Home / Romansa / Melahirkan Anak Tuan Tampan / Bab 3 : Dia Bukan Jimmy

Share

Bab 3 : Dia Bukan Jimmy

Author: Cipi2 Capa2
last update Last Updated: 2024-11-30 14:57:12

Charisa turun dari taksi setelah sampai di gedung di mana perusahaan Vallarta berada. Hari ini adalah hari pertamanya sebagai CEO di sana. Untungnya dia tidak datang terlambat. Di pintu lift menuju lantai kantor Vallarta dia menatap bayangan wajahnya yang terlihat sedikit lelah. Pengaruh sisa alkohol dan kejadian semalam tentu berpengaruh pada kondisi wajahnya sekarang. Sebelum itu menjadi bencana, Charisa kemudian melipir dulu ke arah toilet di lantai satu. Dia harus menata ulang riasannya. 

Sampai di toilet dia kemudian mengeluarkan cushion miliknya. Ini masih pagi dan tentu belum banyak yang datang. Charisa sedikit leluasa untuk menata wajahnya agar terlihat lebih fresh dan cantik.

“Hei kau tidak tahu Jimmy yang bekerja di Vallarta lantai 20?” Seorang gadis muda datang dengan dua orang gadis lainnya ke toilet.

“Ya tahu dong. Emang kenapa sama dia?” tanya dua temannya itu.

Charisa mencoba menguping apa yang akan menjadi bahan pembicaraan para gadis itu tentang Jimmy. Kalau diperhatikan sepertinya mereka bukan karyawan atau staf Vallarta. Gedung ini memang terdiri dari beberapa kantor dan perusahaan. Vallarta sendiri berada di lantai dua puluh.

“Mantannya semalam bertemu denganku. Katanya sekarang Jimmy diturunkan jabatannya jadi asisten CEO yang baru!”

“Benarkah? Wah kasihan banget ya.”

“Ngapain kasihani playboy macam dia. Lagipula katanya CEO yang baru itu perempuan dan belum menikah. Bisa bahaya sih kalau dia bakal deketin CEO nya. Padahal mantannya masih satu kantor.”

“ Duh bagaimana ya perasaan Sinta?”

 “Tapi baguslah Sinta lepasin laki-laki brengsek itu. Dia sudah sering diselingkuhi!”

Charisa yang mendengar itu menjadi sedikit menyesal dan kecewa. Jadi Jimmy ternyata orangnya seperti itu. Sebaiknya mungkin dia tidak terlalu dekat dengan Jimmy nanti ke depannya.

Charisa kemudian keluar dari toilet dengan perasaan yang kecewa. Dia seharusnya tidak mengajaknya ke hotel. Gadis itu sangat menyesal.

Sampai di lantai dua puluh, Charisa bertemu dengan Lily manajer produksi. Dia sering bertemu lewat video conference dengan beberapa  manajer dan CEO sebelumnya.

“Nona selamat datang di Jakarta. Tapi kenapa Anda datang sendiri? Apa Jimmy terlambat menjemputmu?” tanya Lily.

Charisa hanya bisa menjawab dengan senyuman pendek. Mana mungkin dia menjawab kalau Jimmy masih berada di hotel. Tanpa banyak berbasa basi Charisa langsung menuju kantor Vallarta dengan diikuti Lily.

“Aku sudah mengontak beberapa agen properti. Nanti sore Anda akan sudah mendapatkan apartemen yang dekat dengan kantor.”

“Baik terima kasih Lily bantuannya. Ngomong-ngomong bisakah kau ganti orang yang menjadi asistenku?” tanya Charisa to the point. Dia cukup terpengaruh dengan obrolan di toilet tadi. Jimmy itu adalah seorang playboy. Bahkan mantan pacarnya pun masih bekerja dan satu kantor di sini. Charisa harus hati-hati karena dia tidak mau merusak hubungan orang hanya karena kejadian semalam.

“Nona Charisa, maafkan aku. Dari kemarin saya berusaha menghubungi nomor Anda tapi nomor Anda tidak bisa dihubungi. Kemarin saya terlambat menjemput Anda.” Seorang pria berusia tiga puluh tahunan datang tergopoh-gopoh mencegat Charisa yang hendak masuk ke ruangannya.

“Jimmy! Jadi kau kemarin tidak menjemputnya?” tanya Lily dengan suara keras karena kaget. Tetapi lebih kaget lagi adalah Charisa. Dia berusaha mencerna ucapan pria itu. Jadi maksudnya kemarin dia tidak menjemputnya di bandara. Lalu, siapa pria itu yang semalam menemaninya mengarungi laut kenikmatan.

“Kemarin mobilku hendak menjemput Nona di bandara tapi malah mogok di jalan. Jadi aku menghubungi Nona untuk menunggu sampai mobil bisa jalan lagi. Masalahnya nomornya tidak bisa dihubungi dan waktu aku ke sana. Aku sudah tidak menemukan Anda di sana," lirih Jimmy dengan penuh rasa bersalah.

Charisa tiba-tiba merasa tubuhnya limbung. Dia memegang tembok untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

“Jadi kau Jimmy asistenku?” tanya Charisa sambil menatap wajah pria itu. Dia sama sekali bukan Jimmy yang kemarin dia temui. Dan bukan Jimmy yang menemaninya di ranjang panas semalam.

“Iya Nona. Saya minta maaf dan mohon Anda mempertahankan posisi saya saat ini. Kalau tidak, saya tidak diterima di divisi lain pun di kantor ini!” ucap Jimmy dengan sorot mata memohon.

Charisa merasa kepalanya sangat berat. Jadi siapa pria itu. Kenapa dia berpura-pura mengenal dan menjadi Jimmy. Siapa yang salah? Apa mungkin dari awal dia yang sudah salah. 

“Nona, Anda tidak apa-apa?” tanya Jimmy khawatir melihat Charisa yang tiba-tiba pucat.

“Aku sakit kepala melihatmu. Pergilah! Sementara ini jaga jarak denganku! Kalau tidak, aku bisa langsung mengganti posisimu dengan cepat!” titah Charisa dengan nada kejam.

Lily kemudian memberi kode agar Jimmy pergi. Charisa kemudian masuk ke dalam kantornya sambil memijit keningnya yang berkedut. Hari pertama dia di Jakarta sungguh di luar ekspektasinya. 

*

Ada bagusnya jika pria itu adalah pria asing yang ia tak kenal. Kejadian semalam itu adalah kesalahan yang harus segera ia lupakan. Charisa pun tidak ingin pergi ke hotel itu lagi dan bertemu dengan pria itu. Lagipula dia tidak berhak meminta pertanggungjawaban pria itu. Dia sendiri yang meminta pria itu untuk menidurinya. Anggap saja dia memberikan kegadisannya dengan percuma pada pria asing yang  baru ia kenal. Mungkin dia adalah gadis yang paling bodoh di dunia. Karena dia tidak hati-hati memeriksa identitas pria itu. Andai saja dia tidak sok akrab dengan pria itu mungkin kejadian semalam tidak akan pernah terjadi.

Charisa harus segera melupakan pria itu dan kejadian memalukan itu.  Dia melihat dari kejauhan Jimmy yang duduk di mejanya. Jimmy asli tampaknya sangat bertolak belakang dengan pria itu. Jimmy terlihat lebih kekanak-kanakan dan ceroboh. Berbeda dengan pria itu yang terlihat sangat elegan dan dewasa. 

“Gawat! Aku berikan dia uang untuk bayaran pelayanannya tapi apa itu kurang. Apa mungkin dia akan mencariku ke sini. Mustahil dia tahu aku bekerja di mana?” Charisa berusaha mengurangi rasa paniknya dengan berusaha mengingat-ingat apakah dia pernah mengatakan dimana dia bekerja. 

“Kenapa waktu itu dia diam saja pas aku panggil Jimmy?” sungut Charisa heran.

“Sepertinya dia sengaja karena memang dia juga tertarik padaku,” pikirnya lagi.

“Jadi dia juga sebenarnya tidak perlu uang bayaran. Hahaha.” Charisa berusaha tertawa untuk menutupi kebodohannya.

“Nona kenapa Anda tertawa. Apa ada yang lucu?” Tiba-tiba Jimmy sudah berada di depannya.

Charisa menghentikan tawanya dan menatap Jimmy dengan tatapan aneh.

“Apa kau masih ingin menjadi asistenku?” tanya Charisa.

“Tentu saja Nona.” Jimmy tampak antusias.

“Kalau begitu, kau bisa menjadi asisten dengan syarat. Pertama kau jangan mencoba merayu dan menggodaku, kedua jangan malas saat bekerja denganku, ketiga tidak boleh berpacaran saat bekerja di kantor!”

“Ah tentu saja Nona. Saya ini sudah punya pacar. Dia bekerja di rumah sakit sebagai perawat, aku tidak akan malas bekerja karena aku ingin mendapatkan gaji dan bonus agar bisa cepat melamar pacarku,” jawab Jimmy.

“Benarkah itu. Jadi kau sudah punya pacar baru? Apa Sinta tahu kalau kau sudah punya pacar lagi?” tanya Charisa malah tertarik.

“Nona darimana Anda tahu Sinta. Setahuku Anda belum bertemu dengan karyawan lain?” tanya Jimmy yang heran karena Charisa mengenal Sinta yang merupakan mantannya di kantor ini.

“Aku ini punya banyak spy di sini. Jadi jangan banyak tingkah di kantor!” ucap Charisa dengan wajah yang serius.

“Ba-baik Nona. Saya akan ingat ucapan Anda," jawab Jimmy terbata-bata.

“Bagus ! Sudah waktunya kau serius dan mulai berpikiran untuk menikah. Sekarang ini kau sudah tobat menjadi seorang playboy!” seru Charisa menepuk bahu Jimmy.

Mendengar ucapan Charisa, wajah Jimmy terlihat sangat pucat. Dia mengira kalau Charisa sudah memeriksa latar belakangnya dengan detail. Bahkan privasinya Charisa sudah tahu kalau dia adalah seorang playboy.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ziandra
menarik. lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 72 : Jejak Yang Hilang

    Langit sore sudah memudar, membawa serta bayangan hitam yang seolah menggantung di atas kepala Jean dan Charisa. Mobil mereka berhenti kasar di depan gerbang sekolah. Bahkan sebelum mesin mati sepenuhnya, Charisa sudah menerobos keluar, berlari masuk dengan napas tersengal, wajahnya pucat seperti kertas.“Apa yang terjadi? Di mana Darren?” teriak Charisa begitu melihat seorang guru keluar dari ruang guru.Guru itu terkejut melihat kedatangan Charisa yang panik. “Nyonya Charisa, kami sedang berusaha mencari di sekitar sekolah dengan beberapa petugas keamanan!”“Kenapa kalian membiarkan orang asing membawa Darren?” teriak Charisa sambil mengguncang lengan guru itu. Ibu siapa yang tidak panik mendengar berita anaknya yang tiba-tiba hilang.Jean menyusul dari belakang dan menenangkan Charisa yang mulai kehilangan kendali. “Tenang Charisa, kita akan segera menemukan dia!” Jean menahan tubuh Charisa dari belakang.Guru itu menarik napas panjang. “Kami sudah mencari di semua area sekolah. CC

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 71 : Bayangan Keluarga Jean

    Di hari yang sudah direncanakan. Jean akan mengajak Charisa pergi bermain golf untuk mengenalkannya pada ayahnya. Sebenarnya Charisa sangat gugup karena orang yang akan ia temui adalah Lim Ronan. Pebisnis hotel yang sukses yang juga seorang konglomerat. Bertemu dengannya bukan hal yang mudah bagi Charisa, apalagi ini adalah momen untuk mengenalkan dirinya sebagai calon pendamping hidup Jean.Cuaca pagi begitu cerah saat Jean menjemput Charisa. Ia terlihat santai dengan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Sementara Charisa tampil rapi dengan dress selutut berwarna sage green dan rambut disanggul sederhana. Senyumnya tenang meski hatinya berdegup tak menentu.“Siap?” tanya Jean sembari membukakan pintu mobil.Charisa mengangguk. “Tentu saja, aku siap.”Meski kalimat itu terdengar meyakinkan, di dalam hati Charisa menyadari kalau tidak ada yang bisa benar-benar mempersiapkan diri bertemu orang tua kekasih — terutama jika orang tua itu bernama Lim Ronan.Mobil hitam itu melaju m

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 70 : Rencana Menikah

    Setelah lebih dari sehari dirawat akhirnya Darren bisa dibawa pulang dari rumah sakit. Jean bersama Charisa bersama mengajaknya pulang ke rumah. Kehadiran Jean di tengah keluarga Charisa tentu saja membuat suasana rumah menjadi sedikit berbeda. Hardian ayahnya Charisa menjadi lebih banyak diam dan terlihat khawatir. Apalagi ketika Charisa menceritakan kalau Jean adalah ayah dari putranya Darren.“Darren mulai saat ini kau panggil aku dengan Daddy!” Jean berjongkok di depan Darren yang terlihat kebingungan.“Apa maksud Tuan?” Darren menatapnya dengan wajah polos.Jean tersenyum tipis sambil mengusap rambut Darren. “Aku memang Daddy mu. Tentu saja kau harus panggil aku Daddy!” jawab Jean sambil berdehem meminta bantuan validasi dari Charisa.“Benarkah itu Mom?” tanya Darren sambil menatap Charisa dengan penuh tanda tanya.Charisa mengangguk sambil tersenyum dan menjawab dengan suara pelan. “Ya itu benar.”Darren kembali menatap wajah Jean seolah dia masih belum percaya jika yang ada di

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 69 : Masa Depan Baru

    Charisa sangat terkejut mendengar ajakan Jean yang mengajaknya untuk tinggal bersama. Baginya itu terlalu cepat dan mendadak.“Jean, ada apa ini? Bisa kalian jelaskan situasi apa ini?” tanya Monika yang heran mengapa Jean begitu peduli pada Darren dan Charisa.Charisa baru sadar kalau ibunya pasti heran melihat kedekatannya dengan Jean.“Bu, maafkan aku jika aku terlambat mengatakannya. “ Ada jeda sebentar sebelum Charisa melanjutkan. Dia menatap wajah ibunya yang tengah menunggu penjelasannya.Jean adalah ayah kandungnya Darren.” Dengan suara lirih Charisa menjelaskannya pada Monika.“Apa?” Rasa terkejut menghampiri wajah Monika. Seolah yang baru dia dengar adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin.“Itu benar Bu.” Jean menambahkan dengan raut wajah penuh rasa bersalah.“Bagaimana bisa? Bukankah kalian baru pertama kali bertemu beberapa bulan ini?” tanya Monika sangat tidak percaya.Charisa menarik napas panjang seakan mencari kekuatan untuk menceritakan semuanya. Jean hanya bisa ters

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 68 : Lamaran Tertunda

    Charisa menatap Jean dengan curiga. “Apa maksudmu?”Jean menyandarkan punggungnya ke kursi, menyembunyikan senyum tipis di balik ekspresi santainya. “Kau akan tahu sebentar lagi.”Charisa mendesah, sudah terbiasa dengan gaya Jean yang penuh teka-teki. Dia harus bersabar sampai Jean selesai menyantap makan malamnya. Namun entah kenapa Charisa merasa waktu berjalan lambat. Dia semakin penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan Jean padanya.Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, seorang pelayan datang ke meja mereka setelah Jean selesai makan dan memanggil kembali pelayan tadi. Kali ini pelayan itu membawa sesuatu yang membuat Charisa mengernyit.Sebuah kotak kecil berwarna hitam.Pelayan itu menaruhnya di atas meja dengan hati-hati sebelum melangkah pergi tanpa mengatakan apa-apa. Charisa menatap kotak itu, lalu kembali ke Jean yang kini menatapnya dengan ekspresi penuh arti.“Buka,” perintah Jean singkat.Keraguan melintas di benak Charisa. Ia menarik napas dalam sebelum akhir

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 67 : Jean Cemburu

    “Jean, bagaimana bisa kau ada di sini?” tanya Charisa ketika Jean mendekat.“Apa kau mengikutiku sampai ke sini?” tuduhnya lagi sebelum Jean bisa menjawab.“Tidak. Aku tidak mengikutimu. Aku kebetulan lewat sini,” jawab Jean. Namun dari raut wajahnya dia tidak bisa berbohong.Charisa tersenyum miring, seolah tidak percaya dengan jawaban Jean. “Kebetulan, ya?” gumamnya, menatap pria itu dengan pandangan penuh selidik.Jean tidak langsung menanggapi. Matanya menelisik sekitar, seolah mencari alasan lain yang lebih masuk akal, tetapi Charisa sudah menangkap kegugupannya.“Kalau memang hanya kebetulan, kenapa wajahmu terlihat bersalah?” lanjut Charisa, menyilangkan tangan di depan dada.Jean menghela napas, menyadari bahwa menyangkal pun tidak ada gunanya. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Mungkin aku memang ingin tahu apa yang kau lakukan di sini.”Charisa mengangkat alis, menunggu penjelasan lebih lanjut. “Dan kenapa itu penting bagimu?”Jean terdiam sesaat. Ia bisa saja memberikan alasan y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status