Galang terlihat menutupi wajahnya setelah kutampar. Dia bahkan tidak berani membantah dan terus berusaha menjelaskan, "Kiara, dengarkan aku. Aku hanya menyewakan rumah ini pada Rani, aku nggak bermaksud menipumu ...."Aku merasa jijik melihat sikap payahnya ini.Aku lalu meraih ponsel yang dipakai Rani untuk melakukan siaran langsung. Aku merapikan rambut, lalu meniru gaya selebgram melakukan siaran langsung di depan kamera. Dengan nada manja aku berkata, "Teman-teman, bagaimana ini? Tadi Kak Rani bilang kalau ini rumahnya, tapi sekarang pemilik asli rumahnya sudah datang, dan bilang kalau hanya menyewakan rumah ini .... Menurut kalian, siapa yang harus dipercaya?"Komentar yang memenuhi siaran langsung seolah terhenti seketika, baru kemudian muncul bersamaan."Wah, kakak ini cantik dan banyak uang, keren sekali! Aku menyukainya!""Tamparan tadi keras sekali, aku sampai tertawa terbahak-bahak. Situasinya cepat sekali berbalik!""Bu Kiara datang! Saatnya memberikan pelajaran!"Aku menye
Rani berbalik dan membuka lemarinya untuk memamerkan lebih banyak barang mewah pemberian Galang. Acara siaran langsung miliknya pun makin banyak yang menonton.Tunggu ... kenapa dekorasi kamarnya terlihat familier?Aku langsung duduk tegak dan menatap layar dengan saksama. Sebuah pemikiran absurd melintas di benakku.Jangan-jangan ....Untuk memastikan dugaanku, aku segera membuka galeri ponsel dan mencari foto mesraku dan Galang. Aku memperbesar foto itu lagi dan lagi.Benar saja!Latar belakang dalam foto itu sama persis dengan tata letak kamar yang dipakai Rani untuk melakukan siaran langsung!"Wita, panggil tim hukum dan ikut aku sekarang." Aku berkata dengan tegas, tatapan mataku juga makin tajam."Ke mana?" Wita bertanya dengan ekspresi bingung."Ke tempat Rani untuk mengantarkan hadiah istimewa," jawabku sambil tersenyum penuh arti.Sepuluh menit kemudian, aku membuka blokir kontak Galang dan mengirimkan sebuah alamat padanya.Warganet suka menonton drama, bukan?Kalau begitu, m
Setelah kondisi tubuhku pulih, aku pun kembali menjalani hidup seperti biasa. Aku makan, minum, bahkan bepergian ke berbagai tempat bersama Wita kalau ada waktu luang.Namun, sepertinya aku terlalu meremehkan sifat ambisius Rani.Suatu hari, saat aku baru saja turun dari pesawat, Wita yang sedang memegang ponselnya itu tampak cemas, "Bu Kiara, menurutmu apa yang akan Rani lakukan untuk membuat onar lagi?"Aku menatap Wita, dia sudah banyak membantuku selama beberapa waktu belakangan. Terutama soal urusan Galang.Aku lalu menjawab dengan santai, "Panggil saja aku Kiara.""Omong-omong, memangnya kenapa lagi dengan Rani? Apa dia buat masalah lagi?""Bukan cuma buat masalah, dia benar-benar sedang cari masalah besar!" Wita lalu menyerahkan ponselnya padaku, "Lihatlah sendiri. Aku kaget sampai mau tertawa melihatnya."Aku mengambil ponselnya, di layar terlihat Rani yang memakai riasan seperti selebgram. Wanita itu sedang menangis dan menceritakan soal betapa jahatnya diriku.Dia mengklaim b
Mendengar kalau dirinya harus mengganti rugi sampai puluhan miliar membuat Rani panik. Dia lalu menatap Galang dengan tatapan memohon, "Sayang, tolong aku. Aku nggak punya uang sebanyak itu ...."Dia menangis tersedu-sedu, sungguh menyedihkan, "Sayang, kita memang nggak punya surat nikah, tapi kita memang punya hubungan yang sama seperti sudah menikah, 'kan? Lagipula, kamu juga belum resmi menikah dengan Kiara. Kenapa kamu nggak mau memilihku saja?"Kenapa?Karena kamu tidak bisa memberikan apa yang Keluarga Maheswari berikan padanya!Rani mungkin mengira kalau Galang adalah seorang CEO, bukan?Aku tertawa sinis, "Terima kasih sudah mengingatkan. Untung saja aku belum menikah dengan Galang."Mendengar ucapanku barusan membuat Galang langsung mengalihkan pandangannya dari Rani. Dia juga terlihat panik, dan buru-buru merapikan kerah bajunya, "Pernikahan kita nggak bisa dibatalkan. Aku sudah mengundang semua teman dan kerabat. Mau ditaruh mana mukaku kalau sampai semua ini batal?"Dia lal
Pemilik hotel itu menatap Rani dengan tatapan tidak suka. Dia lalu mendekatiku sambil memasang senyum palsu, "Nona Kiara, semua ini ... hanya kesalahpahaman. Kami juga tertipu oleh wanita itu!"Wita yang berdiri di sampingku terlihat menatap pemilik hotel dengan tatapan dingin. Dia kemudian berkata dengan penuh penekanan, "Pak Tiko sudah memutuskan untuk menarik semua investasi di hotel ini mulai hari ini. Untuk hal yang lain, akan kita bicarakan di pengadilan."Orang-orang yang sebelumnya berpihak pada Rani mendadak panik saat melihat kedatangan polisi. Mereka buru-buru cuci tangan dari masalah ini, "Nona Kiara, aku tadi nggak ikut campur ... aku bisa jadi saksi. Wanita bernama Rani itu yang lebih dulu menyerangmu."Aku merasa sedih sekaligus geli melihat perubahan tingkah mereka yang mau memanfaatkan kesempatan.Aku menutup mataku, menahan segala rasa lelah yang mendera. Kemudian berkata dengan lemas, "Kalau ada yang mau kalian katakan, katakan saja pada polisi nanti."Sesampainya di
Galang menatapku yang sedang dikerumuni orang-orang, dia lalu melihat darah segar yang mengalir di kakiku. Sontak dia panik dan berusaha mengangkatku.Namun, sebelum dia mendekat, Rani sudah merangkul lengannya, "Sayang! Ada apa denganmu? Kenapa kamu malah mau mengadakan pernikahan dengannya?""Apa dia yang sudah merayumu?"Orang-orang mulai mengelilingi Galang begitu melihatnya, "Pak Galang, asal Bapak tahu, wanita murahan itu sangat arogan! Dia bahkan berani memukul Nyonya Rani!""Benar! Namanya juga pria, wajar kalau buat salah. Nyonya Rani, maafkan saja Pak Galang."Galang segera melepaskan tangan Rani, tapi wanita itu masih saja memegangi tangannya. Wajah Galang sudah memerah, dia lalu berteriak pada orang-orang, "Semuanya diam!"Orang-orang yang kaget dengan teriakannya pun langsung terdiam.Baru setelah itu Galang menoleh ke arahku, dia lalu berkata dengan cemas sekaligus bingung, "Bagaimana kondisimu, Kiara? Apa kamu baik-baik saja?"Aku mendengus, lalu menepis tangannya yang h