Bara merebahkan tubuhnya di kasur Yasir, merasa ngantuk dan ingin tidur sebentar. Temannya yang lain juga sibuk sendiri walaupun tetap ngobrol dengan topik random.
"Cil adek lo jutek banget, aing cape mikirin cara deketinnya. Di chat juga tara dibales Cil" curhat Bara kepada Yasir.
"Atudaaa ngegas teuing deketinnya maneh mah Bar. Santai napa santai," timpal Riza.
Bara bangun kemudian duduk di tengah kasur Yasir. "Emang gitu?"
"Udah laahh Bar, berenti aja deketin adek gue. Lo bukan tipenya," ucap Yasir.
Bara mendengus, "dukung atuh Cil, dukuunggg !! Soal tipe mah gue terobos aja."
"Eehh Bar, tuh si Qiya baru balik, sama cowok lohhhh" kata Heri sambil memanas-manasi Bara.
Sontak Bara berdiri menghampiri Heri di dekat kaca jendela kamar Yasir. "Ya allaahh... saingan gue dateng tuh kayaknya. Ahh cakepan gue yakan Her?"
Heri tersenyum jail "cakepan dia lah. Lo gada apa apanya di banding yang itu" ucap Heri sambil menunjuk cowok yang nganterin Qiya pulang.
"Siapa sih?" Tanya Yasir yang berjalan mendekat ke arah jendela.
Yasir mengerutkan dahinya, "kok si Irham pake seragam sekolah kita ya??" Tanya Yasir kepada Heri dan Bara.
Heri menggelengkan kepalanya, "kaga tau Cil, gue kaga kenal."
"Anak baru tuh kayaknya, kata si Rendi tadi cerita gue nguping di warung," ujar Bara.
"Oohhh pindah sekolah, mantap balikan lah Qiy sama si Irham" ucap Yasir seenaknya di hadapan Bara.
Bara memukul keras bahu Yasir, membuat Yasir mengaduh kesakitan dan mengusap-usap bahu yang di pukul Bara. "Enak banget yaa maneh Cil.. bilang begitu depan aing," protes Bara.
"Hahahahahhahahah" terdengar gelak tawa dari teman-temannya.
.......
Qiya berangkat sekolah seperti biasa bersama Yasir, ia melangkah santai menuju kelasnya. Waktu menunjukan pukul 7 lewat 10 menit, dan sekolah tentu saja masih sepi.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahu kanannya, Qiya menoleh untuk melihat orang itu. Ternyata Irham, "apaa?!" Tanya Qiya jutek.
"Jangan jutek-jutek atuh Qiy," jawab Irham. "Eehh ini kok masih sepi? Libur merennya??"
Qiya menggeleng, "ngga libur, disini emang masih sepi kalo baru jam 7. Nanti jam 8 baru rame," jelas Qiya.
"Lah? Terus gue ngapain dateng pagi begini??" Tanya Irham kepada dirinya sendiri.
Qiya melangkah lebih cepat meninggalkan Irham yang jalannya lama.
Sampai di kelas, Qiya langsung mendudukan dirinya di bangku lalu meraih ponsel di dalam tasnya, ia berniat menonton kpop sambil menunggu bel masuk.
Irham bukannya duduk di bangkunya sendiri malah mengikuti Qiya dan duduk di bangku Rissa. "Ngapain disini?!!" Tanya Qiya galak, ia merasa terganggu dengan Irham yang duduk disampingnya.
"Sok weh nonton mah, duduk doang moal ganggu," kata Irham yang paham dengan Qiya, ia tau kalo Qiya sedang fangirlan gak suka diganggu.
"Aahh sana sana pindaaahh!!" Suruh Qiya, ia mendorong bahu kiri Irham agar pergi dan duduk di bangkunya sendiri.
"QIYAAA!!!" Teriak seseorang dari luar kelas. Irham menoleh menatap kaca jendela kelasnya.
"Siapa tu?" Tanya nya kepo, di luar kelas ada Bara yang mengintip ke dalam kelas Qiya lewat jendela. Qiya mendelik ketika melihat Bara di sana. Pagi-pagi mood nya sudah hancur karena Irham dan Bara. Mau pulang aja rasanya, pikir Qiya.
Irham terus memperhatikan Bara yang kini melangkah masuk ke dalam kelas, lalu ia berdiri di samping Qiya dan menaruh satu kotak susu vanila di meja untuk Qiya.
"Qiya, pulang bareng ya nanti. Udah izin kok sama si Yasir," ajaknya.
Qiya diam tidak menghiraukan ajakan Bara.
"Qiya pulang sama gue," ucap Irham tiba-tiba.
Qiya beranjak, berniat pergi ke kantin, ia meraih susu kotak vanila yang di berikan Bara. Sepertinya di kantin akan lebih nyaman walaupun tidak sehening di kelas, sebelum melangkah Qiya berkata, "gue pulang sama kak Yasir! Kalian berdua aja yang pulang bareng! Searah tuh kayaknya,"
Dengan kompak Bara dan Irham menjawab "ogaaahhh!!!"
Siang ini Bara kumpul di warung belakang bersama teman-temannya yang lain seperti biasa. Mereka tidak kembali ke sekolah sejak bel istirahat pertama tadi, yaa mereka berencana bolos dan nongkrong di warung itu.Disana bukan hanya Bara dan teman-temannya, tapi ada juga kakak kelas 3 dan adik kelas 1 yang mulai tau tempat kabur kakak kelasnya, lebih tepatnya mereka mau jadi penerus kakak kelasnya jadi murid bandel.Seperti Irham, ia memang sudah bandel sejak SMP kelas 2. Dan sekarang ia di ajak bolos oleh Rendi ke warung belakang, tentu saja ia menyetujuinya tanpa banyak tanya.Sampai di warung belakang, Rendi memperkenalkan Irham kepada kakak kelas dan teman seangkatannya disana. Cowok kalau kumpul, udah gak pernah mempermasalahkan umur walaupun tetap menghargai kakak kelas. Mereka kump
Tak terasa seminggu lagi ulangan semester dan seminggu setelahnyaclassmeeting. Qiya dan teman sekelasnya telat berdiskusi siapa yang akan ikut lomba mewakili kelas mereka.Qiya tidak ada niat mengikuti lomba apapun, malas. Menurutnya mending nonton saja dan mendukung teman-temannya, terutama Rissa dan Rena yang mengikuti lomba cerdas cermat. Awalnya Rissa menolak mengikuti lomba itu, ia merasa tidak cukup ilmu untuk mengikuti lomba cerdas cermat, berbeda dengan Rena yang memang pintar."Belajar lo dua minggu lagi ngadu otak," suruh Qiya kepada Rissa.Sekarang mereka sedang beristirahat di kantin, selesai menghabiskan makanannya mereka tidak berniat langsung kembali ke kelas, melainkan nongkrong dulu di kantin sambil bercanda.
"Eehh anak kelas lo ada yang cakep tuh Ham, siapa namanya?" Tanya Riza. Sekarang mereka sedang berkumpul di warung belakang.Irham menyesap rokoknya dengan santai lalu balik bertanya, "yang mana dulu nihh??""Itu loh, yang suka sama si Qiya,"Mendengar nama Qiya di sebut sontak Bara menoleh menatap Riza dengan sinis, "kalo nanya yang ada nama si Qiyanya keaingajaatuhRiz, ampun ihka babaturan teh.""Bacot!" Balas Riza.Irham diam tidak peduli dengan Bara yang marah-marah karena temannya bertanya tentang teman Qiya kepadanya. Ya wajar aja padahal Riza nanya ke Irham, toh ia satu kelas dengan Qiya pasti tau siapa teman dekat Qiya.
Ulangan semester telah dilaksanakan dari dua hari yang lalu. Baru dua hari tapi Qiya sudah ingin muntah dengan kertas-kertas soal. Qiya rasa ia benar-benar salah masuk jurusan, ia selalu mendapat soal yang berisi angka-angka, serius Qiya tidak suka menghitung. Ilmu yang diajarkan oleh guru selama satu semester ini juga tidak banyak yang masuk ke otaknya yaa salah Qiya juga, soalnya kalo belajar suka gak pokus dan tidur.Hari ini ulangan pelajaran Biologi dan dua pelajaran lain, lumayan gak ketemu angka, besok baru hitung-hitungan soalnya Matematika Minat, padahal tidak ada yang minat. Qiya bisa sedikit bernapas lega hari ini. Walaupun tetap bikin pusing saat liat soal, banyak bahasa latin di soal Biologi yang bacanya saja Qiya tidak bisa. Salah apa Qiya sampai bisa nyasar ke jurusan Ipa? Sulit sekali ya ampun."Ren, liat LJK lo dong" pi
Hari pertamaclassmeetingini Qiya datang bersama Yasir jam 9. Qiya pikir acaranya sudah mulai, ternyata belum. Teman kelas Qiya sebagian tidak datang ke sekolah, padahal Qiya rasa acara ini akan rame sampai beberapa hari kedepan. Semoga ekspetasi Qiya tentangclassmeetingini benar, semoga tidak membosankan.Hari ini lomba cerdas cermat, pidato dan lomba futsal, yang bermain hari ini di lomba futsal hanya dua grup. Grup kelas 10 ips2 dan 11 ipa1 . Qiya hanya berniat menonton lomba cerdas cermat untuk mendukung Rissa dan Rena. Ia duduk di dalam aula baris paling depan bagian menonton.Rissa, Rena dan Ferra sudah siap di tempat peserta lomba. 5 menit lagi lomba dimulai. Ternyata duduk dan menonton cerdas cermat cukup membosankan, jika bukan karena Rissa dan Rena, rasanya Qiya ingin pulang saja.
"Lo suka sama si Fatur, Qiy?" Qiya mendengus kesal ketika indra pendengarannya berkali-kali mendengar pertanyaan yang sama dari Irham. "Kenapa sih si Irham harus peka kalo gue lagi liatin kak Fatur," gumam Qiya yang tidak mungkin terdengar oleh Irham yang jalan di belakangnya. "Hah? Apa Qiy? Gadenger gue," ucap Irham sambil mencondongkan badannya ke arah Qiya. Qiya bergidik ketika merasakan nafas Irham di dekatnya, ia mendorong dahi Irham agar menjauh. "Apaan sih! Gue gak ngomong sama lo!" Irham menegakkan tubuhnya, ia juga menatap sinis Qiya yang tidak juga menjawab pertanyaannya. "Lo suka sama si Fatur?!" Tanya Irham lagi dengan penuh penekanan.
Qiya terus memikirkan perkataan Bara siang tadi, ia tidak menanggapinya dengan serius tapi tetap saja hatinya berbeda dengan yang ia ucapkan. Tak bisa dipungkiri, Qiya terkejut mendengar pertanyaan Bara, ia jadi salah tingkat siang tadi. Malam ini, Qiya berguling-guling di kasur karena tidak bisa tidur. Pertanyaan Bara benar-benar tidak bisa hilang dari pikirannya. Semuanya terasa mendadak, ia tidak pernah berpikir Bara akan mengatakan hal itu secepat ini. Ia jadi takut jika besok ketemu Bara jadi canggung. Qiya meraih ponselnya berniat menelepon Rena untuk curhat. Tapi ia urungkan niatnya ketika melihat jam di ponselnya sudah menunjukan pukul setengan 12 malam, Rena pasti sudah tidur. Qiya akhirnya memutuskan untuk menonton drama korea yang belum selesai ia tonton. Qiya larut dalam
Qiya memukul bahu Rissa pelan, "lo bilang pada nongkrong di depan!""Yaa tadi memang pada nongkrong di depan! Gue gak tau kalo mau pada masuk, kan gak nanya," bela Rissa."Apa ?!! Qiyanya lagi ngamuk!!" Teriak Ajeng merespond panggilan seseorang dari luar pintu kamar Qiya."Heh! Ngapain di jawab!!" Kesal Qiya.Suara tawa menggema di luar, Qiya yakin teman-teman Yasir sedang memertawakan tingkah Bara yang iseng memanggil Qiya yang malah mendapat jawaban dari teman Qiya yang lain."Aahh anjir!! Ada kak Fatuuurrr!!!" Ucap Qiya prustasi.Gadis itu beranjak untuk menutup mulut Sarah yang terlihat akan jahil memanggil Fatur. Kurang ajar m