ Apa? Aku daritadi diam saja. “Arlo terdiam. Ada benarnya, sedari tadi Erinna belum berbicara. Lalu, muncul darimana suara itu. “ Apa itu suara hatinya? “ batin Arlo. “ Kamu mau bicara apa? Ya ampun, aku harus bekerja. “ keluh Erinna yang hanya melihat Arlo melamun.Mata tajam
Keesokan paginya. Matahari bersinar dengan langit yang cerah, menandakan hari ini akan panas. Semuanya sudah bangun, dan mereka bersiap untuk sarapan. Arlo baru bergabung saat Erinna dan Xavier sudah di sana.“ Mau pakai selai apa? ““ Aku mau selai strawberry aja, Mah. “Apa ini? Satu alis Arlo terangkat melihat kedekatan Xavier dan Erinna yang tidak biasanya. Erinna mengoleskan selai pada roti untuk Xavier, tapi kali ini ia abai padanya.“ Ekhem! “Saat akan menyuapkan makanan ke mulut nya, gerakan Erinna terhenti oleh suara Arlo. “ Apa! ““ Kamu ngga siapin roti buatku? “ tanya Arlo.Erinna kembali menyimpan makanannya, ia mengambil selembar roti lagi dan hendak mengoleskan selai strawberry di atasnya.“ Kamu ngga tanya aku mau pakai selai apa? “Erinna menarik napasnya dalam dan tersenyum. “ Mau pakai selai apa suamiku? “ tanya Erinna selembut mungkin.Melihat itu Xavier tertawa, tidak biasanya ia melihat Erinna begitu malas melayani sang ayah. “ Pah, mama sudah lapar. Kenapa pap
Prokk! Prokk! Prokk!“ Woaahh, hebat. Anda dengar pak guru? Wahai pak guru yang terhormat kemana telinga anda! “ pekik Erinna yang membuat guru itu terdiam tak berkutik.“ Nyonya Laverent! Anak anda bermasalah, mengapa anda ikut membuat masalah! “ kini ibu temannya Xavier ikut berbicara, ia adalah Nyonya Butler.Istri dari seorang salah satu manager hotel bintang lima yang cukup terkenal.“ Nyonya Butler, seharusnya anda sadar diri dengan ucapan anda. Yang bermasalah putra anda! “ teriak Erinna di hadapan wajah Nyonya Butler.Wanita bertubuh gemuk dengan riasan yang glamor. Dan jangan lupakan perhiasan yang menghiasi tubuhnya, sudah seperti toko emas berjalan.“ Apa maksud anda, putra saya mengatakan kebenaran. Bukannya anda hanya ibu tiri, bahkan semua orang juga tahu itu. “Ucapan Nyonya Butler benar-benar menyulut emosi Erinna. Ia dengan sengaja langsung menarik rambut wanita gemuk di hadapannya.Tak tinggal diam, Nyonya Butler juga melakukan hal yang sama.“ Minta maaf pada putrak
Langit sudah gelap, menandakan bahwa saat ini sudah malam. Evan segera berpamitan pulang setelah pekerjaannya selesai.Saat akan sampai di pintu keluar, ia kembali berpapasan dengan Erinna yang hendak makan malam. “ Evan, kamu mau pulang? Makan malam dulu bareng kita. “ tawar Erinna.Evan tersenyum dan mengangguk sopan. “ Terimakasih atas tawarannya, Nyonya. Saya masih ada keperluan saat ini. “ tolaknya dengan halus.“ Oh, yaudah. Hati-hati di jalan. ““ Baik, Nyonya. Saya permisi. “Erinna melihat ke arah sekertaris suaminya itu, hingga siluetnya benar-benar menghilang dari pandangannya.Ia masih mengingat-ingat tentang Evan. “ Dia kan cuma sekertaris biasa. Tapi kenapa penulis masukin dia di tokoh istimewa? “ gumam Erinna.Buku ini ada dua jilid, dan sayangnya Erinna hanya membaca jilid pertama. Di jilid pertama tidak terlalu dijelaskan tentang Evan, tapi pria itu masuk kedalam tokoh penting cerita.Mengangkat kedua bahu seolah tak peduli, padahal isi kepalanya penuh dengan rencana
“ Kamu ... Ngga kerja? “Erinna terkejut saat Arlo sudah berada di belakangnya. Arlo menatap malas pada Erinna. Baru beberapa saat yang lalu wanita itu menatapnya dengan berani. “ Renungkan kesalahan kamu, atau kamu tahu akibatnya. “Setelah mengatakan itu, Arlo berlalu dari sana. “ Huh! Dikira aku bakal takut. “ cibir Erinna.Tak ada kegiatan yang bisa Erinna lakukan sekarang, waktu menunjukkan pukul tiga sore. “ Aku harus muter otak, gimana caranya supaya Xavier ada di pihak ku. “ gumam Erinna.Karena sudah terjebak di sana, tidak ada hal yang bisa di lakukan lagi selain bertahan hidup. Mata Erinna menatap ke sekeliling kediaman besar itu, ada satu foto yang menarik perhatiannya. Foto dengan bingkai besar yang cukup memenuhi dinding.“ Siapa wanita itu? “ Matanya memicing, menelisik dan mengingat-ingat. Seorang wanita muda yang berdampingan dengan Arlo. “ Jolie! “Yap, istri kesayangan Arlo. Erinna ingat, di akhir cerita wanita itu akan kembali dan menyingkirkan keberadaannya.







