Home / Romansa / Melahirkan Anak Tuan Tampan / Bab 2 : Cinta Satu Malam

Share

Bab 2 : Cinta Satu Malam

Author: Cipi2 Capa2
last update Huling Na-update: 2024-11-30 14:49:06

“Kau bodoh sekali jika masih berharap dia belum menikah,” tutur Charisa sambil memegang gelas alkoholnya yang sudah kosong. Gadis itu sudah kehilangan setengah kesadarannya. Bahkan dia tidak segan untuk menangis dengan suara lumayan keras. Dia tidak habis-habisnya mengumpat. Kadang dia mengutuk dirinya sendiri, kadang dia menyumpahi Genta.

Pria di sampingnya mengawasi sambil melihat keadaan sekitar. Dia hanya memberi kode pada orang yang memperhatikan Charisa untuk memakluminya. Charisa tidak peduli dengan tatapan aneh dari orang-orang. Yang dia tahu dia harus minum untuk meredakan semua emosi dalam tubuhnya.

“Nona, kau sudah minum cukup banyak dan sudah mabuk. Sebaiknya Anda istirahat di hotel!” tegur Jimmy.

“Tidak, aku masih kuat Jimmy. Aku belum mabuk,” jawab Charisa sambil tertawa mabuk.

“Mas, boleh minta satu lagi!” pinta Charisa dengan tubuh yang sudah sempoyongan.

“Nona! Kau sudah mabuk. Cukup. Ayo kita pergi dari sini!” bisik Jimmy sambil menopang tubuh Charisa yang sudah limbung.

“Jimmy, kau jangan membuat aku marah. Aku bisa pecat kau kalau tidak mengikuti perintahku! Charisa sudah di luar kontrol.

Pria itu hanya berdecak pelan mencoba menahan kesabarannya.

“Semua pria sama saja kecuali ayahku!” cemooh Charisa melampiaskan amarahnya dengan menepis lengan Jimmy.

“Nona! Cukup dan jangan buat keributan di sini!” protes Jimmy.

“Aku tidak membuat keributan. Aku juga tidak mau sedih gara-gara ini. Tapi —-” lirih Charisa dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kau baru datang ke Jakarta, tubuhmu perlu istirahat! Aku akan antar ke hotel!” ajak Jimmy kemudian berusaha menarik tangan Charisa.

“Hotel?” desis Charisa sambil menatap wajah Jimmy.

Gadis itu menjelajahi wajah pria yang kelihatan lebih muda darinya itu dengan tatapan sendunya. Jimmy cukup tampan dan menarik. Kedua matanya teduh menatapnya penuh heran. Rahangnya begitu tegas membuatnya terlihat sangat seksi.

Entah apa yang merasukinya saat ini. Rasanya ingin sekali dia melampiaskan kekecewaannya dengan melakukan sesuatu. Hal gila yang terlintas begitu saja di benak Charisa.

“Jim, berapa usiamu. Kau tampak lebih muda dariku?” tanya Charisa mulai tertarik dengan pria tampan yang duduk di sampingnya.

“Dua puluh empat tahun,” jawabnya dengan tatapan tegas. 

“Kau lebih muda dariku rupanya,” cicit Charisa sambil tersenyum miring. Dia memang lebih muda dua tahun darinya. Tapi dia terlihat sangat matang dan sama sekali tidak canggung bersama dengan wanita lebih tua darinya.

“Apa kau bersedia menemaniku malam ini?” goda Charisa sambil tersenyum nakal. Dia mungkin sudah gila karena terluka menerima kenyataan kalau Genta sudah menikah dan memiliki seorang anak. Sementara dia adalah seorang gadis yang tidak pernah memiliki hubungan asmara dengan seorang laki-laki. Dia sudah tertinggal jauh oleh Genta.

“Nona? Apa yang kau pikirkan?” tanya Jimmy menatap wajah Charisa yang sudah dikendalikan alkohol.

“Kalau kau tidak mau. Aku akan mencari pria lain!” Charisa kemudian berbalik dan mencari pria tampan dan gagah di bar ini untuk dia ajak tidur.

“Tunggu!” cegah Jimmy sambil menahan pinggang Charisa agar tidak mencari pria lain. Dia menatap lekat wajah Charisa yang sudah memerah karena alkohol dan juga gairah lain. Dia memegang wajah Charisa yang sudah memerah dengan kedua tangannya. Jujur, dia juga sudah mulai merasakan mabuk. Reaksi tubuhnya pun sedikit tertantang dengan gerak gerik Charisa yang memancingnya untuk berbuat lebih dari sekedar memegang wajahnya.

“Akan lebih baik melakukannya denganmu. Kau bisa dipercaya kan?” desis Charisa dengan suara manja.

Mendengar suara manja Charisa yang menggairahkan. Jimmy pun segera merangkul Charisa dan membawanya pergi.

Charisa ingin membuang perasaannya pada Genta. Dia harus bisa melupakan Genta dengan cara ini. Meskipun dia juga tidak tahu apakah keputusannya ini benar atau tidak. 

Pria itu benar-benar membawanya ke sebuah kamar hotel mewah. Charisa tidak banyak berkomentar sepanjang pria itu menggandeng tangannya menuju sebuah kamar. Sampai  di dalam kamar, Charisa tanpa membuang waktu dia melepaskan kancing bajunya. Namun gerakannya segera dihentikan oleh tangan Jimmy.

“Nona, apa kau yakin mau melakukannya denganku?” tanya Jimmy dengan suara serak menahan godaan Charisa. Pria mana yang tidak tahan melihat perempuan cantik yang sukarela mengajaknya berhubungan intim.

“Kenapa? Kau tidak mau?” tantang Charisa sambil melipatkan kedua bibirnya dengan gerakan sensual.

“Aku akan membayarmu Jimmy! Aku akan memberikan bayaran yang tinggi. Tapi nanti di kantor kau jangan katakan pada siapa-siapa!” lirih Charisa memohon.

“Apa maksudmu dibayar?” tanya Jimmy. Charisa seolah sedang menego seorang pria penghibur.

“Aku punya banyak uang! Selama aku di Jakarta aku akan menjadi kartu ATM mu!” rayu Charisa sambil menyentuh dada bidang milik Jimmy. Sentuhan Charisa yang menggoda tentu sangat menggoda iman seorang pria normal.

“Kalau tidak mau, seharusnya tadi kau biarkan aku mencari pria lain di bar tadi!” lirih Charisa kecewa. Entah setan apa yang membuatnya saat ini tidak bisa mengendalikan gairahnya.

Pria itu sudah tidak bisa menahan lagi. Dipegangnya tangan Charisa yang menyentuh dadanya. Lalu perlahan dia mendekatkan wajahnya memberinya kecupan kecil. Tubuh Charisa langsung meremang. Baru kali ini dia merasakan kecupan dari seorang pria. Kedua matanya berkaca-kaca, seperti ada sebuah aliran listrik yang menyengat membuat reaksi tubuhnya bertindak mengikuti nalurinya sebagai wanita. Dia merangkul leher pria di depannya dengan kedua lengannya.

Kecupan kecil dari pria itu berubah menjadi ciuman yang melelehkan gunung es di tubuh mereka berdua yang kaku. 

Pria yang sudah dipicu gairahnya kini mulai meraup bibir Charisa dan melumatnya dengan penuh gairah. Kedua tangannya pun segera membantu melepaskan satu persatu kancing kemejanya.

Beberapa saat kemudian tubuh mereka sudah tidak memakai satu lembar benang pun. Selanjutnya hal itu pun terjadi tanpa bisa dihentikan. Masing-masing menikmati pengalaman ranjang yang menjadi penutup hari pertama mereka bertemu.

Charisa menatap wajah Jimmy dengan pikiran campur aduk. Nikmat yang diberikan Jimmy membuatnya setengah sadar dan tidak sadar.

“Genta!” lirih Charisa menyebut nama itu. Dia memang membayangkan kalau sekarang dia bersama dengan Genta.

Jimmy yang mendengar jelas Charisa memanggil nama seorang pria lain berusaha untuk menahan rasa kecewanya. Dia menutup mulut Charisa agar tidak terus memanggil nama pria lain.

“Jim!” lirih Charisa saat menyadari kalau pria itu kesal kalau dia menyebut nama pria lain saat dia bercinta dengannya. Dua jam kemudian mereka kelelahan dan tidur. 

*

Keesokan harinya Charisa bangun lebih dulu, kesadarannya mulai perlahan kembali dan mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Dia menatap laki-laki di sebelahnya yang masih terlelap. Gadis itu menyadari kalau dia sudah melakukan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dia bercinta dengan pria yang baru sehari ia temui.

Setelah memikirkan apa yang harus ia lakukan, bergegas gadis itu menggeser tubuhnya menjauh dari pria itu. Bagian intinya terasa sakit dan menyebar ke seluruh tubuh. Ini adalah pertama kalinya dia melakukan hubungan intim dengan seorang pria. Meski ada sedikit penyesalan, tapi Charisa mengakui kalau itu adalah pengalaman yang menyenangkan. Apalagi Jimmy sangat perkasa. Sayangnya pria itu adalah asistennya di perusahaan.

Satu jam lagi matahari akan terbit, rasanya Charisa tidak bisa tidur lagi. Dia harus segera siap-siap pergi ke kantor. Ini adalah hari pertamanya di Vallarta, jangan sampai dia mengecewakan para pegawai di sana. 

Dengan perlahan bergerak Charisa turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia tidak akan membangunkan Jimmy karena dia pasti kelelahan. Lebih baik membiarkannya beberapa jam lagi untuk tidur.

Setelah mandi dan berpakaian Charisa memeriksa Jimmy di tempat tidur. Rupanya pria itu juga sudah terbangun.

“Kau sudah bangun?” tanya Charisa santai. Nada bicaranya tidak selembut semalam. Tatapan wajahnya juga sudah kembali ke mode pertama kali bertemu di bandara.

“Nona sudah rapi, maafkan aku telat bangun!” ucap Jimmy sambil turun dari tempat tidur dalam keadaan masih polos.

Charisa segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tidak ingin terjebak lagi dalam situasi semalam.

“Nona sudah melihat semuanya dari semalam, kenapa harus malu!” kekeh Jimmy sambil memakai celana dalamnya dan berjalan ke kamar mandi.

“Jimmy, aku akan pergi duluan! Untuk yang semalam kita lupakan saja!” teriak Charisa.

Dia buru-buru pergi menarik kopernya untuk menghindar dari Jimmy. Melihatnya polos seperti itu jantungnya tidak aman. Tapi sebelum pergi Charisa ingat sesuatu. Dia membuka tasnya dan mengambil dompetnya. Beberapa lembar dollar pecahan seratus ia keluarkan semuanya dan ia simpan di atas tempat tidur. Sebenarnya itu masih kurang, tapi Charisa tidak punya banyak uang cash. 

Charisa kemudian mengambil kertas dan pulpen yang ada di nakas samping tempat tidur. Dia menulis memo untuk Jimmy agar nanti bertemu lagi di kantor.

[Jimmy, nanti aku kasih sisanya lewat transfer. Tapi aku tidak punya nomor rekeningmu. Uang cash ku cuma sedikit. Ingat jangan bocorkan tentang semalam di perusahaan! Kita pura-pura tidak terjadi apa-apa!]

Setelah menulis memo itu, buru-buru Charisa meninggalkan kamar itu. Dia tidak ingin terlambat. Kalau menunggu Jimmy selesai, rasanya juga tidak mungkin. Situasi nanti akan terasa canggung. Charisa butuh waktu untuk menata image-nya lagi di depan Jimmy.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 72 : Jejak Yang Hilang

    Langit sore sudah memudar, membawa serta bayangan hitam yang seolah menggantung di atas kepala Jean dan Charisa. Mobil mereka berhenti kasar di depan gerbang sekolah. Bahkan sebelum mesin mati sepenuhnya, Charisa sudah menerobos keluar, berlari masuk dengan napas tersengal, wajahnya pucat seperti kertas.“Apa yang terjadi? Di mana Darren?” teriak Charisa begitu melihat seorang guru keluar dari ruang guru.Guru itu terkejut melihat kedatangan Charisa yang panik. “Nyonya Charisa, kami sedang berusaha mencari di sekitar sekolah dengan beberapa petugas keamanan!”“Kenapa kalian membiarkan orang asing membawa Darren?” teriak Charisa sambil mengguncang lengan guru itu. Ibu siapa yang tidak panik mendengar berita anaknya yang tiba-tiba hilang.Jean menyusul dari belakang dan menenangkan Charisa yang mulai kehilangan kendali. “Tenang Charisa, kita akan segera menemukan dia!” Jean menahan tubuh Charisa dari belakang.Guru itu menarik napas panjang. “Kami sudah mencari di semua area sekolah. CC

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 71 : Bayangan Keluarga Jean

    Di hari yang sudah direncanakan. Jean akan mengajak Charisa pergi bermain golf untuk mengenalkannya pada ayahnya. Sebenarnya Charisa sangat gugup karena orang yang akan ia temui adalah Lim Ronan. Pebisnis hotel yang sukses yang juga seorang konglomerat. Bertemu dengannya bukan hal yang mudah bagi Charisa, apalagi ini adalah momen untuk mengenalkan dirinya sebagai calon pendamping hidup Jean.Cuaca pagi begitu cerah saat Jean menjemput Charisa. Ia terlihat santai dengan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Sementara Charisa tampil rapi dengan dress selutut berwarna sage green dan rambut disanggul sederhana. Senyumnya tenang meski hatinya berdegup tak menentu.“Siap?” tanya Jean sembari membukakan pintu mobil.Charisa mengangguk. “Tentu saja, aku siap.”Meski kalimat itu terdengar meyakinkan, di dalam hati Charisa menyadari kalau tidak ada yang bisa benar-benar mempersiapkan diri bertemu orang tua kekasih — terutama jika orang tua itu bernama Lim Ronan.Mobil hitam itu melaju m

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 70 : Rencana Menikah

    Setelah lebih dari sehari dirawat akhirnya Darren bisa dibawa pulang dari rumah sakit. Jean bersama Charisa bersama mengajaknya pulang ke rumah. Kehadiran Jean di tengah keluarga Charisa tentu saja membuat suasana rumah menjadi sedikit berbeda. Hardian ayahnya Charisa menjadi lebih banyak diam dan terlihat khawatir. Apalagi ketika Charisa menceritakan kalau Jean adalah ayah dari putranya Darren.“Darren mulai saat ini kau panggil aku dengan Daddy!” Jean berjongkok di depan Darren yang terlihat kebingungan.“Apa maksud Tuan?” Darren menatapnya dengan wajah polos.Jean tersenyum tipis sambil mengusap rambut Darren. “Aku memang Daddy mu. Tentu saja kau harus panggil aku Daddy!” jawab Jean sambil berdehem meminta bantuan validasi dari Charisa.“Benarkah itu Mom?” tanya Darren sambil menatap Charisa dengan penuh tanda tanya.Charisa mengangguk sambil tersenyum dan menjawab dengan suara pelan. “Ya itu benar.”Darren kembali menatap wajah Jean seolah dia masih belum percaya jika yang ada di

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 69 : Masa Depan Baru

    Charisa sangat terkejut mendengar ajakan Jean yang mengajaknya untuk tinggal bersama. Baginya itu terlalu cepat dan mendadak.“Jean, ada apa ini? Bisa kalian jelaskan situasi apa ini?” tanya Monika yang heran mengapa Jean begitu peduli pada Darren dan Charisa.Charisa baru sadar kalau ibunya pasti heran melihat kedekatannya dengan Jean.“Bu, maafkan aku jika aku terlambat mengatakannya. “ Ada jeda sebentar sebelum Charisa melanjutkan. Dia menatap wajah ibunya yang tengah menunggu penjelasannya.Jean adalah ayah kandungnya Darren.” Dengan suara lirih Charisa menjelaskannya pada Monika.“Apa?” Rasa terkejut menghampiri wajah Monika. Seolah yang baru dia dengar adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin.“Itu benar Bu.” Jean menambahkan dengan raut wajah penuh rasa bersalah.“Bagaimana bisa? Bukankah kalian baru pertama kali bertemu beberapa bulan ini?” tanya Monika sangat tidak percaya.Charisa menarik napas panjang seakan mencari kekuatan untuk menceritakan semuanya. Jean hanya bisa ters

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 68 : Lamaran Tertunda

    Charisa menatap Jean dengan curiga. “Apa maksudmu?”Jean menyandarkan punggungnya ke kursi, menyembunyikan senyum tipis di balik ekspresi santainya. “Kau akan tahu sebentar lagi.”Charisa mendesah, sudah terbiasa dengan gaya Jean yang penuh teka-teki. Dia harus bersabar sampai Jean selesai menyantap makan malamnya. Namun entah kenapa Charisa merasa waktu berjalan lambat. Dia semakin penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan Jean padanya.Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, seorang pelayan datang ke meja mereka setelah Jean selesai makan dan memanggil kembali pelayan tadi. Kali ini pelayan itu membawa sesuatu yang membuat Charisa mengernyit.Sebuah kotak kecil berwarna hitam.Pelayan itu menaruhnya di atas meja dengan hati-hati sebelum melangkah pergi tanpa mengatakan apa-apa. Charisa menatap kotak itu, lalu kembali ke Jean yang kini menatapnya dengan ekspresi penuh arti.“Buka,” perintah Jean singkat.Keraguan melintas di benak Charisa. Ia menarik napas dalam sebelum akhir

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 67 : Jean Cemburu

    “Jean, bagaimana bisa kau ada di sini?” tanya Charisa ketika Jean mendekat.“Apa kau mengikutiku sampai ke sini?” tuduhnya lagi sebelum Jean bisa menjawab.“Tidak. Aku tidak mengikutimu. Aku kebetulan lewat sini,” jawab Jean. Namun dari raut wajahnya dia tidak bisa berbohong.Charisa tersenyum miring, seolah tidak percaya dengan jawaban Jean. “Kebetulan, ya?” gumamnya, menatap pria itu dengan pandangan penuh selidik.Jean tidak langsung menanggapi. Matanya menelisik sekitar, seolah mencari alasan lain yang lebih masuk akal, tetapi Charisa sudah menangkap kegugupannya.“Kalau memang hanya kebetulan, kenapa wajahmu terlihat bersalah?” lanjut Charisa, menyilangkan tangan di depan dada.Jean menghela napas, menyadari bahwa menyangkal pun tidak ada gunanya. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Mungkin aku memang ingin tahu apa yang kau lakukan di sini.”Charisa mengangkat alis, menunggu penjelasan lebih lanjut. “Dan kenapa itu penting bagimu?”Jean terdiam sesaat. Ia bisa saja memberikan alasan y

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 66 : Mengatakan Sejujurnya

    Malam ini terasa berbeda bagi Charisa. Setelah bertahun-tahun menjaga jarak, menutup hati, dan berusaha melindungi dirinya sendiri dari luka yang pernah ada, ia akhirnya membiarkan seseorang masuk. Jean.Pria yang dulu hanya dia anggap sebagai pelarian. Sekarang Jean menjadi bagian dari hidupnya. Dia sudah memutuskan untuk menerima Jean sebagai kekasihnya. Perasaan hangat yang menyelimuti hatinya masih terasa asing, tetapi ia tidak ingin semuanya ini cepat berubah.Keesokan harinya, Charisa bangun lebih awal dari biasanya. Setelah kejadian tadi malam, ia tidak bisa tidur nyenyak—bukan karena gelisah, tetapi karena dadanya masih dipenuhi rasa berbunga yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia memandangi ponselnya, menunggu sesuatu. Lalu, sebuah notif masuk. Pesan dari Jean."Selamat pagi, Charisa. Tidurmu nyenyak?"Charisa tersenyum kecil sebelum mengetik balasan. "Tidak terlalu. Aku masih terkejut dengan semuanya."Balasannya hanya butuh beberapa detik untuk dibaca Jean sebelum pesa

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 65 : Perasaan Cinta

    Charisa berjalan cepat memasuki gedung kantornya, berusaha mengendalikan gejolak emosinya. Pipinya masih terasa panas akibat perkataan Jean barusan. Ia tidak menyangka pria itu akan mengungkapkan perasaannya sejujur itu—dan lebih dari itu, Jean ingin mengakui Darren sebagai anaknya.Setelah masuk ke dalam lift, Charisa menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia harus fokus. Tidak boleh membiarkan kata-kata Jean mengganggu pikirannya saat bekerja. Namun, begitu pintu lift tertutup dan ia melihat pantulan dirinya di cermin lift, ia sadar bahwa ekspresinya masih kacau. Sorot matanya yang biasanya tajam tampak bimbang, dan bibirnya sedikit bergetar."Kenapa aku begini…?" gumamnya pelan.Dia mencoba menenangkan diri sebaik mungkin sebelum sampai di lantai kantornya. Hari ini entah kenapa beberapa hari ini dia merasa ada yang berbeda dengan hatinya. Entah kenapa setiap berada di dekat Jean, seperti ada kupu-kupu di atas perutnya. Ada rasa tergelitik tetapi rasa itu bercampu

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 64 : Harapan Cinta

    Suara klakson yang saling bersahutan memecah keheningan, menyadarkan keduanya dari suasana yang membekukan itu. Jean tertegun sejenak, menyadari kalau mobilnya menghalangi kendaraan lain yang ingin parkir.Dengan cepat, dia menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi dulu dari sini," katanya, mencoba menyembunyikan ketegangan dalam suaranya. Charisa mengangguk tanpa sepatah kata pun, menyeka wajahnya yang basah oleh air mata.Pagi itu, udara masih sejuk, dengan matahari yang baru saja mulai naik ke langit. Jalanan tidak terlalu ramai, hanya beberapa kendaraan yang sesekali melintas. Angin semilir yang masuk melalui kaca jendela yang sedikit terbuka membawa aroma segar dedaunan basah, seolah mencoba menenangkan hati mereka yang bergolak.Namun, ketenangan itu segera terganggu saat mobil Jean mulai melambat. Charisa yang semula tenggelam dalam pemandangan luar langsung menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa mobilnya melambat?" tanyanya, ada kekhawatiran yang muncul di suaranya.Jean melirik

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status