Share

Perjalanan Menuju RS Permana 2

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-30 16:59:12

Ambulans melaju dengan kecepatan penuh, membelah jalanan ibu kota yang mulai padat karena sudah masuk jam pulang kantor. Suara sirene yang meraung-raung, memaksa setiap mobil di depan menyingkir. Sementara suasana didalamnya, semakin menegang.

“Tekanan darahnya turun lagi!” seru Revan, matanya terpaku pada monitor yang menunjukkan angka yang semakin menurun.

Riri menggigit bibirnya, matanya basah oleh air mata yang tidak bisa ia tahan lagi. Ia menggenggam tangan Juna lebih erat, berharap keajaiban terjadi.

“Juna ... ibu mohon, bertahanlah, Nak,"bisiknya pelan.

Revan segera mengambil langkah cepat. Ia meraih suntikan berisi cairan epinefrin dari paramedis, lalu menatap Riri dengan serius. “Ri, gue harus suntik ini buat stabilin jantungnya.”

Riri mengangguk cepat. “Lakukan apa pun yang terbaik buat Juna, Dok."

Tanpa membuang waktu, Revan menyuntikkan obat itu ke infus Juna, berharap tubuh kecil itu merespons dengan baik. Napasnya tertahan, menunggu reaksi dari tubuh bocah itu.

Setya yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mifta Nur Auliya
akhirnyaa up juga,,kirain hiatus di GD
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Fakta Yang Terungkap

    Setya kembali membuka berkas yang menumpuk di meja. Satu per satu, berkas itu kini sudah berpindah tempat, menyisakan beberapa map yang belum ia cek kembali.Namun, sekali pun ia mencoba untuk berkonsentrasi pada berkas-berkas itu, tapi pikirannya masih berputar pada satu nama, yaitu istrinya, Riri.Ia menghela napas berat, lalu memijat pelan pelipisnya. Sekuat apapun ia berpikir dan berusaha untuk bersikap adil dan objektif, tetap saja keputusan yang akan ia ambil saat ini terlalu berat dan juga beresiko.Ia mengalihkan kembali perhatiannya pada laptop yang terbuka. Ia mencari kontak sang papa di deretan daftar kontak itu.[Pa, masih di rumah sakit atau udah jalan ke Permana?]Tak lama, balasan pun langsung masuk.[Masih di rumah sakit. Baru selesai praktek. Ada apa?][Ke ruangan Adek, Pah. Ada yang mau adek obrolin sebentar][Okey]

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Siapa Yang Benar?

    Saat tengah tenggelam dalam pikirannya yang kalut, pintu ruangan kembali diketuk oleh seseorang."Permisi, Pak, saya mau nganter makan siang," ucap Uloh salah satu OB yang bekerja di sana."Makan siang? Perasaan saya nggak mesen makan siang deh," ucap Setya heran."Bukan Mas Setya yang pesen. Tapi Mbak Riri yang pesen. Katanya suruh anter ke ruangan Mas Setya. Jadi, mau ditaruh di mana, Mas?" tanya Uloh kembali."Sini aja. Makasih ya," ucapnya dan mendapat anggukan dari Uloh.Setya tersenyum hangat mendapat perlakuan seperti itu dari wanitanya. Padahal, mereka saat ini sedang berjauhan namun tetap saja perhatian.Setya pun membuka laptopnya kembali lalu melakukan video call dengan sang istri. Rasanya, ia sedikit rindu dengan istri dan anaknya itu.["Hallo Ayah,"] suara riang Juna terdengar nyaring dari sebrang sana"Hallo juga, Kesay

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Keputusan Sulit

    Setya tiba di rumah sakit tepat pukul 11.30 WIB. Begitu tiba di ruangannya, setumpuk berkas sudah tersusun rapi di meja kerjanya.Ia menghembuskan napas kasar lalu segera duduk di kursi kebesarannya."Apa gunanya Mas Yuzha sebagai asisten direktur kalau berkas segini banyak masih harus gua yang ngecek?" tanya Setya sedikit menggerutu. "Heran, mau gaji gede doang, tapi kerjaan kek gini tetep limpahin ke gua. Nggak guna."Sambil mengecek beberapa berkas yang ada, mulutnya masih saja terus menggerutu panjang kali lebar. Mengumpat pekerjaan Yuzha yang sama sekali tak bisa diandalkan.Saat ia tenggelam dalam tumpukan pekerjaan itu, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk oleh seseorang dari luar."Masuk," ucap Setya.Pintu ruangan terbuka. Adnan --HRD-- berdiri tegap di ambang pintu sambil membawa sebuah berkas di tangannya."Duduk," titah Setya datar.

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Permintaan Bagas

    Setya menunduk diam. Tak disangka, hati perempuan itu ternyata menyimpan begitu dalam perasaannya. Dan sekarang, ia menjadi orang yang beruntung bisa menggenggamnya."Tapi sekarang, Mas udah resmi jadi suami Mbak mu kan? Sekalipun masih secara agama, doakan aja, agar dua atau tiga bulan lagi bisa beneran resmi secara negara juga," ucap Setya sambil tersenyum.Bagas mengangguk mantap. "Pokoknya, aku titip Mbak sama Juna ya, Mas. Kalau Mas berani nyakitin mereka ... ku bawa Mas ke lapangan tembak! Inget, aku ini TNI dan Angga adalah Polisi."Setya tertawa pelan mendengar ucapan itu."Haish, udah di ulti duluan sama dua aparat negara. Serem euy haha," tawanya kemudian.Bagas pun ikut tertawa mendengar itu. Namun tawa mereka berdua terhenti saat Riri masuk ke dalam rumah."Heh, kalian berdua lagi ngomongin apa?! Pasti ngomongin Mbak ya?" tuduh Riri sambil menunjuk ke arah du

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Sah!

    Pagi itu, suasana di rumah Bude Siti sedikit hening. Di ruang tamu yang sederhana, selembar karpet dibentangkan. Sebuah meja kecil berada tepat tengah-tengahnya. Riri duduk bersimpuh mengenakan kebaya berwarna abu-abu muda dengan rambut yang di sanggul kecil di bagian belakangnya. Tak ada riasan yang berlebihan, hanya senyum gugup dan sesekali mencuri pandang ke arah Setya yang berada tepat di sampingnya. Setya sendiri nampak rapih dengan celana hitam panjang dan baju batik milik Bagas yang senada dengan kebaya yang digunakan Riri saat itu. Kedua baju itu merupakan seragam bresmaid di acara nikahan Ika dan Reyhan dua tahun lalu. Ia duduk di sebelah Riri. Wajahnya nampak tenang, meski kedua tangannya sedikit basah oleh keringat. Diseberang mereka, yang hanya terhalang sebuah meja kecil, Pak Ustadz dan Bagas sudah bersiap. Sementara di sisi kanan kiri terdapat Pak RT dan juga Dr. Revan sebagai saksi dari kedua

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Pagi Yang Sibuk

    Pagi mulai menyapa. Sejak subuh tadi Riri sudah sibuk di dapur. Aroma harum nasi liwet dari mejikom nampak menguar di rumah kecil itu.Tangannya sibuk mengulek sambel teri pete favorit Angga, sambil sesekali membalikkan ayam goreng di atas wajan.Ia mengenakan kaos santai kebesaran dan juga celana pendek yang hampir tertutup kaosnya itu. Rambutnya yang setengah basah, ia jepit asal dengan jedai membuatnya terlihat sedikit menggoda.Saat tengah sibuk dengan semua itu, sebuah tangan melingkar tepat di pinggangnya yang ramping."Selama pagi cintanya aku. Pagi-pagi udah sibuk aja," bisik Setya manja. Suaranya sedikit serak khas bangun tidur.Ia menciumi leher jenjang wanitanya yang menggoda itu."Mas, aku lagi masak ihh. Jangan godain!" seru Riri yang merasa geli akan tingkah lelakinya.Setya hanya terkekeh, lalu mematikan kompor yang ada di depan Riri. Tak han

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status