Beranda / Romansa / Meet With Mr. Mafia / Bab [07] Party and Kiss

Share

Bab [07] Party and Kiss

Penulis: Eeeellllaaaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-22 20:10:37

Saat malam tiba, Rheanne sudah menyiapkan dirinya. Menatap wajahnya di cermin dengan malas. Wajahnya sudah terlihat cantik dengan riasan tipis, dan gaun pesta yang sudah serasi dengan ukuran tubuhnya.

Sebenarnya, ini bukan kemauan Rheanne mamakai gaun seperti ini. Lihat saja, bagaiman model gaun ini yang terlihat seperti kekurangan bahan. Namun, karena ini paksaan dari ibunya maka dari itu Rheanne terpaksa memakainya.

Iya, semua ini adalah hasil dari ibunya. Mulai dari riasan, gaun bahkan sepatu dan gaya rambut. Ibunya dengan antusias mendandani anak gadisnya dengan senang. Bagaimana tidak senang, Nyonya Austin akhirnya bisa melihat putri semata wayangnya pergi ke acara seperti ini. Ini kali pertama karena Rheanne itu orang yang malas. Bahkan acara keluarga pun dia tidak pernah datang. Maka dari itu Nyonya Austin merasa senang melihat putrinya yang tiba-tiba mengatakan akan menghadiri sebuah pesta. Dengan antusias wanita paruh baya itu membantu Rheanne untuk bersiap.

“Ibu, aku ingin ganti baju. Ini terlihat tidak cocok,” seru Rheanne menatap melas ibunya.

Dengan cepat Nyonya Austin menggeleng.

“No, no. Gaun ini sudah sangat cocok untukmu, jadi jangan ganti!”

Rheanne mendengus pelan. Dengan kesal dia berpamitan pada ibunya. Rheanne berjalan dengan meraih ponselnya. Dia akan menghubungi Alissa agar menjemputnya di sini, supaya Rheanne tidak merasa malu saat hadir di sana karena ada Alissa bersamanya. Namun, saat sudah berada di halaman rumahnya. Rheanne berhenti memainkan ponselnya. Niatnya untuk menghubungi Alissa terurung. Netra gadis itu menatap terdiam pada mobil yang sudah terparkir apik di depan halaman rumahnya.

Saat kaca jendela belakang mobil itu terbuka, saat itulah keterkejutan Rheanne semakin menjadi. Kedua matanya melotot lebar melihat siapa orang yang berada di dalam mobil mewah ini.

“Sir?!” Reaksi Rheanne antara terkejut dan tidak percaya.

Tanpa menoleh, Justin berucap. “Masuk!”

Mendengar nada suara Justin yang seperti itu membuat Rheanne segera masuk ke dalam mobil. Dia mengambil tempat di sebelah Justin. Seketika rasa gugup kembali menjalar kedalam tubuhnya.

“Sir?”

Justin melirik jam tangannya. “Kau terlambat dua menit,” sela Justin. Lagi-lagi pria itu memotong ucapan Rheanne.

Kening Rheanne mengernyit tidak mengerti. “Apa?”

“Aku bilang tepat pukul tujuh, tidak kurang dan lebih,” seru Justin tanpa menoleh. Seketika kedua mata Rheanne membulat sempurna. Gadis itu terkejut dan tidak percaya. Jadi, maksudnya ini?

“Sir, tidak seharusnya kau melakukan ini. Aku bisa meminta Alissa untuk-“

“Jalankan mobilnya!” titah Justin pada Felix- mengabaikan ucapan dari gadis itu. Hingga membuat Rheanne mengatupkan kembali bibirnya. Menelan kata yang akan ia ucapkan tadi.

Pria di balik supir kemudi itu mengangguk menurut. Saat itu juga keadaan mobil menjadi hening dan sepi. Tidak ada yang bersuara termasuk Rheanne. Gadis itu bahkan tidak berani mengangkat wajahnya. Berada di samping Justin membuat Rheanne dilanda keresahan. Dia bahkan tidak berani bergerak sedikitpun. Hingga kemudian mereka tiba di acara pesta itu. Rheanne bernapas lega karena sebentar lagi dia akan pergi dari situasi ini.

Kedatangan Justin disambut hangat oleh Tuan Damien. Pria berusia 40 tahun itu tersenyum melihat kehadiran Justin di pestanya.

“Selamat datang Mr. Melvi, suatu kehormatan untukku karena kau datang ke acara pestaku,” sambutnya dengan hangat. Pria itu tertawa dengan suara beratnya.

Justin hanya terkekeh pelan.

“Ini suatu penghormatan, mengingat kau yang jarang hadir di acara seperti ini,” imbuh Tuan Damien bergurau.

“Kau terlalu berlebihan, Tuan Damien.”

Tuan Damien tertawa kecil hingga ekor mata pria itu melirik Rheanne yang sejak tadi hanya diam memperhatikan dua orang itu berbicara.

“Oh, aku baru sadar jika kau membawa pasanganmu?” ujar Tuan Damien melirik Rheanne.

“Seperti tidak asing,”

Justin melirik Rheanne. “Dia sekretarisku.”

“Ah benar. Pantas saja seperti tidak asing. Maklum, penyakit pikunku memang sering kambuh.” Kekeh Tuan Damien.

Justin berdehem singkat. “Jadi, aku boleh masuk?” ucap Justin mengalihkan pembicaraan.

“Ah iya, tentu saja. Silakan, semoga kau menikmati pestanya.” Tuan Damien mempersilahkan Justin untuk masuk kedalam.

Justin mengangguk lalu melangkah masuk diikuti dengan Rheanne di belakangnya. Rheanne menyempatkan diri untuk tersenyum ramah pada Tuan Damien yang juga dibalas hangat oleh pria itu.

“Pasangan yang serasi,” gumam Tuan Damien memperhatikan Justin dan Rheanne. Setelahnya, pria itu kembali beralih untuk menyambut para tamu-tamu yang datang.

Ruangan ini begitu megah dan dihiasi dengan berbagai hiasan yang mewah. Kebanyakan orang berdasi dan wanita sosialita yang datang ke pesta ini. Sepertinya hanya orang-orang penting yang hadir dalam pesta ini. Sejak tadi, Rheanne terus mendampingi Justin yang mengobrol dengan beberapa rekan kerjanya. Gadis itu bahkan sudah merasa bosan, terlebih dirinya seperti seekor nyamuk antara Justin dan rekan kerjanya itu. Saat matanya mengedar, tanpa sengaja Rheanne melihat kehadiran Alissa di sana yang tengah mengobrol dengan rekan kerja lainnya. Rheanne pun hendak untuk berpamitan pada Justin yang untung saja diangguki oleh pria itu. Akhirnya Rheanne bisa terbebas dari sana. Dia tidak perlu menjadi orang ketiga lagi antara Justin dan rekan kerjanya.

“Alissa!” Panggilan Rheanne membuat gadis dengan gaun kuning cerah itu menoleh.

Rheanne menghampiri Alissa dan tersenyum lebar pada gadis itu. Sedangkan Alissa mendengus kasar lalu menatap Rheanne dengan desisan kesalnya.

“Rheanne! Kau tahu, aku menelponmu berkali-kali sejak tadi tapi kau tidak mengangkatnya sama sekali. Aku bahkan datang ke rumahmu untuk menjemputmu, tapi ibumu bilang jika kau sudah pergi. Kau tahu, seberapa kesalnya aku padamu?!” semprot Alissa dengan gemas. Alissa mengomeli Rheanne.

Sementara gadis yang sejak tadi mengobrol dengan Alissa hanya tersenyum canggung. Menyadari situasinya, gadis itu pun pamit pergi.

“Sepertinya aku harus pergi. Lain kali kita bisa lanjut mengobrol. Bye Alissa, Rheanne.”

Kini meninggalkan Rheanne dengan Alissa yang sudah mendengus kesal padanya.

“Maaf, aku tadi berniat untuk menunggumu tapi-“ Rheanne menggantungkan ucapannya kala mengingat kejadian tadi saat di mana justru Justin lah yang datang.

Alissa melipat kedua tangannya, lalu melirik Rheanne dengan kesal. “Tapi apa?”

Rheanne berdehem canggung. Dia masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucap. “Em, i-itu. Tiba-tiba saja Mr. Melvi datang dan kami pun pergi bersama. Aku tidak sempat menelponmu karena aku lupa."

Seketika wajah kesal Alissa berubah. Gadis itu menoleh pada Anne dengan melotot lebar disertai wajah terkejutnya. “Apa?! Kau serius?!”

Rheanne mengangguk ragu. “I-iya,”

“Kau benar-benar serius?!” tanya Alissa lagi.

“Iya, aku serius.”

Alissa menutup mulutnya dengan tangannya. “Oh my god! Are you kidding me?! Kau datang ke sini bersama Mr. Melvi?!” pekik Alissa nyaring.

Rheanne gelagapan karena suara Alissa hampir seperti berteriak. “Alissa, berhenti berteriak!” tegur Rheanne mendengus sebal.

Kedua mata Alissa menyipit curiga pada Rheanne. “Apa yang terjadi antara kau dan Mr. Melvi?”

Kedua mata Rheanne membulat mendengar pertanyaan aneh dari gadis itu. “Terjadi apa?! Tidak ada apapun antara aku dengannya. Lagipula dia itu Boss kita,” terang Rheanne mengelak.

“Benarkah?” tanya Alissa dengan nada mengejek.

“Iya!”

“Oh, baiklah.”

***

Saat acara inti dalam pesta itu dimulai, tiba-tiba Justin datang menghampiri Rheanne dan membuatnya sontak terkejut. Lebih terkejut lagi saat pria itu menarik tangan Rheanne dan berjalan ke tengah kerumunan.

Rheanne membulat sempurna melihat jika Justin membawanya ke lantai dansa. Sudah ada beberapa pasangan juga yang berdansa di sini, lalu kenapa Justin malah menariknya. Rheanne meneguk ludahnya gugup. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti langkah pria itu. Cekalan pada tangannya juga cukup erat hingga membuat Rheanne kesulitan bergerak.

“Sir? K-kenapa kita di sini?” tanya Rheanne gugup juga bingung.

Namun rasa bingung serta gugupnya hilang seketika saat tiba-tiba saja Justin menarik dan meletakkan kedua tangannya di pinggang Rheanne. Refleks, Rheanne pun meletakkan kedua tangannya di kedua bahu pria itu.

Kedua tubuh mereka bergerak mengikuti irama musik dansa. Jantung Rheanne sudah berdebar kencang sejak tadi. Sekuat mungkin Rheanne berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya, tapi tidak bisa. Perlakuan Justin kali ini benar-benar sukses membuat Rheanne tidak bisa berkutik sama sekali.

“Sir?” cicit Rheanne pelan.

“Aku hanya membutuhkan teman dansa,” ujar Justin pelan. Tatapannya menatap lurus wajah sekretarisnya itu.

Rheanne mendongak dan menahan napas tercekat saat jarak wajahnya dengan Justin begitu dekat. Kedua tangan Rheanne yang berada di bahu Justin semakin mendingin.

Dengan berani Rheanne menatap Justin. “Lalu, kenapa harus aku?”

Justin tidak langsung menjawab. Pria itu menelusuri wajah Rheanne dengan kedua mata tajamnya. “Karena kau sekretarisku,” sahut Justin kemudian.

Rheanne berdehem kaku. “Tapi Sir-“

Ucapan Rheanne terpotong saat Justin mencium bibirnya. Rheanne menatap Justin dengan wajah terkejut dan shock. Kedua matanya semakin melotot lebar mendapat perlakuan itu.

“Sir?”

Justin menyela. “I like your lips. It tastes sweet and soft,” ujar Justin pelan setengah berbisik.

“S-sir, apa yang kau lakukan?” tanya Rheanne gugup. Dia tidak berani untuk menatap wajah Justin lebih lama.

“Menciummu,” balas Justin singkat.

Rheanne berdehem gugup. “K-kenapa kau melakukan itu?”

Justin mengangkat satu alisnya. “Kau tidak suka?”

“Iya-eh, tidak.” Rheanne meralat ucapannya saat melihat Justin yang menatapnya seperti itu.

“M-maksudku, Ini ciuman pertamaku,” ucap Rheanne pelan. Dia merunduk seraya menggigit bibir bawahnya. “Kau mencuri ciuman pertamaku.”

Tanpa sadar Justin tersenyum tipis. Kemudian dengan lancang pria itu mendekatkan wajahnya pada permukaan leher Rheanne. Menghirup aroma wangi pada rambut dan ceruk leher milik Rheanne. Karena hal itu semakin membuat Rheanne tidak bisa mengatur detak jantungnya lagi. Rheanne melotot lebar di tempatnya.

“You are beautiful, I like it,” lirih Justin namun dapat didengar jelas oleh Rheanne.

Oke cukup! Rheanne tidak bisa menahan lagi. Jantungnya sudah benar-benar ingin melompat saja!

...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [25] Fight

    Seorang pria baru saja menutup pintu kamar dengan helaan napas panjang. Kakinya melangkah pergi melewati lorong panjang ini dengan senyuman yang mengembang. Dia bersiul penuh riang seraya merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan. Suasana yang hening berubah berisik saat langkahnya menginjak lantai bawah. Suara musik disko yang menggema dengan aroma alkohol yang menyengat adalah hal pertama yang ia tangkap. Namun begitu, pria itu yang tak lain adalah Veer begitu senang dan menikmatinya. Kemudian netra tajam dari matanya menangkap sosok anak buahnya yang justru tengah bermesraan dengan wanita asing di sana. “Bos,” cicitnya pelan ketika melihat sosok pria itu berdiri menjulang dengan wajah datar. “Aku menyuruhmu ke sini bukan berarti kau bermesraan dengan jalang ini!” serunya kasar.Pria itu menunduk dalam dan segera mendorong kasar wanita yang berada di pangkuannya. “Maaf Bos.”Veer mendengus kasar. Dengan berkacak pinggang dia menatap datar anak buahnya. “Siapkan mobil!” titah

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [24] Hi, Mother In Law

    Setelah penyerangan yang terjadi semalam, Justin semakin memperketat penjagaan dengan menambah lagi beberapa soldier. Semua itu ia lakukan untuk antisipasi dari serangan yang mungkin terjadi lagi. Rheanne melirik beberapa mobil hitam yang mengikuti mobilnya dan Justin. Rasanya terlihat sangat berlebihan, tapi juga ini dilakukan untuk keamanan mereka. Terlebih penyerangan yang terjadi di hotel semalam membuat Rheannemengamalami sedikit trauma. Ya, bagaimana tidak trauma? Tiba-tiba saja sebuah peluru asing menyasar ke kamar hotel mereka. Hingga tak berselang lama mobil mereka tiba di bandara. Tampak sebuah jet pribadi sudah terparkir apik di bandara yang luas itu. Walaupun Rheanne sudah pernah merasakannya, tapi tetap saja dia masih terkagum dengan bagaimana mewahnya pesawat ini. Sedikit kening Rheanne mengernyit saat cairan berwarna merah itu masuk dan mengalir melewati kerongkongannya. Rheanne menatap minuman itu di tangannya kemudian menyimpan lagi di atas meja kecil di depan

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [23] Attack

    Sejak awal pesta bahkan di penghujung pesta sekalipun, Rheanne masih bersikap ketus pada Justin. Selama di mobil pun setiap Justin mengajak bicara hanya dibalas kebungkaman oleh Rheanne.Astaga! Wanita dengan segala sifat rumitnya."Rheanne ..." panggil Justin seraya menggapai tangan Rheanne dan hendak untuk menciumnya, namun segera Rheanne tepis dengan delikan sinis yang ia berikan. "Don't touch me!" seru Rheanne melipat kedua tangannya dan berpaling ke arah jendela. Justin mendengus kasar. Pria itu tampak sudah mulai geram sekaligus kesal dengan sikap kekanakan dari wanita itu. Walau begitu Justin sebisa mungkin menahan kesabarannya. Sungguh, Justin lebih memilih menghadapi ribuan musuh dari pada harus menghadapi satu wanita dengan sikap rumitnya. Netra Rheanne terus bergulir dan memperhatikan seluruh hotel ini dengan sedikit termenung. Jadi, bangunan besar ini adalah hotel milik Justin? Rheanne tidak tau harus berkata apalagi saat satu-persatu aset-aset milik Justin mulai terun

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [22] Bussines Trip

    Rheanne memandang dirinya di depan cermin. Mendengus kesal saat melihat begitu banyak bercak merah di sekitaran leher dan area dadanya. Ulah siapa lagi jika bukan Justin. Sejak lima belas menit yang lalu mereka baru menyelesaikan mandi mereka dan sejak itu Rheanne terus saja mendumel serta menggerutu pada Justin. Kedua tangan Rheanne perlahan mulai memasangkan sebuah syal rajut berwarna coklat pada lehernya. Hal itu tentu saja untuk menutupi hasil dari perbuatan Justin. Akan malu rasanya jika semua orang melihatnya. Ekor mata Rheanne melirik Justin melalui cermin. Lihat, wajah tidak berdosanya itu membuat Rheanne semakin jengkel. Dengan santai Justin memasang dasi dan bertelepon dengan seseorang. “Cantik,” puji Justin berjalan menghampiri Rheanne setelah selesai dengan teleponnya. Justin tersenyum samar lalu mencuri ciuman di bibir pink Rheanne. Menyesap dan sedikit menekannya. Ciuman itu semakin dalam dan hanyut sebelum Rheanne memberikan pukulan pada bahu keras milik Justin. Men

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [21] Anger

    Nick berjalan dengan bersenandung kecil. Dia menghirup jarinya yang masih tercium aroma tubuh Rheanne di sana. “Hah … Harum sekali,” gumam Nick. Tiba-tiba pikiran liarnya keluar saat menghirup wangi wanita itu. Nick berjalan keluar dari mansion besar milik Justin. Hingga saat Nick hendak menggapai pintu mobil tiba-tiba dia merasakan pandangannya menggelap. Sesuatu menutup kepalanya hingga membuat Nick sesak napas. **“Lepaskan aku! Siapa kalian?!” teriak Nick memberontak. Apalagi saat dua orang itu menyeret dan membawa dirinya entah ke mana. Nick menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat kain yang menutupi wajahnya dibuka. Dia mengedarkan pandangan di tempat asing ini. Nick tidak tahu sekarang dia ada di mana. Terlebih tempat ini begitu aneh. Tidak ada pencahayaan di sini. Hingga netra Nick menangkap seseorang yang duduk membelakangi dengan kepulan asap dari bibirnya. “SHIT! Siapa kalian dan apa urusannya denganku?!” seru Nick marah. Nick melihat seseorang itu membuang batang r

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [20] Dokter Gila

    Rheanne masih bergeming mendengar pengakuan dari Justin. Otaknya masih mencerna setiap kata yang Justin lontarkan. Rheanne menatap mata Justin. Kini mereka saling menatap satu sama lain. Setelah tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat, Rheanne memilih untuk memutuskan pandangannya. Rheanne memalingkan wajahnya. “Omong kosong!” cibir Rheanne mencebik bibirnya. Justin menautkan alisnya mendengar jawaban dari Rheanne. “Kau tidak percaya?” “Tidak.”Percaya pada Justin? Itu sama saja menyesatkan diri. Lagipula ini masih terlalu cepat dari pertama kali mereka bertemu, dan Justin tiba-tiba mengatakan suka padanya. Ck, sangat sulit untuk dipercayai. “Tidak peduli. Aku tetap menyukaimu,” ujar Justin tegas. Dia meraih dagu Rheanne dan mencium rakus bibir wanita itu. Rheanne memukul keras dada Justin saat merasakan pasokan oksigen yang menipis. Namun Justin seolah tidak peduli. Pria itu terus memperdalam ciumannya dan enggan untuk melepaskan. Rheanne berhasil mendorong Justin dengan ti

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [19] Dangerous

    Lagi-lagi Justin meninggalkan Rheanne begitu saja. Bahkan di saat Rheanne belum membuka matanya pun pria itu sudah menghilang. Seperti saat ini, Rheanne menoleh ke sampingnya dan tidak menemukan sosok Justin di sana. Padahal semalam pria itu masih ada di sini bersamanya. Iya, semalam mereka memang tidur bersama. Hanya tidur saja, tidak melakukan apapun. “Ssh …” Rheanne meringis tatkala merasakan sakit di bahunya. Dia lupa jika bahunya masih dalam keadaan luka. Rheanne melirik bahunya yang sudah berganti dengan perban yang baru. Karena perdebatan dengan Justin kemarin membuat bahu Rheanne kembali terluka. Oleh karena itu dia harus mengganti perbannya lagi. Kepala Rheanne menoleh saat mendengar suara pintu yang dibuka. Terlihat sosok Bella yang berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan mendorong sebuah troli. Bella menghampiri Rheanne dan tersenyum hangat. “Selamat pagi, Nyonya. Waktunya untuk sarapan,” seru Bella membuka penutup di atas troli itu. Mata Rheanne melirik dan menang

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [18] Worried

    Rheanne terbangun dengan segala rasa ngilu di sekujur tubuhnya. Badan mungilnya tertutupi selimut tebal sampai sebatas lehernya. Hingga kemudian Rheanne tersentak dan seketika tersadar dengan apa yang sudah terjadi. Mata Rheanne bergulir ke bawah lantai dan saat itu juga dia menggeram kesal. Rheanne memukul kepalanya dengan kesal. Dasar bodoh! Rutuknya sendiri. Bisa-bisanya Rheanne terbuai dengan sentuhan pria itu hingga mereka kembali melakukannya lagi. Dalam hati Rheanne tidak berhenti mengumpati Justin. Kilasan kejadian semalam berputar kembali dalam kepala Rheanne. Wanita itu mendengus kasar mengingatnya. Rasanya dia seperti wanita murahan. Hilang sudah harga dirinya di depan Justin. Suara pintu yang dibuka berhasil membuyarkan lamunan Rheanne. Kepalanya menoleh dan saat itu juga tatapannya berubah tajam begitu melihat siapa seseorang itu. “Sudah bangun, Sweetheart?” Seseorang itu tersenyum seolah tidak terjadi apapun. Dia melangkah mendekat pada Anne. “Justin! Brengsek kau!

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [17] No Escape

    Sinar pagi menembus celah-celah jendela kamar. Hal itu membuat sang gadis — eh, maksudnya sang wanita terbangun dari tidurnya. Dia — Rheanne, terbangun dengan keadaan kepala yang sedikit pusing. Butuh beberapa waktu ia harus mengembalikan kesadarannya. Rheanne mengerjapkan matanya yang terasa buram. Namun, saat kedua matanya sukses terbuka lebar. Seketika keningnya mengerut bingung. Netra matanya semakin mengedar ke setiap penjuru dalam ruangan ini. Asing. Begitulah yang Rheanne rasakan. Damn! Ini bukan kamarku! Kamarku tidak gelap dan suram begini! Hah?! Aku di mana?! Begitulah kiranya batin Rheanne yang terus berteriak frustasi. Dengan satu kali hentakan kasar Rheanne bangkit dari tidurnya. Namun, lagi-lagi dia meringis. Kali ini sedikit keras. Ada yang aneh. K-kenapa di bawah sana terasa sakit? Tubuhnya juga terasa sangat dingin. Rheanne meneguk ludahnya. Dengan ragu dia merundukkan kepalanya dan sedikit mengintip ke dalam selimut. Hanya untuk memastikan jika prasangkanya t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status