"Besok gue pindah sekolah Qiy," kata Irham ketika perjalanan pulang mengantar Qiya. Benar-benar, Qiya tak habis pikir, mereka baru saja sekolah satu semester tapi Irham sudah akan pindah sekolah. Dasar bandel pikir Qiya. Ia merasa kasihan kepada bunda Irham, saat pertama masuk SMP Irham itu murid baik-baik, tidak bandel seperti sekarang. Itu semua berawal dari kelas 2 SMP, saat ia mulai bergaul dengan teman yang bandel, suka ikut tauran, datang telat, pulang telat dsb. Bundanya jadi kerepotan dengan tingkah Irham yang berubah bandel karena salah gaul.
......
Hari senin ini, Qiya datang sekolah lumayan siang. Jangan khawatir, ia tidak akan terlambat upacara, di sekolah Qiya upacaranya siang, ya gitu udah pada tau kan. Jam 07.40 Qiya baru sampai di sekolah. Ia berjalan santai melewati ruang Tata Usaha. Ia melihat ada seorang murid yang sedang duduk berhadapan dengan Pak Hikmat, tapi ia tidak peduli, Qiya terus saja berjalan menuju kelasnya.
Jam 08.00 upacara di mulai seperti biasa. Qiya berdiri di barisan paling belakang padahal ia bertubuh pendek, katanya supaya gak kena matahari, jadi gak panas. Qiya upacara sambil jongkok, untungnya tidak ada guru yang jaga di belakang barisan kelas 10.
Dari jajaran kelas 11 Qiya bisa melihat Bara yang juga berdiri di barisan paling belakang, bukan seperti Qiya, Bara berdiri di belakang karena memang ia tinggi. Niatnya Qiya melihat ke barisan kelas 11 ingin mencari Fatur, tapi malah menemukan Bara yang nambaknya sudah mulai pegal.
Selesai upacara, murid murid berhamburan menuju kantin untuk sekedar membeli es. Tapi Qiya, Rissa dan Sarah langsung masuk kelas, mereka membawa minum dari rumah, lagipula malas ke kantin pasti ngantri.
5 menit kemudian guru yang mengajar masuk ke dalam kelas, Qiya cuek saja ia tetap merebahkan kepalanya di atas meja dengan alas tas gendongnya. Bu Hati memulai pembelajaran dengan sedikit cerita-cerita, Bu Hati memang guru favorite di sekolah ini, friendly banget ke semua murid, masih muda cantik dan pintar, jomblo pula.
Tak lama Bu Hati bercerita, pintu kelas Qiya terbuka memperlihatkan Pak Hikmat. "Assalamualaikum bu, permisi ini ada murid baru masuk di kelas ini" ucap Pak Hikmat.
"Waalaikum salam, iya pak. Silahkan masuk."
Kemudian satu orang murid cowok masuk kedalam kelas, pintu kembali tertutup oleh Pak Hikmat yang juga kembali ke ruang Tata Usaha sekolah. Qiya mendongakan kepalanya, penasaran siapa murid baru yang masuk ke kelas ini. Ia terkejut ketika mendapati Irham di depan kelas sana sedang bersalaman dengan Bu Hati, sepertinya ada sedikit pembincangan.
Qiya tidak pernah berpikir kalau Irham akan pindah sekolah kesini. Qiya masih memperhatikan gerak-gerik Irham yang sedang mengobrol dengan Bu Hati, kemudian Irham berdiri di depan kelas menghadap ke semua teman barunya. Irham tersenyum ketika melihat Qiya yang duduk di bangku belakang baris kedua.
Qiya merasa canggung di tatap irham, karena sekarang sebagian teman kelasnya menoleh ke arahnya. Dasar Irham, batin Qiya.
"Lo kenal Qiy?" Tanya Rissa yang duduk di sebelahnya, nampaknya Rissa juga sadar kalau murid baru itu tersenyum kepada Qiya.
Qiya hanya mengangguk untuk menjawab.
"Silahkan perkenalkan diri kamu" kata Bu Hati kepada Irham.
Kemudian Irham memperkenalkan dirinya dengan Singkat. Setelah itu ia duduk di bangku kosong paling belakang barisan pojok tembok bersama Rendi. Qiya menoleh menatap Irham dengan alis yang berkerut, seolah ekspresinya itu mempertanyakan "kok lo pindah kesini sih?"
Irham yang melihat Qiya menatapnya hanya melambaikan tangan. Qiya berdelik lalu mulai pokus belajar memperhatikan Bu Hati.
.....
Bel istirahat baru saja berdering, Bu Hati sudah mengakhiri pembelajaran di jam pertama. Kalo hari senin sebelum istirahat hanya ada satu pelajaran, berbeda dengan hari lain.
Setelah Bu Hati meninggalkan ruang kelas, hampir semua teman-temannya mulai beranjak untuk pergi istirahat, ada yang ke kantin, ke lapangan, dan ke warung belakang.
"Yuk kantin," ajak Qiya kepada Rissa dan Sarah.
Mereka bertiga beranjak. "Bareng lah," ucap Rena
"Iya yuk bareng" jawab Sarah kepada teman sebangkunya itu.
Kemudian mereka berjalan keluar kelas berlima, Qiya, Sarah, Rissa, Rena dan Imel. Biasanya Rena dan Imel hanya menikmati istirahat berdua, sekarang mereka mau gabung bersama Qiya dan dua temannya, biar tambah rame dan akrab.
Pas di pintu kelas, Irham berlari menghampiri Qiya.
"Qiyaaa.."
Qiya menoleh, keempat temannya juga ikut berhenti berjalan dan menoleh menatap Irham.
"Apa??" Tanya Qiya.
"Kamar mandi dimana?"
Qiya menunjuk jalan menuju kantin, "tuh deket kantin, kamar mandi cowok,"
"Oke."
Lalu Qiya dan teman-temannya melanjutkan langkah mereka menuju kantin. Mereka duduk di tempat biasa, setelah memesan makanan.
"Qiya, kenal si Irham?" Tanya Sarah.
Qiya mengangguk "iya, sekelas pas SMP"
"Kok pindah sih? Tanggung banget, padahal bentar lagi ulangan semester 1" kata Rena.
"Iyaya.. padahal nanti aja kenaikan kelas 11 pindahnya," timpal Rissa.
Setelah itu makanan mereka datang, dan mereka mulai makan dengan tenang. Qiya duluan selesai makan, lalu meraih ponsel di saku roknya.
"Qiy, kak Bara tuh," kata Rissa.
"Aahh bodo ah" jawab Qiya tidak peduli, ia tetap pokus dengan ponselnya.
"Nyamperin lo Qiy" ucap Imel memberi tahu.
Semua teman sekelas Qiya tahu, bahwa kak Bara suka sama Qiya. Bagaimana tidak, setiap lewat kelas Qiya, Bara selalu berteriak memanggil nama Qiya, tidak peduli Qiya ada di dalam kelas atau tidak.
Mendengar ucapan Imel, Sontak Qiya beranjak untuk pergi ke kelas duluan meninggalkan teman-temannya yang masih makan di kantin. "Mau kemana?" Tanya Rena.
"Gue ke kelas duluan" ucap Qiya.
"Bareengg!! Gue selesai kok ini" kata Rena buru-buru beranjak menyusul Qiya.
Terdengar suara teriakan teman-teman Bara yang meledeknya karena gagal menghampiri Qiya. Tak habis akal, Bara berteriak di tengah kantin yang ramai memanggil Qiya.
"Qiyaaa!!! Pulang sekolah gue tunggu di warung depan!"
Qiya tidak peduli, ia tetap berjalan meninggalkan kantin. Sebenarnya ia malu dengan tingkah Bara. Kakak kelasnya itu sungguh bersikeras mendekatinya.
"Qiy, itu kak Bara mangg--"
"Biarin aja, bosen gue Ren denger dia ngajak balik bareng terus"
"Ahh padahal lumayan Qiy, gratisan loh"
"Iya sih, tapi ogah gue Ren," Rena hanya tertawa mendengar jawaban Qiya.
Bara merebahkan tubuhnya di kasur Yasir, merasa ngantuk dan ingin tidur sebentar. Temannya yang lain juga sibuk sendiri walaupun tetap ngobrol dengan topik random."Cil adek lo jutek banget,aingcape mikirin cara deketinnya. Di chat jugataradibales Cil" curhat Bara kepada Yasir."Atudaaa ngegasteuingdeketinnyamaneh mahBar. Santai napa santai," timpal Riza.Bara bangun kemudian duduk di tengah kasur Yasir. "Emang gitu?""Udah laahh Bar, berenti aja deketin adek gue. Lo bukan tipenya," ucap Yasir.Bara mendengus, "dukungatuhCil, dukuunggg !! Soal tipemahgue terob
Siang ini Bara kumpul di warung belakang bersama teman-temannya yang lain seperti biasa. Mereka tidak kembali ke sekolah sejak bel istirahat pertama tadi, yaa mereka berencana bolos dan nongkrong di warung itu.Disana bukan hanya Bara dan teman-temannya, tapi ada juga kakak kelas 3 dan adik kelas 1 yang mulai tau tempat kabur kakak kelasnya, lebih tepatnya mereka mau jadi penerus kakak kelasnya jadi murid bandel.Seperti Irham, ia memang sudah bandel sejak SMP kelas 2. Dan sekarang ia di ajak bolos oleh Rendi ke warung belakang, tentu saja ia menyetujuinya tanpa banyak tanya.Sampai di warung belakang, Rendi memperkenalkan Irham kepada kakak kelas dan teman seangkatannya disana. Cowok kalau kumpul, udah gak pernah mempermasalahkan umur walaupun tetap menghargai kakak kelas. Mereka kump
Tak terasa seminggu lagi ulangan semester dan seminggu setelahnyaclassmeeting. Qiya dan teman sekelasnya telat berdiskusi siapa yang akan ikut lomba mewakili kelas mereka.Qiya tidak ada niat mengikuti lomba apapun, malas. Menurutnya mending nonton saja dan mendukung teman-temannya, terutama Rissa dan Rena yang mengikuti lomba cerdas cermat. Awalnya Rissa menolak mengikuti lomba itu, ia merasa tidak cukup ilmu untuk mengikuti lomba cerdas cermat, berbeda dengan Rena yang memang pintar."Belajar lo dua minggu lagi ngadu otak," suruh Qiya kepada Rissa.Sekarang mereka sedang beristirahat di kantin, selesai menghabiskan makanannya mereka tidak berniat langsung kembali ke kelas, melainkan nongkrong dulu di kantin sambil bercanda.
"Eehh anak kelas lo ada yang cakep tuh Ham, siapa namanya?" Tanya Riza. Sekarang mereka sedang berkumpul di warung belakang.Irham menyesap rokoknya dengan santai lalu balik bertanya, "yang mana dulu nihh??""Itu loh, yang suka sama si Qiya,"Mendengar nama Qiya di sebut sontak Bara menoleh menatap Riza dengan sinis, "kalo nanya yang ada nama si Qiyanya keaingajaatuhRiz, ampun ihka babaturan teh.""Bacot!" Balas Riza.Irham diam tidak peduli dengan Bara yang marah-marah karena temannya bertanya tentang teman Qiya kepadanya. Ya wajar aja padahal Riza nanya ke Irham, toh ia satu kelas dengan Qiya pasti tau siapa teman dekat Qiya.
Ulangan semester telah dilaksanakan dari dua hari yang lalu. Baru dua hari tapi Qiya sudah ingin muntah dengan kertas-kertas soal. Qiya rasa ia benar-benar salah masuk jurusan, ia selalu mendapat soal yang berisi angka-angka, serius Qiya tidak suka menghitung. Ilmu yang diajarkan oleh guru selama satu semester ini juga tidak banyak yang masuk ke otaknya yaa salah Qiya juga, soalnya kalo belajar suka gak pokus dan tidur.Hari ini ulangan pelajaran Biologi dan dua pelajaran lain, lumayan gak ketemu angka, besok baru hitung-hitungan soalnya Matematika Minat, padahal tidak ada yang minat. Qiya bisa sedikit bernapas lega hari ini. Walaupun tetap bikin pusing saat liat soal, banyak bahasa latin di soal Biologi yang bacanya saja Qiya tidak bisa. Salah apa Qiya sampai bisa nyasar ke jurusan Ipa? Sulit sekali ya ampun."Ren, liat LJK lo dong" pi
Hari pertamaclassmeetingini Qiya datang bersama Yasir jam 9. Qiya pikir acaranya sudah mulai, ternyata belum. Teman kelas Qiya sebagian tidak datang ke sekolah, padahal Qiya rasa acara ini akan rame sampai beberapa hari kedepan. Semoga ekspetasi Qiya tentangclassmeetingini benar, semoga tidak membosankan.Hari ini lomba cerdas cermat, pidato dan lomba futsal, yang bermain hari ini di lomba futsal hanya dua grup. Grup kelas 10 ips2 dan 11 ipa1 . Qiya hanya berniat menonton lomba cerdas cermat untuk mendukung Rissa dan Rena. Ia duduk di dalam aula baris paling depan bagian menonton.Rissa, Rena dan Ferra sudah siap di tempat peserta lomba. 5 menit lagi lomba dimulai. Ternyata duduk dan menonton cerdas cermat cukup membosankan, jika bukan karena Rissa dan Rena, rasanya Qiya ingin pulang saja.
"Lo suka sama si Fatur, Qiy?" Qiya mendengus kesal ketika indra pendengarannya berkali-kali mendengar pertanyaan yang sama dari Irham. "Kenapa sih si Irham harus peka kalo gue lagi liatin kak Fatur," gumam Qiya yang tidak mungkin terdengar oleh Irham yang jalan di belakangnya. "Hah? Apa Qiy? Gadenger gue," ucap Irham sambil mencondongkan badannya ke arah Qiya. Qiya bergidik ketika merasakan nafas Irham di dekatnya, ia mendorong dahi Irham agar menjauh. "Apaan sih! Gue gak ngomong sama lo!" Irham menegakkan tubuhnya, ia juga menatap sinis Qiya yang tidak juga menjawab pertanyaannya. "Lo suka sama si Fatur?!" Tanya Irham lagi dengan penuh penekanan.
Qiya terus memikirkan perkataan Bara siang tadi, ia tidak menanggapinya dengan serius tapi tetap saja hatinya berbeda dengan yang ia ucapkan. Tak bisa dipungkiri, Qiya terkejut mendengar pertanyaan Bara, ia jadi salah tingkat siang tadi. Malam ini, Qiya berguling-guling di kasur karena tidak bisa tidur. Pertanyaan Bara benar-benar tidak bisa hilang dari pikirannya. Semuanya terasa mendadak, ia tidak pernah berpikir Bara akan mengatakan hal itu secepat ini. Ia jadi takut jika besok ketemu Bara jadi canggung. Qiya meraih ponselnya berniat menelepon Rena untuk curhat. Tapi ia urungkan niatnya ketika melihat jam di ponselnya sudah menunjukan pukul setengan 12 malam, Rena pasti sudah tidur. Qiya akhirnya memutuskan untuk menonton drama korea yang belum selesai ia tonton. Qiya larut dalam