LOGINKeesokan paginya. Matahari bersinar dengan langit yang cerah, menandakan hari ini akan panas.
Semuanya sudah bangun, dan mereka bersiap untuk sarapan. Arlo baru bergabung saat Erinna dan Xavier sudah di sana.
“ Mau pakai selai apa? “
“ Aku mau selai strawberry aja, Mah. “
Apa ini? Satu alis Arlo terangkat melihat kedekatan Xavier dan Erinna yang tidak biasanya. Erinna mengoleskan selai pada roti untuk Xavier, tapi kali ini ia abai padanya.
“ Ekhem! “
Saat akan menyuapkan makanan ke mulut nya, gerakan Erinna terhenti oleh suara Arlo. “ Apa! “
“ Kamu ngga siapin roti buatku? “ tanya Arlo.
Erinna kembali menyimpan makanannya, ia mengambil selembar roti lagi dan hendak mengoleskan selai strawberry di atasnya.
“ Kamu ngga tanya aku mau pakai selai apa? “
Erinna menarik napasnya dalam dan tersenyum. “ Mau pakai selai apa suamiku? “ tanya Erinna selembut mungkin.
Melihat itu Xavier tertawa, tidak biasanya ia melihat Erinna begitu malas melayani sang ayah. “ Pah, mama sudah lapar. Kenapa papa tidak ambil sendiri? “ ucap Xavier.
Dalam hatinya Erinna bersorak gembira, ada untungnya juga ia mengambil hati anak kecil itu. “ Mampus tuh suami durjana, anak kamu sekarang ada di pihak ku! “ batin Erinna tersenyum puas.
“ Eh? Ekhem, mama hanya menjalani tugas nya saja, sayang. “ jawab Arlo, ia merasa kini putranya itu sama menyebalkannya dengan Erinna.
“ Silahkan dinikmati sayangku. “ ucap Erinna menyodorkan roti di piring.
Degh!
Entah kenapa kali ini Arlo merasa berbeda dengan panggilan sayang yang terlontar dari mulut Erinna.
Ia menepis perasaan itu dan tak menghiraukannya.
Selesai dengan sarapan, mereka segera bersiap. Xavier pergi ke sekolah, sementara Erinna dan Arlo pergi bekerja.
Erinna Adelardo, wanita berusia tiga puluh dua tahun yang bekerja sebagai seorang model. Dunia modelling sudah mengenalnya dengan baik, ia merupakan model papan atas dari agensi besar.
Agensi itu dipimpin oleh suaminya sendiri, yaitu Arlo Laverent.
“ Kamu berangkat sama aku aja. “ seru Arlo saat Erinna akan mengendarai mobil sendiri.
“ Satu mobil sama kamu? Yaudah. “ Erinna mengiyakan dan berjalan ke arah Arlo.
Akan tetapi, tiba-tiba saja langkah wanita itu terhenti. “ Tunggu, episode berapa ini? “ gumam Erinna.
Jika mengikuti alur, setelah ini akan terjadi adegan dirinya mempermalukan Arlo.
Arlo akan mengancam kehancuran karirnya, karena dirinya sudah mempermalukan pria itu. Erinna harus mencegah hal ini, jangan sampai terjadi dan ia alami.
“ Ada apa, Er? “
“ Gapapa, ayo jalan. “
Arlo menginjak pedal gas, mobil mulai keluar dari pekarangan rumah. Melesat melintas di jalanan kota yang selalu padat oleh kendaraan.
Pagi yang cerah, dengan suasana yang indah tak menutup kemungkinan udara di jalanan yang sudah kotor. Tak ada percakapan di antara keduanya, hanya hening.
Arlo cukup heran, biasanya Erinna selalu ingin pergi bekerja bersamanya. Dan wanita itu akan terlihat bersemangat saat dirinya memberikan tumpangan.
Namun, sekarang wanita itu malah diam seribu bahasa. “ Trik apa lagi yang dia gunakan. “ batin Arlo bertanya.
Erinna benar-benar tak bicara, hingga mereka tiba di depan gedung agensi. Saat akan turun, Arlo justru menahan tangannya.
“ Apa? “ tanya Erinna yang sedikit heran dengan Arlo yang tiba-tiba menahannya.
“ Gapapa. Kenapa kamu diam aja?”
“ Sariawan. “ balas singkat Erinna membuat tanda tanya di kepala Arlo.
Keduanya turun dari mobil. Berjalan bersamaan menuju pintu masuk.
Brukh!
Erinna menoleh ke samping. Sesuai dugaan, seorang wanita terjatuh di pangkuan Arlo. Wanita itu adalah Caily Edric, sahabat mantan istri Arlo dan musuh Erinna.
Erinna benar-benar mengapresiasi imajinasi penulis. Entah muncul dari mana Caily dan membuat wanita itu terjatuh di pangkuan suaminya.
Seharusnya, ia memaki Caily dan membuat malu Arlo. Namun, hal itu sekarang takkan terjadi.
“ Maaf, maaf pak. Saya tidak sengaja. “
“ Lainkali kalau jalan hati-hati ya, Cai. “ seru Erinna yang kemudian berlalu begitu saja.
Bukan hanya Caily, Arlo juga dibuat tak percaya dengan tindakan wanita itu. Apakah Erinna sudah gila, membiarkan suaminya begitu saja saat ada wanita lain yang menggoda.
Ini benar-benar tidak masuk akal!
Takh! Takh! Takh!Suara heels yang bersahut-sahutan itu memenuhi ruangan. Erinna sudah mendapatkan jadwal dari sang manager sebelum ia tiba di sana. Ia harus segera bersiap untuk pemotretan. Pemotretan dengan pakaian yang cukup terbuka, memperlihatkan keindahan lekuk tubuhnya itu adalah hal yang paling disukai Erinna.Akan tetapi, tidak dengan Erinna yang sekarang. “ Astaga, ini seriusan aku pake baju begini. “ keluh Erinna melihat baju ditangannya.“ Er, ayo. Udah siap belum. “ seru Olivia, manager Erinna.Erinna kembali keluar. Melihat ia yang belum berganti pakaian tentu membuat Olivia bingung. “ Ganti baju kamu, kenapa masih pake baju tadi? “Erinna merasa tidak nyaman saat akan mengatakannya. “ Baju ini terlalu terbuka, apa ngga ada yang lain? “ tanyanya dengan ragu.“ Ayolah, biasanya kamu ngga permasalahkan. Ayo, jadwal kamu masih padat hari ini. “ balas Olivia yang tidak mau tahu.Erinna mendengus kesal. Sepertinya ia harus terbiasa lagi dengan pakaian-pakaian terbuka ini.Ya
Arlo menarik Erinna ke ruangannya sebelum wanita itu berjalan lebih jauh. “ Ikut aku sebentar. “ serunya tanpa aba-aba.Cengkraman Arlo ditangannya cukup kuat, Erinna menarik cengkraman itu. “ Lepasin, aku bisa jalan sendiri. “ Ia mengibaskan tangannya yang terasa sakit akibat cengkraman pria itu. Untuk apa Arlo membawanya ke ruangan, sementara dirinya ada jadwal pemotretan sebentar lagi.Brugh!Pintu ditutup dengan keras, bahkan Arlo menguncinya. Hal itu membuat Erinna berkedip-kedip, sedikit takut dengan tindakan Arlo. “ Kenapa lagi suami durjana ini. “ batin Erinna.“ Kamu bilang aku apa? “ tanya Arlo tidak terima.Erinna bingung dengan ucapan Arlo, ia tidak mengatakan apapun. Apa yang dimaksud pria itu. “ Apa? Aku daritadi diam saja. “Arlo terdiam. Ada benarnya, sedari tadi Erinna belum berbicara. Lalu, muncul darimana suara itu. “ Apa itu suara hatinya? “ batin Arlo. “ Kamu mau bicara apa? Ya ampun, aku harus bekerja. “ keluh Erinna yang hanya melihat Arlo melamun.Mata tajam
Keesokan paginya. Matahari bersinar dengan langit yang cerah, menandakan hari ini akan panas. Semuanya sudah bangun, dan mereka bersiap untuk sarapan. Arlo baru bergabung saat Erinna dan Xavier sudah di sana.“ Mau pakai selai apa? ““ Aku mau selai strawberry aja, Mah. “Apa ini? Satu alis Arlo terangkat melihat kedekatan Xavier dan Erinna yang tidak biasanya. Erinna mengoleskan selai pada roti untuk Xavier, tapi kali ini ia abai padanya.“ Ekhem! “Saat akan menyuapkan makanan ke mulut nya, gerakan Erinna terhenti oleh suara Arlo. “ Apa! ““ Kamu ngga siapin roti buatku? “ tanya Arlo.Erinna kembali menyimpan makanannya, ia mengambil selembar roti lagi dan hendak mengoleskan selai strawberry di atasnya.“ Kamu ngga tanya aku mau pakai selai apa? “Erinna menarik napasnya dalam dan tersenyum. “ Mau pakai selai apa suamiku? “ tanya Erinna selembut mungkin.Melihat itu Xavier tertawa, tidak biasanya ia melihat Erinna begitu malas melayani sang ayah. “ Pah, mama sudah lapar. Kenapa pap
Prokk! Prokk! Prokk!“ Woaahh, hebat. Anda dengar pak guru? Wahai pak guru yang terhormat kemana telinga anda! “ pekik Erinna yang membuat guru itu terdiam tak berkutik.“ Nyonya Laverent! Anak anda bermasalah, mengapa anda ikut membuat masalah! “ kini ibu temannya Xavier ikut berbicara, ia adalah Nyonya Butler.Istri dari seorang salah satu manager hotel bintang lima yang cukup terkenal.“ Nyonya Butler, seharusnya anda sadar diri dengan ucapan anda. Yang bermasalah putra anda! “ teriak Erinna di hadapan wajah Nyonya Butler.Wanita bertubuh gemuk dengan riasan yang glamor. Dan jangan lupakan perhiasan yang menghiasi tubuhnya, sudah seperti toko emas berjalan.“ Apa maksud anda, putra saya mengatakan kebenaran. Bukannya anda hanya ibu tiri, bahkan semua orang juga tahu itu. “Ucapan Nyonya Butler benar-benar menyulut emosi Erinna. Ia dengan sengaja langsung menarik rambut wanita gemuk di hadapannya.Tak tinggal diam, Nyonya Butler juga melakukan hal yang sama.“ Minta maaf pada putrak
Langit sudah gelap, menandakan bahwa saat ini sudah malam. Evan segera berpamitan pulang setelah pekerjaannya selesai.Saat akan sampai di pintu keluar, ia kembali berpapasan dengan Erinna yang hendak makan malam. “ Evan, kamu mau pulang? Makan malam dulu bareng kita. “ tawar Erinna.Evan tersenyum dan mengangguk sopan. “ Terimakasih atas tawarannya, Nyonya. Saya masih ada keperluan saat ini. “ tolaknya dengan halus.“ Oh, yaudah. Hati-hati di jalan. ““ Baik, Nyonya. Saya permisi. “Erinna melihat ke arah sekertaris suaminya itu, hingga siluetnya benar-benar menghilang dari pandangannya.Ia masih mengingat-ingat tentang Evan. “ Dia kan cuma sekertaris biasa. Tapi kenapa penulis masukin dia di tokoh istimewa? “ gumam Erinna.Buku ini ada dua jilid, dan sayangnya Erinna hanya membaca jilid pertama. Di jilid pertama tidak terlalu dijelaskan tentang Evan, tapi pria itu masuk kedalam tokoh penting cerita.Mengangkat kedua bahu seolah tak peduli, padahal isi kepalanya penuh dengan rencana
“ Kamu ... Ngga kerja? “Erinna terkejut saat Arlo sudah berada di belakangnya. Arlo menatap malas pada Erinna. Baru beberapa saat yang lalu wanita itu menatapnya dengan berani. “ Renungkan kesalahan kamu, atau kamu tahu akibatnya. “Setelah mengatakan itu, Arlo berlalu dari sana. “ Huh! Dikira aku bakal takut. “ cibir Erinna.Tak ada kegiatan yang bisa Erinna lakukan sekarang, waktu menunjukkan pukul tiga sore. “ Aku harus muter otak, gimana caranya supaya Xavier ada di pihak ku. “ gumam Erinna.Karena sudah terjebak di sana, tidak ada hal yang bisa di lakukan lagi selain bertahan hidup. Mata Erinna menatap ke sekeliling kediaman besar itu, ada satu foto yang menarik perhatiannya. Foto dengan bingkai besar yang cukup memenuhi dinding.“ Siapa wanita itu? “ Matanya memicing, menelisik dan mengingat-ingat. Seorang wanita muda yang berdampingan dengan Arlo. “ Jolie! “Yap, istri kesayangan Arlo. Erinna ingat, di akhir cerita wanita itu akan kembali dan menyingkirkan keberadaannya.







