Bara Sang Pengembara
Bab 14Sang Raja terbatuk-batuk mengeluarkan cairan hijau dari mulutnya.
Uhk! Uhk!
"Saatnya pembalasanku!" ucap Bara lantang. Membuka mata perlahan.
Bola mata Bara berubah menjadi merah. Merasakan kekuatan lain dalam tubuh. Tangan terangkat. Sebuah bola kecil keluar dari telapak tangan, berputar-putar kencang.
Melempar ke arah Raja Merah. Tubuh makhluk itu terisap ke dalam. Berteriak-teriak meminta ampun.
Bara tak peduli, makhluk itu harus dibinasakan.
"Argh! Ampun! Tidak!"
Rasa panas menjalar ke dalam tubuh Raja Merah. Perlahan tubuhnya terhisap dan terbakar di dalamnya.
Menjerit-jerit kesakitan, panas, sakit, dan perih." Tidak!" teriak raja untuk terakhir kalinya.
Bara segera masuk ke raganya. Terlalu lama di dunia lain berbahaya bagi rohnya. Bara membuka mata perlahan. Sosok Harto berdiri di depannya.
<Bara Sang PengembaraBab 15 Bara sibuk di kandang kambing. Mengeluarkan beberapa kambing dan mengikatnya di pohon. Hanya tiga ekor yang diikat Bara. Sedangkan yang lain dibiarkan saja. Kambing yang lain akan kembali mendekati teman-temannya. Bara membersihkan kandang dari kotoran hitam bulat menumpuk serta rumput-rumput kering. Pekerjaan ini sering dilakukan Bara seketika di kampung. "Bara, ini uang gaji elu." Bang Malih memanggjlnya dan menyodorkan uang tiga puluh lembar berwarna merah ke arah Bara. Pemuda itu sedang memberikan rumput kepada kambing setelah kandang bersih. "Alhamdulillah, terima kasih, Bang." Membungkukkan tubuh hingga 90 derajat membentuk siku-siku. "Iya, sama-sama. Semoga berkah." Menepuk bahu Bara. Bara sengaja mengumpulkan gajinya selama 2 bulan. Kemarin meminta uang kepada bang Ms"Bang, boleh pinjem ponselnya?" Izinnya malu-malu. Ponsel Bara rusak akibat inside
Bara Sang Pengembara Bab 16Selama perjalanan, lelaki itu berbicara dengan temannya. Bara mendengar dengan jelas. Matanya terpejam, tapi telinga mendengar. Bus masih belum berjalan. "Kita harus segera sampai. Bos pasti marah. Dari tadi telepon terus," ucap salah satu dari mereka. "Boy, gua bilang bawa motor aja. Elu kaga mau." "Gua kaga punya SIM Jay. Elu tahu sendiri KTP gua belum jadi." Terkekeh sendiri. "Elu juga bukannya bikin. Umur dua puluh dua tahun kaga punya SIM. Badan doang gede takut sama polisi," ledek pemuda bernama Jaya. "Kayak kerjaan elu bener aja, Boy." Meninju pelan bahu temannya." Emangnya elu punya KTP?" "Punya, dong. NPWP aja gua punya." "Elu tahu sendiri, gua cuma lulus SD." "Tapi, jangan lalai juga. KTP itu penting. Kerja di Jakarta masa gak punya KTP." "Iya, besok gua bikin biar bisa kawinin Leha." "Alah, Leha janda ke
Bara Sang Pengembara Bab 17Boy mengantar Bara ke kamarnya, dekat bi Ijah. Kamar berukuran 2×7 sudah tersedia perabotan di dalamnya. Hawa dingin terasa di kulit setelah memasuki kamar tersebut.Bara memasuki kamar yang akan menjadi tempat tinggal. Menelusuri ruangan itu. Tak ada penampakan mencurigakan. Kamar terlihat bersih dan rapi. Bi Ijah selalu merawat setiap ruangan. Wanita itu sudah bekerja sejak tiga puluh tahun yang lalu. Kini, umur bi Ijah sudah kepala lima. "Ini kamar elu. Kamar gua sama Jaya di lorong. Kalau ada apa-apa. Samperin aja kita. Jam enam sudah bangun dan kumpul di dapur. Kamar mandi ada di dekat dapur. Di lorong juga ada. Kalau ada yang menyeramkan atau suara-suara. Abaikan saja." "Suara apa?" "Nanti elu tahu sendiri. Elu berani tidur sendiri' kan?" "Dia pasti berani emangnya elu," sindir Jaya berdiri depan pintu. Terkekeh meledek temannya. "Si
Bara Sang PengembaraBab 18"Sofie perkenalkan ini Bara. Orang yang akan menjagamu."Gadis bermata coklat menatap Bara tajam. Melangkah mendekati lelaki itu. Mengelilingi tubuhnya dan mencium aroma tubuh Bara dari kejauhan. Tersenyum menyeringai."Aku Sofie, senang berkenalan denganmu." Menyodorkan tangan.Bara menyambut tangan lentik Sofie. Ia pikir akan bertemu gadis sombong. Ternyata, pikirannya salah."Aku Bara." Mengenggam jemari Sofie.Tiba-tiba, mata Sofie membulat sempurna. Menatap Bara tak suka. Bola mata coklat berubah merah. Napasnya semakin cepat terlihat dari dada gadis itu.Suara tawa perempuan lain terdengar dari bibir Sofie."Ha ... ha ... pergi kamu atau aku bunuh!"Ronald mendekati Sofie untuk menenangkannya namun, Sofie mendorong tubuh papanya hingga terhuyung ke belakang.Bara tetap mengenggam jemari Sofie."Lepaskan ta
Bara Sang PengembaraBab 19Bara meninggalkan bi Ijah dengan hati penasaran. Mengikuti langkah Sefia ke sebuah lorong rumah.Pemuda itu semakin penasaran. Apa yang terjadi di rumah ini. Sefia melambaikan tangan agar Bara mengikuti langkahnya ke sebuah tempat."Mau ke mana gadis itu?" Pikir Bara. Menatap lorong gelap di belakang gudang."Hei tunggu!" teriak Bara.Hawa dingin semakin menusuk tulang. Bara menghentikan langkahnya. Sebuah pintu berwarna merah terlihat di depan mata.Plak!Bara terbelalak, terkejut dengan pukulan di bahunya."Bara, kamu kenapa?" tanya bi Ijah heran. Mendengar lelaki itu berteriak memanggil seseorang."Bi Ijah, itu ada gadis masuk ke pintu itu," tunjuk Bara ke pojok.Bara terkejut pintu itu tidak ada. Hanya tembok bercat putih. Ke mana pintu tersebut. Bara menoleh kiri kanan."Pintu mana? Kamu menghayal. Ga
Bara Sang PengembaraBab 20Bara memerintahkan supir untuk menghentikan mobilnya.Sang supir hendak menginjak rem. Namun, rem tak berfungsi."Mas Bara, remnya tak bisa digunakan," ucap supir itu panik."Injak terus remnya!" teriak Bara."Gak bisa, Mas!""Cari jalan aman. Kita masih di jalan tol dan keadaan masih sepi. Kurangi kecepatan dan tekan klakson agar pengemudi lain minggir."Supir mengikuti saran Bara. Menenangkan diri agar tak terjadi hal buruk. Bara berpindah tempat duduk ke belakang."Mas, pasang selt belt .""Selt belt, itu apa?""Selt belt, sabuk pengaman. Itu tali dekat jok mobil." Supir berbicara menatap Bara dari pantulan kaca depan.Bara mencoba manarik sabuk pengaman dan mengunakannya."Bukan seperti itu, Mas! untuk pemasangannya yang benar harus berada di pundak. Sedangkan yang di bagian bawah
Bara Sang PengembaraBab 21"Bara, nanti kita ke taman sebentar," pinta gadis itu."Ehm."Mata Bara menelusuri perpustakaan. Tak ada yang mecurigakan sedikit pun. Tapi, kali ini Bara merasakan hal yang aneh."Sefia, apa kamu merasakan hal aneh?" tanya Bara dalam hati."Sudah biasa hal ini untukku," ucap Sefia berada di belakang Sofie. Senyum menyeringai terlihat jelas."Non, lebih baik kita pulang saja. Keadaan kurang baik." Bara takut terjadi sesuatu."Bara aku hanya sebentar saja. Mau duduk di sana. Melihat pemandangan taman. Please!" Merengek seperti anak kecil.Bara hanya diam tak menjawab. Langkah panjang mengikuti Sofie berlari kecil. Gadis itu terlihat antusias."Kemarilah Bara! Duduk sini," pintanya. Menepuk kursi kosong di samping.Bara menatap pemandangan taman tepat didepannya. Di tengah taman terdapat kolam ikan dengan jembatan di tengahn
Bara Sang PengembaraBab 22Hari ini tepat ulang tahun Sofie ke tujuh belas. Ronald membeli kue ulang tahun yang sangat mewah. Sebagai bentuk kasih sayangnya.Kue tart berwarna biru muda dengan hiasan bunga mawar berwarna-warni.Layer cake rasa keju kesukaan Sofie. Dengan olesan cream mocha membuat lidah terasa bahagia.Rasa manis dan gurih dalam cake membaur satu. Semua untuk Sofie.Tak lupa Ronald membelikan kue berukuran sama untuk Sefia. Kue tersebut dibuat dengan warna merah muda. Ronald meletakkannya di dalam kamar Sefia.Arwah Sefia meneteskan air mata. Tubuhnya gemetar ketakutan. "Pa, makasih kuenya tapi hari ini akan menjadi hari yang paling tak terlupakan," ucap Sefia di depan wajah Ronald.Laki-laki paruh baya yang maslh terlihat muda tak mendengar ucapan putrinya.Hatinya sebenarnya gelisah. Khawatir terjadi apa-apa dengan putri kesayangan.Ronald membuang semua pi