Share

7 | Igor Samudra

Fiona sedang menunggu lift dengan wajah datar diiringi oleh orang yang bergosip terang-terangan tentangnya. Meskipun dia tidak mengundang salah satu dari mereka ke acara pernikahan suaminya, tetap saja gosip mengenai dia yang dimadu telah menyebar ribuan mil jauhnya. Fiona tidak peduli. Sejak dia bersedia diduakan oleh sang suami, dia sudah siap dengan hal ini.

Bahkan jika ada kalimat tidak menyenangkan yang mampir di telinganya, Fiona hanya mengambil sikap acuh tak acuh.

"Pantas aja suaminya nyari orang lain, judes gitu!" kata seseorang yang tidak dia kenal.

"Mungkin di rumah dia juga bossy orangnya, makanya suaminya jadi enggak betah!" timpal yang lain.

"Hush, nanti dia dengar!"

"Biarin aja dia dengar. Biar dia sadar diri kalau dunia gak cuma berputar sama dia seorang!"

Fiona melirik orang yang baru saja berbicara dan hanya mendengus dengan sudut bibir sedikit terangkat.

"Udah-udah, dia ngeliat ke sini barusan!" seseorang berkata dengan panik.

Alis Fiona sedikit berkedut mendengar nada itu. Dia tidak bisa tidak bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah dia memang semenyeramkan dan semenyebalkan itu di kantor?

Namun, karena tidak bisa menemukan jawabannya sendiri, Fiona hanya mengendikkan bahu tak mau ambil pusing.

Adapun ditengah penantian yang dirasa cukup lama ini, sebuah lengan tiba-tiba tersampir di bahunya. Fiona tidak perlu menoleh untuk melihat siapa gerangan pemilik lengan kurang ajar ini.

Dari aroma akrab parfum yang menelisik ke dalam hidungnya saja sudah bisa membangkitkan memori-memori lama yang membuatnya pusing.

"Kamu benar-benar kembali?" tanya Fiona sambil tetap menatap lurus pada pintu lift yang belum juga terbuka. Tangannya terlipat gusar di depan dada.

"Kyaaa!!"

Fiona tidak cukup penasaran dengan alasan jeritan wanita-wanita yang sedang menunggu bersamanya. Apalagi kalau bukan karena pria di sampingnya ini.

Tiga tahun tak bertemu dengan pria ini tidak membuat ingatan Fiona akan pria ini hilang begitu saja. Setiap detail dari wajah tampannya masih bisa diingat dengan jelas. Termasuk lekukan dangkal di sudut bibir kirinya setiap kali pria ini tersenyum.

Bukannya menjawab pertanyaan Fiona dengan santai. Pria ini justru semakin merapatkan tubuh mereka.

"Morning, Darling!" bisikan dan hembusan nafas hangat membelai telinga Fiona. Aroma khas pasta gigi bercampur musk yang menggelitik indera penciumannya membuat Fiona tanpa sadar menggigit sudut bibirnya.

"Itu siapa?!"

Pertanyaan datang tak henti-henti dari orang-orang sekitar. Beruntung pintu lift yang ditunggu akhirnya berdenting terbuka. Menumpahkan orang-orang di dalamnya.

Tanpa menunggu basa-basi, Fiona bergegas melangkah ke dalam lift diikuti oleh pria lengket itu.

"Dunia memang harusnya hanya berputar di sekitarku doang!" bisik Fiona pada wanita yang tadi menggunjingnya.

Fiona bisa melihat wanita itu menggeram kesal. Dan justru disanalah letak kebahagiaannya. Bisa membungkam mulut jaill itu dengan kejailan yang sama.

"Kamu sudah mendapat pemberitahuan untuk langsung ke ruang meeting?" tanya pria itu pada Fiona. Suara berat dan seksinya tak ayal membuat para wanita di dalam kotak sempit ini berbisik-bisik ribut.

Fiona sendiri segera merogoh tasnya untuk mengambil benda pipih yang masuk ke dalam kategori barang paling penting di hidupnya. Sebuah pesan whats*pp dari Freya terpampang di layar ponselnya.

"Tangan kamu berat. Bisa diturunkan?" pinta Fiona dengan sabar sambil berusaha menepis lengan yang tergantung nyaman di bahunya.

Ting,

Pintu lift terbuka di lantai lima belas tempat ruang meeting berada. Fiona membawa kakinya keluar dari lift dengan lengan pria itu masih tersampir tak tahu malu di bahunya. Sampai akhirnya kepalanya yang sejak tadi hanya menghadap lurus ke depan perlahan ditolehkan ke samping. Sorot mata tajam dia berikan pada pria tampan dengan senyum cemerlang di pagi hari ini.

"Aku baru saja mau melepasnya," ujar pria itu sambil nyengir lebar.

Dia sama sekali tidak takut dengan sorot mata tajam Fiona. Dia hanya suka menggoda wanita yang dicintainya itu.

Fiona tidak menanggapi dan hanya berjalan lurus menuju ruang meeting. Jalan mereka terpisah, pria itu berjalan menuju kepala meja yang diatur berbentuk persegi panjang. Sedangkan Fiona berjalan ke ujung meja yang lainnya. Duduk di samping Freya.

"Kamu dateng bareng dia?" tanya Freya dengan kerutan samar di antar alisnya.

"Ketemu depan lift," jawab Fiona singkat.

"Kenapa dia tiba-tiba kembali?" tanya Fiona sambil menatap Freya. Sahabatnya ini memiliki jaringan informasi luas yang tersebar di seluruh kantor.

"Pak Idam lagi sakit, jadi deh dia ditarik ke sini buat gantiin bapaknya," jawab Freya dengan berbisik.

"Semudah itu? tinggal bilang, kamu gantiin ayah jadi CEO terus udah yuk cus, jadi CEO?" tanya Fiona yang membuat Freya memutar matanya.

"Kamu gak tahu aja beberapa bulan ini kondisi di atas caos banget buat nentuin siapa yang bakal gantiin Pak Idam. Semua sisi narik urat, cuma kan kita gak gosipin aja," balas Freya masih dengan berbisik-bisik.

Dia bisa memaklumi kenapa sahabatnya ini agak ketinggalan gosip perkantoran. Sahabatnya ini terlalu sibuk dengan rencana morotin suaminya yang pelit itu.

"Kirain dia balik karena tahu aku dimadu," tukas Fiona membuat Freya hampir tersedak ludahnya sendiri.

"Cih. Kepedean!" sahut Freya dengan geli.

"Pertemuan ini tidak akan lama. Kita bertemu disini hanya untuk perkenalan saja. Perkenalkan, saya Igor Samudra. Mulai hari ini saya akan menggantikan Pak Idam Samudra sebagai CEO baru perusahaan ini. Mohon kerjasamanya!"

Gosip pagi Fiona dan Freya diinterupsi oleh suara berat, dan berwibawa dari ujung meja. Tampang cengengesan pria itu saat menggoda Fiona tadi telah lama sirna. Digantikan oleh wajah keras serta tegas yang biasa ditampilkan untuk orang banyak.

"Tidak perlu banyak basa-basi, setiap menajer memberikan laporan kinerja untuk kuartal ini pada saya sesegera mungkin!" Titah Igor.

Bisik-bisik langsung terdengar begitu ucapan itu keluar.

"Cukup perkenalan dari saya, kalian bisa kembali bekerja. Ingat, waktu adalah uang!" tutup pria itu dengan dingin. Pertemuan singkat ini berakhir begitu saja.

Satu per satu karyawan bangkit dari posisi mereka, dan keluar dari ruang meeting dengan tertib. Termasuk Fiona dan Freya.

Melihat Fiona keluar paling belakang, Igor tidak melepaskan kesempatannya. Dia langsung menyambar bahu wanita terkasih itu untuk dibawa mendekat ke arahnya. Fiona yang tidak siap spontan menabrak dada bidang di belakangnya.

"Lama tidak bertemu. Kamu tidak merindukanku?" tanya pria itu. Ekspresi konyol kembali menghiasi wajahnya.

"Tidak sama sekali!" jawab Fiona dengan tegas.

Freya yang tadi berjalan di samping Fiona memilih untuk melipir pergi. Dia sengaja meninggalkan ruang bagi Fiona yang terlihat masih berjuang melepaskan jerat dari tangan gurita pria itu.

"Aku mendengar berita yang cukup mengejutkan kali ini,"

"Apa itu?" tanya Fiona meski dia sudah memiliki tebakan di dalam hatinya.

"Jaya selingkuh dari kamu? dia menikah lagi?!"

Tampang konyol Igor berubah menjadi tegas dan keras. Fiona bahkan bisa melihat pria ini menggertakkan gigi dengan kesal.

* * *

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status