Share

PERASAAN QIYA

Author: Almah Kartika
last update Last Updated: 2021-05-29 13:07:24

"Hai Qiyaa..." sapa Bara saat melihat Qiya melewatinya di kantin.

Qiya menoleh melihat siapa yang manyapanya, memangnya nama Qiya dikenal banyak orang? Ia rasa tidak. Bagaimana bisa cowok itu tau namanya padahal ia murid baru Ah sudahlah, Qiya tidak peduli. Ia melenggang melewati seseorang yang menyapanya itu, tanpa membalas sapaannya. Bodo amat, bahkan jika Qiya dikenal sombong.

"Gue bilang apa, adek gue tuh gak gampang" ujar Yasir dengan songong. Ia menyunggingkan senyum menyebalkannya. Dan hal itu berhasil membuat Bara mendengus kesal.

Aji menepuk-nepuk bahu Bara berniat menenangkannya tapi tetap saja, setelah itu Aji tertawa puas karena melihat temannya yang selalu menjadi idaman para cewek itu di abaikan oleh satu murid baru. "Sabar, masih permulaan" kata Aji, "tapi kalo permulaan aja udah gini, gimana nantinya? Ahhahah" lanjut Aji meledek.

Di tempat lain. Di meja ujung kantin, Qiya sedang menikmati makanannya bersama dua orang temannya, yaitu Rissa dan Sarah. Ya, teman SDnya itu sekarang kembali menjadi teman dekatnya di SMA, mereka satu kelas.

Qiya sama sekali tidak memperdulikan sapaan cowok tadi, rupanya cowok itu teman Yasir, kakaknya. Qiya baru mengetahuinya saat ia melihat kakaknya itu duduk satu meja bersama cowok itu. Yang menarik perhatiannya saat ini bukanlah tentang kakaknya dan cowok yang menyapanya tadi. Tetapi perhatiannya tertuju kepada cowok yang duduk diam dengan ponsel ditangannya, sepertinya cowok itu selalu sibuk dengan game. Dan Qiya lihat dia tetap tidak melupakan teman-teman disekitarnya, karena sesekali ia menyahuti candaan orang disekitarnya, walau hanya dengan senyum dan tawa ringan khasnya.

Yasir memergoki Qiya yang tengah menatap Fatur, Yasir tersenyum kepada Qiya yang dibalas pelototan darinya, jangan salah mata Qiya itu belo dan sayu bayangkan betapa seramnya pelototan dari matanya. Qiya tau jika senyuman dari kakaknya berarti ledekan, karena Yasir menunjukan senyum menyebalkan ala badboy. Hanya kakaknya yang tahu tentang segala perasaannya untuk saat ini.

"Lo melototin siapa sih? Ngeri gue liatnya," tanya Sarah.

Qiya menggeleng pelan, lalu kembali melanjutkan acara makannya. Setelah selesai ia mendongak menatap kedua temannya. "Lo liat gak itu tuh gerombolan cowok yang di pojok kantin itu," otomatis Sarah dan Rissa menoleh melihat ke arah meja yang di kerubungi 6 cowok.

"Oohh itu yang tadi nyapa lo terus lo cuekin?" Tanya Rissa seakan paham apa yang akan Qiya bahas.

Qiya mengerucutkan bibirnya sebal, "bukan itu ish.."

"Lagian ya, lo bisa-bisanya nyuekin kak Bara. Hebaaattt" kata Rissa sambil tepuk tangan.

"Lo tau gak sih? Kak Bara itu anggota geng cogan di sekolah ini,.."

"Lah terus? Kenapa?" Tanya Qiya memotong ucapan Rissa.

Sarah menyeruput es teh nya, lalu menyahut "sok tau banget lo, Ca."

"Ish, seriusan. Emang kalian beneran gak tau ya? Padahal gue hampir tiap hari denger murid-murid cewek ngomongin mereka."

"Udah ah, ke kelas yuk. Disini dosa, banyak bahan gibah," ajak Qiya sambil beranjak pergi.

Rissa dan Sarah mengikuti Qiya meninggalkan area kantin. Saat melewati geng hits yang tadi Rissa ceritakan, Qiya melirik sebentar ke arah Fatur yang masih menunduk pokus ke layar ponselnya. Ia tidak menyadari kalau Bara memperhatikannya dengan senyuman manis yang tersungging di bibirnya. Sebelum Bara bangkit dan menggoda Qiya, Yasir sudah lebih dulu berkata, "diem lo Bar, gak akan gue kasih contekan Matematika kalo lo nyapa adek gue lagi," ancamnya.

Bara diam, jahat sekali Yasir mengancamnya dengan contekan. "Galak amat lo!" Teman-temannya yang lain tertawa puas melihat ekspresi Bara yang terlihat kesal. Yasir tak menanggapi Bara, ia bangkit dan mengejar Qiya.

"Qiyaa!!!"

Gadis itu berhenti melangkah saat mendengar panggilan di belakangnya. Rupanya, Yasir sedang berlari kecil mengejarnya. "Apaan?"

Rissa tak percaya ketika melihat Yasir menghampiri Qiya. Ia belum tau bahwa status Qiya adalah adik Yasir. Dipikirannya hanya ada kalimat Famous amat si Qiya, baru anak baru udah dikenal kakak kalas, 2 lagi. Itulah isi pikiran Rissa saat ini. Sarah mengusap wajah Rissa yang bengong melihat Yasir, ingin sekali ia tertawa keras karena melihat ekspresi Rissa yang sangat lucu, ia tahu bahwa Rissa terkejut mendapati kakak kelasnya menghampiri Qiya.

"Kalo si Bara macem-macem sama lo, bilang ke gue, kayaknya cewek kelas sepuluh ipa2 yang dibahas Bara itu beneran lo," ucap Yasir ketika sudah berdiri di hadapan Qiya. Qiya mengerutkan dahinya bingung.

"Lo gak gue izinin deket sama temen-temen gue, kalo cuma kenal dan akrab gak papa, tapi kalo lebih, gak boleh." Yasir langsung mengerti apa yang ada dipikiran Qiya.

"Bodo amat, gue gak peduli sama Bara temen lo itu," jawab Qiya cuek.

Yasir menatap Qiya tak percaya, benar-benar adiknya ini, sekarang makin cuek sama cowok, kecuali Fatur kayaknya.

Satu tahun lalu Yasir mengetahui fakta bahwa adiknya ini menyukai Fatur. Entah darimana ia mengenal Fatur, yang pasti saat itu Yasir benar-benar terkejut. Hal yang paling mengejutkan dari perasaan Qiya adalah ia sudah sejak kelas 2 SMP menyukai Fatur. Jika dihitung sudah hampir 2 tahun hingga sekarang Qiya memendam perasaannya. Sebertahan itu Qiya dengan perasaanya yang terpendam?

"Terserah lo," ucap Yasir lalu pergi meninggalkan adiknya.

.....

Pulang sekolah, seperti biasa Qiya menunggu Yasir di depan gerbang sekolah. Qiya sudah mengirim pesan kepada Yasir, memberitahunya bahwa Qiya menunggu seperti biasa. Namun tak ada balasan oke dari Yasir, padahal kakaknya itu sudah membaca pesannya. Mungkin, Yasir berpikir untuk tidak perlu membalas pesannya.

Qiya sibuk dengan ponselnya guna menghindari rasa bosan ketika menunggu kakaknya. Tak lama dari itu, ia mendapati Yasir di sebrang jalan, sesegera mungkin Qiya menghampirinya dan pulang.

"Emang.... lo sama temen-teman lo itu geng hits ya disekolah? Kok gue gak tau kalo lo itu termasuk cowok-cowok idaman para siswi kaya di novel yang sering gue baca,"

"Atau jangan-jangan, lo juga bersikap dingin ya kalo disekolah? Biar jadi cool boy atau lo tipe yang rusuh biar kaya troublemaker boy" tanya Qiya.

"Entahlah, gue termasuk yang mana gue gak tau. Yang pasti semua siswi gak bisa menolak pesona gue," jawab Yasir dengan sombong.

Qiya berdecih ketika mendengar jawaban kakaknya yang sangat menyebalkan, "gue menolak pesona lo!"

"Itu sih lo nya aja yang burem,"

Qiya mencubit pinggang Yasir, "gue pake kacamata ini! Udah gak burem!" Mata Qiya memang minus, itu sebabnya Qiya menjadi cewek berkacamata sejak satu bulan lalu.

"Tetep aja, tipe lo kan kayak si korea-korea itu, makanya lo gak suka yang lokal kaya gue,"

Qiya tersenyum ketika Yasir membahas Korea. Memang benar, Qiya hanya mencintai lelaki Korea yang mukanya mulus dan bening kaya pangeran, bagi Qiya melihat idol kpop itu suatu kebahagiaan. Jadi ia tidak usah cape-cape patah hati karena menyukai lelaki lokal yang ada disekitarnya. Hal itu juga menjadi alasan Qiya mengapa ia tidak pernah serius ketika menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Baginya, mereka hanya bisa menyakiti. Maka dari itu, untuk menghindari hal itu Qiya memilih mencintai Idol Kpop dan tidak pernah menganggap serius sebuah hubungan.

"Ehh tapi... lo suka si Fatur deh, lo tetep menyukai cowok lokal," lanjut Yasir ketika teringat perasaan adiknya terhadap Fatur.

Senyum Qiya semakin mengembang ketika mendengar nama itu. Jantungnya berpacu cepat, selalu seperti itu ketika ia mendengar atau melihat segala hal tentang Fatur. Qiya salah tingkah, dan tanpa ia sadari pipinya mulai memerah. Qiya bingung harus merespond dengan cara apa.

"Tarik nafas.. cieeee yang langsung melting," ledek Yasir yang sudah paham seperti apa respond Qiya ketika membahas Fatur.

"Sialan lo! Gue degdeggan ini, sakit mendadak."

"Iya.. gue udah tau, lo selalu kaya gitu kalo bahas tentang si Fatur."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Me and Seniors   MEMULAI YANG BARU

    Belum lama putus, Qiya sudah terlihat bersemangat lagi. Sudah kembali menjadi Qiya yang biasanya. Hal itu memang terdengar positif untuk Qiya. Tapi tidak dengan penglihatan orang sekitarnya. Terutama Arumi, entah sejak kapan kabar Qiya putus dengan Irham sudah menyebar ke seantero sekolah. Oh hampir saja lupa, ini semua karena ulah Rendi tempo hari. Qiya mendengus kesal saat berjalan melewati Arumi ketika akan pergi ke kantin. Qiya cukup menyesal menolak tawaran Rena yang ingin menemaninya ke toilet sebelum menyusul teman-temannya yang lain."Emang dasar jalang sih ya... baru aja putus udah bisa ketawa ketiwi lagi. Parahnya sih udah ada cowo baru? Kesian deh cowo barunya."Sindiran itu membuat langkah Qiya terhenti. Dia bilang apa? Jalang? Ya ampun kasar sekali. Sebelumnya Qiya tidak mau meladeni, tapi kata Jalang yang keluar dari mulut Arumi sangat mengganggu harga dirinya."Jalangan siapa ya? Sama cewek yang mepet-mepetin pacar orang?

  • Me and Seniors   QIYA SUDAH YAKIN

    Terlentang di atas kasur empuk favoritenya. Qiya menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah keputusannya baik atau tidak, yang pasti sekarang Qiya kembali merasakan ragu.Ia merutuki kelabilannya lagi kali ini. Rasanya baru kemarin Qiya bertekad tidak akan bersama Irham ataupun Bara walaupun hatinya ada diantara dua cowok itu.Qiya tidak ingin menyakiti atau memberi harapan kepada salah satu dari mereka.Ya.. itulah yang Qiya pikirkan sebelum berbincang dengan Bara di kantin berdua.Entah apa yang Qiya pikirkan saat itu hingga bisa-bisanya mulut manisnya berkata "oke, kita jalanin dulu."Qiya mendengus kala otaknya mengingat jawabannya itu. Ia menarik salah satu bantalnya kemudian menutup kepalanya dengan bantal itu. "Aaaaarrrggghhh Zelqiya lo labil banget!!!"Qiya berguling-guling gelisah di atas kasur. Pusing memikirkan apa yang akan terjadi dengan hubungannya.Eh tapi, kalau Qiya

  • Me and Seniors   CAT LAPANGAN

    "Qiyaa.. lo sama Irham gak balikan?" Tanya Bara hati-hati.Qiya menoleh sebentar lalu tersenyum. Kakinya terus melangkah ke arah kantin berdampingan dengan langkah Bara."Balikan ya??" Tanya Bara lagi karena tidak mendapat jawaban."Nggaa.. kenapa? Mau pepet gue lagi?" Qiya tersenyum jail ke arah Bara."Iyalahh... target udah jomblo masa gak di gas."Qiya tertawa. "Jangan kak.. kita gini aja, gue gak mau kelabilan hati gue buat lo ngerasain apa yang di rasain Irham. Sekarang gue, lo bahkan Irham temenan aja. Oke?""Gue sebenernya gak bisa. Tapi mau gak kalo kita jalanin dulu? Gue gak maksa. Gimana nyamannya lo aja. Walaupun gue maunya kita ada status, kalo lo gak mau gue gak papa."Qiya berpikir sampai mereka tiba di kantin. Memesan es cekek untuk mereka berdua dan teman-teman Bara di lapang. Mereka duduk tak jauh dari penjual es. Duduk berhadapan dengan mata yang saling menatap."Oke, kita jalanin dulu."Mata Bara

  • Me and Seniors   KE KANTIN BERDUA

    Pukul 12 malam, Yasir baru pulang kerumah setelah puas bermain di rumah Fatur. Sebelum masuk ke kamarnya, Yasir menoleh ke arah meja makan karena tak sengaja melihat seseorang yang terduduk sambil memainkan ponselnya.Yasir mendekat dan melihat Qiya sedang memakan mie instan sembari menonton drama korea kecintaannya. Yasir meraih gelas lalu menuangkan air untuk ia minum.Yasir duduk di hadapan Qiya, menyimpan gelasnya di meja dan mengambil toples biskuit disana."Halal gak yaa kalo jual adek kaya lo?"Qiya mendongak kaget dengan pertanyaan Yasir. Ia menatap sinis ke arah sang kakak. "Menurut lo?!""Menurut gue mah halal.. daripada bikin pusing. Mending jual.""Apaan sih?"Yasir mendengus. Lalu memakan lagi biskuitnya. "Lo balikan sama si Irham?""Mana ada."Yasir mengerutkan

  • Me and Seniors   BARA PATAH LAGI

    Istirahat kedua, Bara berjalan ke arah kelas Qiya dengan senyum lebarnya. Hatinya berbunga-bunga walaupun otaknya hampir depresi karena mikirin cara buat pepet Qiya sedikit lagi. Tapi depresi terlalu hiperbola buat penggambaran keadaan otak Bara.Tangannya menggenggam satu kotak susu kesukaan Qiya. Biarlah ia dikatakan mengambil kesempatan disaat Qiya baru saja putus, bahkan putusnya pun karena Bara.Sampai di depan pintu kelas Qiya, Bara menarik nafas dulu sebelum masuk. Entah karena rasa bahagianya sedang membuncah karena Qiya atau memang Bara saja yang sedang lebay. Pokoknya saat ini Bara degdeggan berat.Setelah dirasa siap, Bara membuka pintu kelas itu lalu mengedarkan pandangannya mencari kekasih hatinya. Bara hanya melihat beberapa cewek teman kelas Qiya sedang merebahkan kepalanya juga ada Rendi yang sibuk dengan ponsel serta telinga memakai earphone.Bara menghampiri cewek yang

  • Me and Seniors   NGOBROL

    Irham menghentikan motornya di parkiran kedai dekat SMP mereka dulu. Tempat yang pernah mereka datangi saat masih berpacaran. Rasanya Qiya ingin menangis melihat tempat ini. Satu memori indah bersama Irham berputar lagi.Irham mengajak Qiya masuk ke dalam. Sepi. Pengunjung kedai memang anak sekolah. Berhubung sekarang masih jam masuk jadi kedai pasti sepi.Mereka duduk di pojok kedai, tempat yang dulu mereka tempati juga. Tempat ini sangat cocok untuk mengobrol."Ada apa?" Tanya Qiya langsung.Jujur saja, Qiya canggung sekarang. Entah harus bersikap bagaimana. Qiya tidak bisa bersikap sebagai teman seperti sebelum mereka balikan. Rasanya masih aneh."Tegang amat.." ucap Irham santai.Tapi Qiya tau, Irham juga sama canggungnya. Sorot mata Irham membuktikan kecanggungan. Namun, sepertinya Qiya juga harus santai untuk menghargai usaha Irham menyembu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status