Share

8 | Igor Samudra (2)

Author: Mokaciinoo
last update Huling Na-update: 2022-12-30 08:07:11

Helaan nafas lolos dari hidung Fiona ketika melihat kemarahan yang tampak di wajah Igor. Meski dia tidak apakah kemarahan ini bersifat sungguhan atau hanya dibuat-buat.

"He-em," gumam Fiona membenarkan.

Tidak ada yang perlu disembunyikan dari pria ini. Karena, lebih dari siapapun, pria ini adalah orang yang paling mengetahui segala hal tentang dirinya.

Dialah Igor Samudra. Sumber rasa pusing Fiona yang paling. Bahkan melebihi rasa pusing yang bisa diberikan suaminya padanya.

Pria ini bisa dikatakan fans berat Fiona sejak dulu ketika mereka masih SMA, kemudian berlanjut hingga mereka kuliah. Sampai tiga tahun lalu ketika dia menikah dengan Sanjaya Adiguna. Pria ini akhirnya memutuskan untuk menjauh dari hidupnya.

Banyak orang bertanya-tanya, kenapa dia lebih memilih Mas Jaya dibandingkan pria ini. Jawabannya hanya satu, karena pria ini terlalu kaya!

Dia adalah putra bungsu dari pemilik perusahaan Samudra Group, salah satu perusahan F&B terbesar di Asia yang tak lain adalah tempat Fiona bekerja sekarang.

Sementara saat itu, dia hanyalah anak dari pegawai negeri biasa. Bagi Fiona, tembok tinggi yang menghalangi mereka terlalu susah untuk dia daki.

Belum lagi dalam benak Fiona, orang kaya adalah momok. Meski dia sendiri tidak memiliki trauma secara khusus dengan orang kaya. Dari tontonan dan bacaan yang sering dia bayangkan, sudah cukup untuk membuat hatinya ketar-ketir.

Apalagi tersiar kabar bahwa Igor sudah dijodohkan dengan seorang wanita yang memiliki strata sosial yang sama dengan keluarganya.

Memimpikan bersanding dengan pria ini seperti lelucon bagi Fiona. Dia bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Belum lagi sikap Igor yang angin-anginan membuat Fiona merasa tak pasti kala itu. Sedangkan dia menginginkan seorang pria yang bisa menjadikan dirinya satu-satunya. Dia tidak ingin menjadi salah satu dari penghuni harem pria ini.

Oleh karena itu, dia dengan bodohnya mengejar Sanjaya Adiguna karena berpikir bahwa inilah dia, pria yang bisa menjadikan dirinya satu-satunya. Sikap dinginnya terhadap wanita lain dan sikap lembut pria itu terhadapnya membuat Fiona terlalu percaya diri.

Siapa sangka, dia justru terjebak dalam pernikahan yang justru paling dia hindari.

"Lagian kamu sih, kenapa dari awal gak milih aku aja? apa kurangnya aku coba? dilihat dari sudut mana aja, sekalipun dilihat dari ujung monas lewat sedotan pun, aku ini kandidat yang gak ada cacatnya sama sekali," ujar Igor jumawa.

Fiona spontan memutar bola matanya mendengar deklarasi percaya diri ini. Dia sudah cukup menyesali pilihannya selama sebulan terakhir ini. Haruskah pria ini datang, dan kembali mengorek-orek luka dan rasa malunya?

Fiona menatap manik mata pria tampan di depannya dengan perasaan penuh nostalgia. Berhadapan dengan pria ini selalu menjadi hal paling sulit bagi Fiona. Karena tidak peduli bagaimanapun dia mengingkarinya.

Nama pria ini telah dikubur dalam kotak pandora jauh di kedalam lubuk hatinya. Dia tidak pernah membiarkan siapapun tahu. Tidak sahabat-sahabatnya. Tidak juga pria ini.

"Aku ingin tahu, apa yang membuat aku tidak pernah ada dalam pertimbangan kamu?" tanya Igor berubah serius.

Tiga tahun dia tidak bisa tidur nyenyak karena pertanyaan ini terus menggantung di kepalanya. Disaat dia berpikir bahwa wanita ini juga memiliki rasa yang sama dengannya, di sisi lain wanita ini justru sibuk mengejar orang lain.

Dia bahkan lebih terkejut saat di suatu hari yang cerah ceria dia tiba-tiba mendapatkan undangan pernikahan dari sang wanita terkasih. Bayangkan betapa bingungnya dia kala itu.

"Sekali seorang pria sudah merasakan rasanya jajan wanita, dia pasti kecanduan. Aku tidak bisa mengambil resiko bersama dengan orang seperti itu," ucap Fiona tak jelas.

Dia melirik jam di pergelangan tangannya kemudian melangkah meninggalkan lorong yang sapi menuju lift. Igor tentu saja tidak membiarkan topik ini berlalu.

"Kamu sedang membicarakan suami kamu?" Igor mendengus sinis. "Seingatku sampai detik ini aku masih perjaka ting-ting. Belum pernah sekalipun celup sana, celup sini," ucap Igor yang membuat langkah Fiona terhenti.

Dia kembali menoleh ke arah pria itu yang masih mempertahankan wajah tegas dan seriusnya.

"Pftt ..." Fiona tidak bisa menahan tawanya.

Apakah dia bodoh? seorang pria tampan yang hidup di tengah kota metropolitan masih perjaka ting-ting? Bagaiamana cara membuktikannya?

Saat tengah sibuk tertawa, telapak tangan besar dan hangat pria itu tiba-tiba menyangga kedua pipi Fiona yang memerah.

"Aku serius. Bagaimana aku bisa bersama wanita lain sementara kamu adalah satu-satunya wanita yang selalu aku pikirkan?" gombal Igor sambil perlahan mengikis jarak di antara mereka.

Telapak tangan hangat itu mengangkat wajah Fiona, memaksa mata mereka untuk saling menyelami.

"Aku tidak pernah bosan mengatakan bahwa aku cinta kamu, Fiona Larasati,"

Fiona berusaha untuk melarikan matanya kemana saja kecuali mata pria itu. Dia juga berusaha untuk melepaskan tangan pria itu dari pipinya yang mulai terasa panas.

Namun, justru wajah pria itu berada semakin dekat dengan wajahnya. Semburan nafas hangatnya menerpa wajah Fiona. Bibir tipis dan seksi pria itu hanya tinggal seinci saja dari bibirnya.

Tidak tahu apakah harus bersyukur atau tidak, suara ribut dering ponselnya mengganggu momen syahdu mereka. Fiona spontan mendorong dada liat dan bidang Igor agar menjauh darinya. Dia merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya hanya untuk menemukan nama adik iparnya terpampang di sana.

'Sial!' dumel Fiona sambil kembali melangkah menuju lift.

Hingga pintu lift di belakangnya tertutup, Fiona tidak berani menoleh ke belakang, pada Igor yang masih berdiri di tempatnya. Ketika lift yang hendak membawanya ke lantai dimana ruangannya berada mulai bergerak, barulah kaki Fiona jatuh melunglai di lantai lift yang dingin.

Suara ribut dering ponselnya menemani Fiona di dalam lift yang kosong. Akan tetapi, hal itu tidak menggugah dirinya untuk segera mengangkat panggilan telepon dari sang adik ipar itu.

Dia terlebih dulu menenangkan gemuruh jantung yang berdetak ribut di balik dadanya akibat tindakan Igor barusan. Hingga dia akhirnya kembali pada ketenangannya yang biasa, barulah Fiona mengangkat panggilan yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah itu.

"Halo," balas Fiona dengan nada sedikit ketus.

"Mbak Fi, kita bisa ketemu sebentar?" todong suara dari seberang tanpa basa-basi.

"Ada apa?" tanya Fiona pendek. Alisnya berkerut tak suka.

Suasana hatinya terganggu karena telepon dari adik iparnya yang tumben-tumbenan di momen yang tidak pas.

"Ada yang mau Runa bicarain. Penting!" tukas adik iparnya misterius.

"Tunggu Mbak nanti di cafe Kenangan pas jam makan siang," ujar Fiona cepat tanpa basa-basi.

Dia kemudian langsung memutuskan sambungan telepon itu dengan acuh tak acuh. Bertepatan dengan itu, lift yang dia tumpangi berhenti di lantai 17 tempat ruang kantornya berada.

Fiona berjalan dengan langkah-langkah panjang menuju ruangannya seolah-olah dia ingin melarikan diri dari apapun yang baru saja terjadi di belakangnya.

* * *

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kamalia
smua koin. jd mls. walau renking thor siapa yg mau bc klo koin mulu yg di pinta. mana mhl lg. novel sebelah 5 ribu bisa.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   116 | Persidangan (TAMAT)

    1 bulan kemudian, Kasus yang menimpa Mas Fadli dan Mbak Zoya akhirnya dilimpahkan ke pengadilan. Dikarenakan bukti itu datangnya dari Fiona, mau tidak mau dia tetap harus hadir sebagai saksi di pengadilan. Ketika hal itu terjadi, dia bisa melihat dengan jelas wajah terkejut keluarga mantan suaminya. "Fiona!" seru mereka dengan terkejut. Walau begitu, Fiona memilih sikap acuh tak acuh. Dia mengikuti seluruh rangkaian persidangan dengan khidmat. Dia juga menjawab pertanyaan dari Jaksa penuntut umum dengan jujur tanpa ada yang dia sembunyikan. "Jadi ini semua ulah kamu? Harusnya dari awal aku membunuhmu!" raung Zoya dengan marah yang membuat dirinya mendapat peringatan dari hakim. Melihat Fiona duduk di kursi saksi membuat Zoya menggeram penuh amarah. Jika pengungkapan bukti sabotase mobil Mas Agung ini diserahkan oleh Paman Rusdi, mungkin Zoya tidak akan semarah ini. Tapi yang melakukannya adalah musuh bebuyutannya. Orang yang sudah Zoya cap sebagai penyebab atas setiap kemalangan

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   115 | Motif

    "Jaya! Mas Fadli, Jay!"Ketika Jaya tiba di rumah, hal pertama yang menyambutnya adalah raungan sang kakak yang baru saja sadar dari pingsannya. "Mbak, tenang! Coba ceritakan ada apa?" tanya Jaya berusaha untuk bersikap tenang meski hatinya sendiri sudah gundah gulana. "Mas Fadli, Jay! Mas Fadli!" pekik Mbak Arum dengan histeris. Air mata terus merebak membanjiri pipinya. "Mbak, jelaskan pelan-pelan apa yang terjadi?" tanya Jaya dengan penuh kesabaran. "Mas Fadli ditangkap polisi!" ungkap Arum dari sela-sela sengguk tangisnya. "APA?!" pekik Ibu Marni dengan keras hingga memenuhi ruangan. "Tadi siapa orang yang menghubungi Mbak?" tanya Jaya masih dengan nada tenang meskipun hatinya sudah hancur berantakan. "Namanya Chandra. Pengacara Mas Fadli. Katanya sekarang dia ada di kantor polisi untuk menemani Mas Fadli diinterogasi," jawab Arum dengan tergugu. "Kalau begitu, ayo kita ke kantor polisi," ajak Jaya sembari beranjak dari sofa yang dia duduki. "Ayo! Ayo!" timpal Ibu Marni d

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   114 | Fadli Tertangkap

    Fadli yang berangkat ke kantor ketika jarum jam hampir menunjukkan pukul 11 pagi tiba-tiba dihadang oleh beberapa rekan kerjanya. Wajah kaku mereka membuat Fadli tiba-tiba merasakan firasat buruk di hatinya. Pikirannya bahkan langsung tertuju pada Zoya, dan ancamannya. Apalagi ketika mengetahui bahwa Jaya ternyata tidak berhasil membujuk Fiona untuk mencabut tuntutannya. 'Jangan bilang si Zoya sudah mengatakan tentang hal itu pada polisi!' gumam Fadli dengan panik. "Ada apa ini?" tanya Fadli pura-pura tidak merasakan keanehan dari mereka. Akan tetapi, dia perlahan mulai mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Sayangnya, sebelum Fadli sempat melaksanakan niatnya itu, dia telah lebih dulu dibekuk oleh rekan-rekan sejawatnya. "Sialan! Apa yang kalian lakukan?" maki Fadli dengan berang. Kini tangannya bahkan sudah diborgal yang terasa menginjak harga dirinya. Tanpa menghiraukan protesan dari Fadli, seorang polisi yang menangani kasus Fiona sebelumnya terus menyeret Fadli menuju

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   113 | Menginterogasi Ibu Mastah

    Di kediaman Adiguna, "Loh, Fadli? Kamu tidak berangkat kerja?" tanya Ibu Marni ketika melihat menantunya justru duduk dengan khidmat di sofa ruang keluarga. Seperti yang dikatakan Jaya kemarin, dia berpura-pura untuk tidak tahu menahu perihal yang katanya rahasia menantunya ini. Toh, semuanya juga belum terbukti kebenarannya. Bagaimana jika Zoya berbohong? Pun jikalau yang dikatakan Zoya itu benar, mereka bisa mengambil tindakan nanti. Tidak perlu terburu-buru. "Ini sudah jam setengah sembilan loh!" tambah Ibu Marni memperingatkan. "Fadli mau nanya dulu sama Ibu, apa Jaya berhasil membujuk Fiona untuk mencabut tuntutannya?" tanya Fadli penuh harap. "Huh! Dia tidak mau mencabut tuntutannya!" balas Ibu Marni seraya mendengus sinis. " ... "Tanpa sadar, geraham Fadli bergemeretak dengan tidak puas. Sayang sekali dia tidak berdaya! "Buk! Fadli mau bertemu dengan Ibu Mastah dulu, boleh?" tanya Fadli meminta izin. Alis Ibu Marni berkedut pelan. "Bertemu Ibu Mastah? Buat apa?" tanya

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   112 | Kentang Panas

    Pagi-pagi sekali. Jarum jam bahkan masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tapi paman Rusdi sudah menunggu di depan perusahaan tempat Fiona bekerja. Gelagatnya yang mencurigakan membuat seorang satpam perusahaan yang bertugas pagi ini terus menatapnya dengan curiga. "Permisi, Pak!" tegur Paman Rusdi dengan malu-malu. "Ada apa?" tanya satpam itu sedikit ketus. Wajahnya bahkan memberengut jijik. Aroma yang menguar dari tubuh pria gelandangan itu membuatnya ingin segera mengakhiri interaksi ini. "Di dalam sini ada karyawan yang namanya Fiona Larasati 'kan?" tanya paman Rusdi. Gelagatnya yang menurut sang satpam sudah mencurigakan sejak awal, membuat satpam yang bertugas itu semakin mengerutkan kening. Dia tidak mungkin tidak mengenal orang yang disebutkan oleh pria ini. Pasalnya, nama yang disebutkan itu sudah sangat terkenal di perusahaan. Selain karena kedekatannya dengan sang bos perusahaan. Wanita ini juga sering viral lantaran masalah keluarganya. Dan kabar terbaru yang ke

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   111 | Menghubungi Paman Rusdi

    Ibu Mastah bergegas kembali ke kamarnya untuk mencoba menghubungi sang adik kandung melalui nomor yang hanya mereka ketahui sendiri. Tadinya dia berniat mengunjungi ruang keluarga untuk menanyakan tentang kabar putrinya yang tidak juga pulang hingga semalam ini. Siapa yang menduga dia justru mendengar obrolan penting itu. "Halo," sapa Ibu Mastah dengan antusias begitu sambungan telepon mulai terhubung. [Huh! Sekarang kamu baru menghubungiku?!]Ibu Mastah harus menjauhkan ponsel butut di tangannya dari sisi telinga karena kerasnya suara bentakan sang adik dari seberang sana. "Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Aku dengar dari Jaya dan ibunya kalau kamu memiliki bukti pembunuhan yang dilakukan oleh Fadli. Apa benar?" tanya Ibu Mastah. Rentetan kalimat panjang ini diutarakan dalam satu tarikan nafas tergesa. [ ... ]"Halo, Rusdi?" panggil Ibu Mastah karena sang adik tidak membalas perkataannya. [Jadi mereka sudah tahu!] "Apa?" tanya Ibu Mastah. [Kak, Zoya ada dimana?]Ibu Mastah m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status