Home / Young Adult / Me and Seniors / MENDADAK SAKIT

Share

MENDADAK SAKIT

Author: Almah Kartika
last update Last Updated: 2021-05-29 13:24:45

Malam minggu ini seperti biasa, Qiya hanya diam di dalam kamarnya tanpa berniat pergi main seperti remaja lainnya. Nasib jomblo memang begitu. Jika bukan karena oppa oppa korea idolanya, entah akan segabut apa Qiya setiap hari.

Ketika sedang asik menonton acara variety show korea yang menampilkan boygrup idolanya, Qiya di ganggu dengan suara dentingan dari ponselnya, pertanda satu pesan masuk di aplikasi W******p.

0812******** :

Haii

Me :

Ya?

0812******** :

Ini Qiya kan?

Me :

Ya.

Kak Bara :

Gue Bara. Save ya😁

Me :

Oh.

Kak Bara :

Keyboard lo gak bisa

dipake buat ngetik banyak?

(Read)

Qiya malas menanggapi pesan-pesan unfaedah dari cowok bernama Bara itu. Ia tidak suka jika sedang fangirl-an lalu kegiatannya di ganggu oleh orang lain. Ia kesal dengan hal itu. Bahkan bukan satu atau dua cowok yang ia putusin dengan alasan "gue risih setiap lo ganggu waktu gue nonton korea, kita putus aja."

Qiya tidak akan berpikir dua kali untuk memutuskan hubungan dengan cowok yang sekali saja membuatnya tak nyaman. Qiya tidak akan ambil pusing tentang hal itu, toh ia tidak punya perasaan apapun dengan para mantannya. Perasaannya hanya untuk Fatur. Maka dari itu, semua yang Qiya benci jika menyangkut Fatur, ia tidak akan masalah. Tapi selama 2tahun ia mencari tau tentang Fatur, tidak pernah ada hal yang membuatnya benci kepada cowok itu. Semuanya, ia suka tentang Fatur. Ya.. memang sebucin itu Qiya kepada Fatur.

Tanpa sadar, Yasir sedari tadi berdiri di ambang pintu kamar Qiya dengan melipat kedua tangannya di depan dada. "Qiya, pergi keluar yuk!" Ajaknya.

Tanpa menolehkan kepalanya dari layar laptop, Qiya menjawab "males ah,"

"Gue beliin lo recheese deh, temenin gue tapi" sogok Yasir dengan nada sedikit terpaksa.

Qiya beranjak dengan ekspresi bahagianya, "oke kuy!" Ia meraih sweeter peach dari gantungan dan tak lupa juga mengantongi ponsel dan beberapa lembar uang yang ia ambil dari dalam dompet.

"Gercep amat lo kalo mau dibeliin recheese" sindir Yasir kemudian pergi keluar dari kamar Qiya disusul oleh pemilik kamar itu.

Mereka pergi dengan menggunakan motor matic Yasir, sekitar 15 menit perjalanan karena macet akhirnya mereka sampai di alun-alun kota. Yasir memarkirkan motornya lalu pergi meninggalkan Qiya.

"Tungguin napa!" Teriak Qiya.

Qiya diam di samping kakaknya yang duduk di salah satu bangku disana. Mata Yasir pokus kepada layar ponselnya yang menampilkan ruang chat pribadi. Sepertinya Yasir ada janji bertemu seseorang disini. "Lo mau ngapain sih? Mau ketemu siapa?" Tanya Qiya yang mulai bosan.

"Temen gue, bentar dong lo gak sabar amat."

Qiya mendengus kesal, ia hanya bersabar menemani kakaknya itu. Tak lama Qiya melihat seseorang berjalan menghampirinya dengan menggunakan jaket pink. Tangannya membawa paper bag besar. Entah apa isinya. Sinar bulan menerangi wajahnya yang putih, Qiya menerka-nerka. Siapa cewek itu? Sepertinya ia kenal. Qiya menyesal tidak memakai kacamata, matanya jadi tidak bisa melihat dengan jelas dari jarak jauh.

Semakin dekat ia melihat sosok itu, senyumnya merekah, "Teh berbie!!" Seru Qiya setelah menyadari siapa cewek itu.

Berbie adalah panggilan akrab dari Qiya kepada kakak kelas satu tingkatnya, yaitu Fani. Fani melambaikan tangannya ke arah Qiya, dan Qiya pun melakukan hal yang sama. Yasir berdiri lalu sedikit berjalan menghampiri Fani. Yasir tersenyum manis menyapa Fani. Terlihat sekali seperti remaja alay yang sedang kasmaran. Lalu Fani dengan tingkah malu-malunya mencoba tetap cuek lalu memberikan paper bag yang ia bawa kepada Yasir.

"Ciee ciee!!" Goda Qiya kepada pasangan tanpa status itu.

Ya, Fani adalah gebetan Yasir sejak mereka bertemu pada masa orientasi di SMA. Qiya mengenal Fani karena beberapa kali Yasir mengajaknya untuk bertemu dengan Fani. Mereka juga sering bertukar pesan. Fani dan Qiya sama-sama cewek gila yang tidak terlalu memperlihatkan kegilaan mereka kepada banyak orang.

Sejak Qiya kenal Fani, dan mengetahui semua tentang Fani dan Yasir, ia mulai merasa kesal kepada Yasir yang sampai sekarang tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Bagaimana jika Fani memilih bersama cowok lain? Nyesel baru tau rasa.

Satu fakta yang Qiya tau, Fani adalah mantan Fatur. Pertama kali Qiya tau tentang itu, perasaan minder langsung meliputi hati Qiya. Bagaimana tidak, mengetahui seorang Fani adalah mantan Fatur membuatnya down. Fani itu gadis cantik yang cuek, pintar, menarik, baik hati, mempunyai kulit putih bersih. Tidak sedikit lelaki yang mengidamkan Fani.

Qiya minder mengetahui hal itu. Secara tidak langsung Qiya tau, bagaimana tipe cewek Fatur. Dan itu jauh sekali dengan Qiya yang pecicilan, kpopers, tidak pintar, tidak menjaga image, bodo amatan, dan segala macamnya. Kalo soal fisik jangan ditanya Qiya lebih minder dari apa yang kalian bayangkan. Memang, banyak lelaki yang mendekati Qiya, banyak juga jumlah mantan Qiya. Tapi itu tidak pernah bisa membuatnya jadi percaya diri untuk bisa sebanding dengan Fatur yang menurutnya terlalu masya allah.

"Sombong banget Qiya! Jarang main ke rumah" ucap Fani.

"Kemarin-kemarin kan sibuk ujian terus disambung sibuk masuk SMA, mana sempet main?" Jawab Qiya.

"Sok sibuk banget lo!" Ledek Fani.

"Emang gue sibuk! Emangnya Teh Berbie, main mulu atau gak rebahan, gak ada kegiatan banget. Males!" Balas Qiya. Lalu mereka berdua tertawa dan menghiraukan Yasir yang diam dengan ekspresi kesal karena dia abaikan.

"Abis ini kalian mau kemana?" Tanya Fani.

"Gue mau ditlaktir ...." sebelum Qiya selesai dengan ucapannya, matanya menangkap sosok Fatur yang melambaikan tangan ke arah Yasir. Hal itu berhasil membuat Qiya gugup dan diam seperti patung. Jangan lupakan dengan pipi Qiya yang mulai memerah, untung saja lampu disana sedikit redup jadi warna pipinya tidak terlalu terlihat.

Tangannya mulai dingin karena menahan rasa gugup, jantungnya terus berdetak cepat. Beberapa kali ia menghembuskan nafas kasar, semoga Fani tidak menyadari bahasa tubuh Qiya yang berubah.

"Cil!!!" Panggil Fatur. Bahkan hanya mendengar satu kata yang keluar dari mulut lelaki itu bisa membuat Qiya merinding padahal tidak ada hawa horor yang ia rasakan. "Lo disini? Darimana?" Tanya Fatur setelah menyapa Yasir dengan salaman ala cowok.

"Dari rumah lah, abis ketemu si Fani, lo ngapain sendirian?" Tanya Yasir.

Fatur mengangguk lalu mengangkat keresek putih yang ia bawa di tangan kanannya, "disuruh beli makanan. Kapan nih kalian official?" Yasir tertawa tanpa menjawab pertanyaan Fatur.

"Apaan sih lo! Gue duluan ya, bye!" Pamit Fani dengan menepuk bahu Qiya.

Qiya hanya bisa tersenyum sambil menunduk memandang batu kerikil yang ia injak. Qiya menggesekan sandalnya dengan kerikil itu mencoba menetralisir rasa gugupnya. Semoga Fatur tidak menyadari itu.

"Yaudah deh Tur, gue juga mau tlatir adek gue nih, ikut gak?" Ajak Yasir.

Demi apapun, Qiya ingin menjambak bibir kakaknya itu sampai lepas dari tempatnya. Enak sekali asal mengajak Fatur seperti itu. Tidak tau apa kalau jantung Qiya sudah berdetak tidak beraturan. Niat ngebunuh gue ini mah, sialan. Umpat Qiya dalam hatinya.

Qiya menyenggol pelan tangan Yasir dengan sikunya, semoga Yasir paham dengan kode yang ia berikan. Sungguh, saat ini Qiya benar-benar ingin segera pergi dari hadapan Fatur. Berlama-lama dengan kondisi ini tidak baik bagi kesehatannya, terutama dibagian jantung dan hati.

"Ohh.. makasih deh, gue pulang aja ditungguin Bunda," tolak Fatur yang disyukuri Qiya.

Akhirnya Qiya bisa bernapas lega mendengar jawaban Fatur. Walaupun rasa gugup masih tetap mengenyelimuti perasaannya. "Gue duluan" pamit Fatur yang akhirnya pergi.

Setelah jarak Fatur yang sudah menjauh, Yasir akhirnya mengeluarkan tawanya yang sedari tadi ia tahan.  "Gila!!! Lo gugup banget ya? Hahahahahh.... kasian deh lo!"

Qiya mencubit tangan Yasir dengan sangat keras guna menyalurkan rasa kesal yang teramat Qiya rasakan. "Sialan banget ya lo! Gue pinsan disini juga lo yang repot gila!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Me and Seniors   MEMULAI YANG BARU

    Belum lama putus, Qiya sudah terlihat bersemangat lagi. Sudah kembali menjadi Qiya yang biasanya. Hal itu memang terdengar positif untuk Qiya. Tapi tidak dengan penglihatan orang sekitarnya. Terutama Arumi, entah sejak kapan kabar Qiya putus dengan Irham sudah menyebar ke seantero sekolah. Oh hampir saja lupa, ini semua karena ulah Rendi tempo hari. Qiya mendengus kesal saat berjalan melewati Arumi ketika akan pergi ke kantin. Qiya cukup menyesal menolak tawaran Rena yang ingin menemaninya ke toilet sebelum menyusul teman-temannya yang lain."Emang dasar jalang sih ya... baru aja putus udah bisa ketawa ketiwi lagi. Parahnya sih udah ada cowo baru? Kesian deh cowo barunya."Sindiran itu membuat langkah Qiya terhenti. Dia bilang apa? Jalang? Ya ampun kasar sekali. Sebelumnya Qiya tidak mau meladeni, tapi kata Jalang yang keluar dari mulut Arumi sangat mengganggu harga dirinya."Jalangan siapa ya? Sama cewek yang mepet-mepetin pacar orang?

  • Me and Seniors   QIYA SUDAH YAKIN

    Terlentang di atas kasur empuk favoritenya. Qiya menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah keputusannya baik atau tidak, yang pasti sekarang Qiya kembali merasakan ragu.Ia merutuki kelabilannya lagi kali ini. Rasanya baru kemarin Qiya bertekad tidak akan bersama Irham ataupun Bara walaupun hatinya ada diantara dua cowok itu.Qiya tidak ingin menyakiti atau memberi harapan kepada salah satu dari mereka.Ya.. itulah yang Qiya pikirkan sebelum berbincang dengan Bara di kantin berdua.Entah apa yang Qiya pikirkan saat itu hingga bisa-bisanya mulut manisnya berkata "oke, kita jalanin dulu."Qiya mendengus kala otaknya mengingat jawabannya itu. Ia menarik salah satu bantalnya kemudian menutup kepalanya dengan bantal itu. "Aaaaarrrggghhh Zelqiya lo labil banget!!!"Qiya berguling-guling gelisah di atas kasur. Pusing memikirkan apa yang akan terjadi dengan hubungannya.Eh tapi, kalau Qiya

  • Me and Seniors   CAT LAPANGAN

    "Qiyaa.. lo sama Irham gak balikan?" Tanya Bara hati-hati.Qiya menoleh sebentar lalu tersenyum. Kakinya terus melangkah ke arah kantin berdampingan dengan langkah Bara."Balikan ya??" Tanya Bara lagi karena tidak mendapat jawaban."Nggaa.. kenapa? Mau pepet gue lagi?" Qiya tersenyum jail ke arah Bara."Iyalahh... target udah jomblo masa gak di gas."Qiya tertawa. "Jangan kak.. kita gini aja, gue gak mau kelabilan hati gue buat lo ngerasain apa yang di rasain Irham. Sekarang gue, lo bahkan Irham temenan aja. Oke?""Gue sebenernya gak bisa. Tapi mau gak kalo kita jalanin dulu? Gue gak maksa. Gimana nyamannya lo aja. Walaupun gue maunya kita ada status, kalo lo gak mau gue gak papa."Qiya berpikir sampai mereka tiba di kantin. Memesan es cekek untuk mereka berdua dan teman-teman Bara di lapang. Mereka duduk tak jauh dari penjual es. Duduk berhadapan dengan mata yang saling menatap."Oke, kita jalanin dulu."Mata Bara

  • Me and Seniors   KE KANTIN BERDUA

    Pukul 12 malam, Yasir baru pulang kerumah setelah puas bermain di rumah Fatur. Sebelum masuk ke kamarnya, Yasir menoleh ke arah meja makan karena tak sengaja melihat seseorang yang terduduk sambil memainkan ponselnya.Yasir mendekat dan melihat Qiya sedang memakan mie instan sembari menonton drama korea kecintaannya. Yasir meraih gelas lalu menuangkan air untuk ia minum.Yasir duduk di hadapan Qiya, menyimpan gelasnya di meja dan mengambil toples biskuit disana."Halal gak yaa kalo jual adek kaya lo?"Qiya mendongak kaget dengan pertanyaan Yasir. Ia menatap sinis ke arah sang kakak. "Menurut lo?!""Menurut gue mah halal.. daripada bikin pusing. Mending jual.""Apaan sih?"Yasir mendengus. Lalu memakan lagi biskuitnya. "Lo balikan sama si Irham?""Mana ada."Yasir mengerutkan

  • Me and Seniors   BARA PATAH LAGI

    Istirahat kedua, Bara berjalan ke arah kelas Qiya dengan senyum lebarnya. Hatinya berbunga-bunga walaupun otaknya hampir depresi karena mikirin cara buat pepet Qiya sedikit lagi. Tapi depresi terlalu hiperbola buat penggambaran keadaan otak Bara.Tangannya menggenggam satu kotak susu kesukaan Qiya. Biarlah ia dikatakan mengambil kesempatan disaat Qiya baru saja putus, bahkan putusnya pun karena Bara.Sampai di depan pintu kelas Qiya, Bara menarik nafas dulu sebelum masuk. Entah karena rasa bahagianya sedang membuncah karena Qiya atau memang Bara saja yang sedang lebay. Pokoknya saat ini Bara degdeggan berat.Setelah dirasa siap, Bara membuka pintu kelas itu lalu mengedarkan pandangannya mencari kekasih hatinya. Bara hanya melihat beberapa cewek teman kelas Qiya sedang merebahkan kepalanya juga ada Rendi yang sibuk dengan ponsel serta telinga memakai earphone.Bara menghampiri cewek yang

  • Me and Seniors   NGOBROL

    Irham menghentikan motornya di parkiran kedai dekat SMP mereka dulu. Tempat yang pernah mereka datangi saat masih berpacaran. Rasanya Qiya ingin menangis melihat tempat ini. Satu memori indah bersama Irham berputar lagi.Irham mengajak Qiya masuk ke dalam. Sepi. Pengunjung kedai memang anak sekolah. Berhubung sekarang masih jam masuk jadi kedai pasti sepi.Mereka duduk di pojok kedai, tempat yang dulu mereka tempati juga. Tempat ini sangat cocok untuk mengobrol."Ada apa?" Tanya Qiya langsung.Jujur saja, Qiya canggung sekarang. Entah harus bersikap bagaimana. Qiya tidak bisa bersikap sebagai teman seperti sebelum mereka balikan. Rasanya masih aneh."Tegang amat.." ucap Irham santai.Tapi Qiya tau, Irham juga sama canggungnya. Sorot mata Irham membuktikan kecanggungan. Namun, sepertinya Qiya juga harus santai untuk menghargai usaha Irham menyembu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status