Beranda / Romansa / Meet With Mr. Mafia / Bab [06] Undangan Pesta

Share

Bab [06] Undangan Pesta

Penulis: Eeeellllaaaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-21 22:16:57

Di dalam ruangannya, Rheanne menatap kartu undangan itu dengan tatapan yang lesu. Malam ini tepatnya, rekan kerja Justin mengadakan sebuah pesta dan semua orang kantor mendapatkan undangannya termasuk Rheanne sendiri.

Namun, sejak tadi Rheanne terus menatap kartu undangan miliknya dengan tidak semangat. Ayolah, itu pesta. Artinya akan ada banyak orang di sana yang hadir. Sedangkan Rheanne, dia termasuk ke dalam orang yang tidak menyukai pesta. Dibanding itu, dia lebih memilih menonton film di rumah dengan ditemani cemilan. Dari pada harus hadir dalam pesta seperti ini.

“Astaga! Aku harus bagaimana?” seru Rheanne frustasi. Kepalanya menelungkup di atas meja dengan bahu yang merosot lesu.

Di tengah rasa frustasinya, Rheanne terus berpikir untuk mencari alasan yang tepat agar tidak hadir di pesta itu. Iya, hanya itu. Ayo, Nona Austin, berpikirlah. Hingga kemudian senyum cerah terbit di bibirnya. Rheanne sudah mendapatkan alasan yang tepat.

Oke, hanya katakan jika Rheanne sedang tidak enak badan dan Mr. Melvi pasti akan mengerti. Ya, itu dia. Alasan yang pintar, Rheanne. Batinnya memuji.

Setelah meyakinkan diri, lantas Rheanne pun beranjak pergi untuk menemui Justin di ruangannya. Berdehem sejenak sebelum mengetuk pintu ruangan itu dan masuk kedalam setelah terdengar seruan berat dari dalam sana.

Saat masuk, tiba-tiba atmosfer di sana terasa berbeda. Rheanne meneguk ludahnya gugup, menatap Justin yang terlihat tengah berkutat dengan beberapa tumpukan dokumen di sana. Mengabaikan rasa gugupnya, Rheanne perlahan berjalan mendekat pada Justin yang masih belum menoleh sedikitpun padanya. Sebelum berucap, Rheanne menarik napasnya dalam.

“S-sir?” cicit Rheanne pelan. Hanya menatap wajah Justin saja, dia sudah gugup seperti ini.

Justin hanya bergumam di tempatnya. Pria itu masih berkutat dengan kertas-kertas di atas mejanya. Entah kenapa tiba-tiba lidahnya terasa kelu, Rheanne memilin jarinya gugup. Namun, sekuat tenaga mungkin Rheanne membuka suaranya.

“Em, begini, mengenai pesta …”

“Jika ke sini hanya untuk beralasan, aku tidak terima.” Justin memotong ucapan Rheanne dengan cepat. Pria itu mendongak dan menatap Rheanne dengan serius.

“Apa?” Rheanne terdiam mematung. Dia bahkan belum mengatakan tujuannya ke sini, tapi Justin seolah bisa membaca isi pikirannya. Rheanne semakin meneguk ludahnya gugup.

Pria itu menyimpan berkasnya di atas meja. “Apa alasanmu?” Justin bertanya membuat Rheanne segera tersadar.

Rheanne berdehem singkat. “I-itu, aku … Aku, sedikit kurang sehat. Jadi lebih baik jika aku tidak usah ikut,” jelas Rheanne walau dengan suara yang pelan karena gugup.

Satu alis Justin terangkat, pria itu lalu memperhatikan Rheanne dengan lekat.

“Aku tidak melihat wajahmu pucat,” seru Justin menatap Rheanne dengan wajah yang lebih serius.

Rheanne semakin gelisah di tempatnya. “O-oh itu. Iya, aku hanya masih merasakan gejalanya saja, Sir,” sahut Rheanne beralasan.

Justin tidak menyahut. Membuat Rheanne tidak berkutik. Seketika ruangan menjadi sunyi dan senyap. Mereka sama-sama terdiam. Sedangkan Rheanne terus menunduk gelisah karena tidak mendapat reaksi apapun dari Justin. Pikiran dan hatinya dipenuhi dengan rutukan pada dirinya sendiri. Sekarang Rheanne merasa menyesal karena sudah senekat ini.

Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Justin kembali berucap. Namun, ucapan Justin justru membuat Rheanne semakin lemas di tempat.

“Apapun alasannya, aku tidak menerima penolakan.” Nada suara Justin terkesan tegas dan memerintah.

Rheanne memberanikan dirinya untuk menatap Justin. “T-tapi,”

Lagi, sebelum berucap Justin sudah kembali menyela ucapannya. “Pesta ini atas undangan dari rekan kerjaku. Dan Tuan Damien sudah mengundang semua orang di sini. Jadi, sebagai bentuk penghormatan padanya kita harus menerima undangannya dengan baik. Benar bukan?” jelas Justin panjang-untuk pertama kalinya.

Bahkan Rheanne dibuat tercengang mendengar penuturan panjang itu. Untuk pertama kalinya Rheanne selama bekerja di sini mendengar Justin berbicara panjang seperti ini. Walaupun raut wajahnya masih tetap sama, dingin dan datar.

Rheanne kembali tersadar lalu mengangguk dengan lesu. “Ya, Sir. Benar, aku mengerti. Maafkan aku."

Justin hanya mengangguk tanpa membalas. Setelah itu, Rheanne berpamitan untuk undur diri. Rencananya gagal sudah. Tidak ada film, tidak ada cemilan dan tidak ada santai enak di rumah. Rheanne menghela napas lesu.

“Nona Austin.”

Panggilan Justin membuat Rheanne menghentikan langkahnya. Segera gadis itu membalikkan badannya pada Justin yang memangil.

Justin menatap wajah Rheanne dengan lekat. “Tepat pukul tujuh,” seru Justin sedikit tegas.

Rheanne mengerut bingung, merasa tidak paham apa maksudnya. Rheanne hanya mengangguk saja setelah itu berlalu ke luar ruangan. Selama berjalan bahkan saat dia sudah berada di dalam ruangannya, Rheanne masih memikirkan ucapan dari Justin.

Tepat pukul tujuh, apa maksudnya itu. Otak kecilnya tidak bisa memikirkan hal itu. Tanpa peduli, Rheanne kembali melanjutkan pekerjaannya.

...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [25] Fight

    Seorang pria baru saja menutup pintu kamar dengan helaan napas panjang. Kakinya melangkah pergi melewati lorong panjang ini dengan senyuman yang mengembang. Dia bersiul penuh riang seraya merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan. Suasana yang hening berubah berisik saat langkahnya menginjak lantai bawah. Suara musik disko yang menggema dengan aroma alkohol yang menyengat adalah hal pertama yang ia tangkap. Namun begitu, pria itu yang tak lain adalah Veer begitu senang dan menikmatinya. Kemudian netra tajam dari matanya menangkap sosok anak buahnya yang justru tengah bermesraan dengan wanita asing di sana. “Bos,” cicitnya pelan ketika melihat sosok pria itu berdiri menjulang dengan wajah datar. “Aku menyuruhmu ke sini bukan berarti kau bermesraan dengan jalang ini!” serunya kasar.Pria itu menunduk dalam dan segera mendorong kasar wanita yang berada di pangkuannya. “Maaf Bos.”Veer mendengus kasar. Dengan berkacak pinggang dia menatap datar anak buahnya. “Siapkan mobil!” titah

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [24] Hi, Mother In Law

    Setelah penyerangan yang terjadi semalam, Justin semakin memperketat penjagaan dengan menambah lagi beberapa soldier. Semua itu ia lakukan untuk antisipasi dari serangan yang mungkin terjadi lagi. Rheanne melirik beberapa mobil hitam yang mengikuti mobilnya dan Justin. Rasanya terlihat sangat berlebihan, tapi juga ini dilakukan untuk keamanan mereka. Terlebih penyerangan yang terjadi di hotel semalam membuat Rheannemengamalami sedikit trauma. Ya, bagaimana tidak trauma? Tiba-tiba saja sebuah peluru asing menyasar ke kamar hotel mereka. Hingga tak berselang lama mobil mereka tiba di bandara. Tampak sebuah jet pribadi sudah terparkir apik di bandara yang luas itu. Walaupun Rheanne sudah pernah merasakannya, tapi tetap saja dia masih terkagum dengan bagaimana mewahnya pesawat ini. Sedikit kening Rheanne mengernyit saat cairan berwarna merah itu masuk dan mengalir melewati kerongkongannya. Rheanne menatap minuman itu di tangannya kemudian menyimpan lagi di atas meja kecil di depan

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [23] Attack

    Sejak awal pesta bahkan di penghujung pesta sekalipun, Rheanne masih bersikap ketus pada Justin. Selama di mobil pun setiap Justin mengajak bicara hanya dibalas kebungkaman oleh Rheanne.Astaga! Wanita dengan segala sifat rumitnya."Rheanne ..." panggil Justin seraya menggapai tangan Rheanne dan hendak untuk menciumnya, namun segera Rheanne tepis dengan delikan sinis yang ia berikan. "Don't touch me!" seru Rheanne melipat kedua tangannya dan berpaling ke arah jendela. Justin mendengus kasar. Pria itu tampak sudah mulai geram sekaligus kesal dengan sikap kekanakan dari wanita itu. Walau begitu Justin sebisa mungkin menahan kesabarannya. Sungguh, Justin lebih memilih menghadapi ribuan musuh dari pada harus menghadapi satu wanita dengan sikap rumitnya. Netra Rheanne terus bergulir dan memperhatikan seluruh hotel ini dengan sedikit termenung. Jadi, bangunan besar ini adalah hotel milik Justin? Rheanne tidak tau harus berkata apalagi saat satu-persatu aset-aset milik Justin mulai terun

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [22] Bussines Trip

    Rheanne memandang dirinya di depan cermin. Mendengus kesal saat melihat begitu banyak bercak merah di sekitaran leher dan area dadanya. Ulah siapa lagi jika bukan Justin. Sejak lima belas menit yang lalu mereka baru menyelesaikan mandi mereka dan sejak itu Rheanne terus saja mendumel serta menggerutu pada Justin. Kedua tangan Rheanne perlahan mulai memasangkan sebuah syal rajut berwarna coklat pada lehernya. Hal itu tentu saja untuk menutupi hasil dari perbuatan Justin. Akan malu rasanya jika semua orang melihatnya. Ekor mata Rheanne melirik Justin melalui cermin. Lihat, wajah tidak berdosanya itu membuat Rheanne semakin jengkel. Dengan santai Justin memasang dasi dan bertelepon dengan seseorang. “Cantik,” puji Justin berjalan menghampiri Rheanne setelah selesai dengan teleponnya. Justin tersenyum samar lalu mencuri ciuman di bibir pink Rheanne. Menyesap dan sedikit menekannya. Ciuman itu semakin dalam dan hanyut sebelum Rheanne memberikan pukulan pada bahu keras milik Justin. Men

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [21] Anger

    Nick berjalan dengan bersenandung kecil. Dia menghirup jarinya yang masih tercium aroma tubuh Rheanne di sana. “Hah … Harum sekali,” gumam Nick. Tiba-tiba pikiran liarnya keluar saat menghirup wangi wanita itu. Nick berjalan keluar dari mansion besar milik Justin. Hingga saat Nick hendak menggapai pintu mobil tiba-tiba dia merasakan pandangannya menggelap. Sesuatu menutup kepalanya hingga membuat Nick sesak napas. **“Lepaskan aku! Siapa kalian?!” teriak Nick memberontak. Apalagi saat dua orang itu menyeret dan membawa dirinya entah ke mana. Nick menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat kain yang menutupi wajahnya dibuka. Dia mengedarkan pandangan di tempat asing ini. Nick tidak tahu sekarang dia ada di mana. Terlebih tempat ini begitu aneh. Tidak ada pencahayaan di sini. Hingga netra Nick menangkap seseorang yang duduk membelakangi dengan kepulan asap dari bibirnya. “SHIT! Siapa kalian dan apa urusannya denganku?!” seru Nick marah. Nick melihat seseorang itu membuang batang r

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [20] Dokter Gila

    Rheanne masih bergeming mendengar pengakuan dari Justin. Otaknya masih mencerna setiap kata yang Justin lontarkan. Rheanne menatap mata Justin. Kini mereka saling menatap satu sama lain. Setelah tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat, Rheanne memilih untuk memutuskan pandangannya. Rheanne memalingkan wajahnya. “Omong kosong!” cibir Rheanne mencebik bibirnya. Justin menautkan alisnya mendengar jawaban dari Rheanne. “Kau tidak percaya?” “Tidak.”Percaya pada Justin? Itu sama saja menyesatkan diri. Lagipula ini masih terlalu cepat dari pertama kali mereka bertemu, dan Justin tiba-tiba mengatakan suka padanya. Ck, sangat sulit untuk dipercayai. “Tidak peduli. Aku tetap menyukaimu,” ujar Justin tegas. Dia meraih dagu Rheanne dan mencium rakus bibir wanita itu. Rheanne memukul keras dada Justin saat merasakan pasokan oksigen yang menipis. Namun Justin seolah tidak peduli. Pria itu terus memperdalam ciumannya dan enggan untuk melepaskan. Rheanne berhasil mendorong Justin dengan ti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status