Beranda / Romansa / Melahirkan Anak Tuan Tampan / Bab 1 : Ternyata Sudah Menikah

Share

Melahirkan Anak Tuan Tampan
Melahirkan Anak Tuan Tampan
Penulis: Cipi2 Capa2

Bab 1 : Ternyata Sudah Menikah

Penulis: Cipi2 Capa2
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 13:43:25

Dengan langkah penuh percaya diri Charisa berjalan keluar dari gerbang kedatangan luar negeri di bandara Soekarno Hatta. Tangan kanannya menyeret koper dengan brand merk terkenal nan mewah sementara tangan kirinya merapikan rambut ombre ash brown-nya. Gadis cantik itu berjalan sambil melihat-lihat kerumunan orang yang menjemput penumpang pesawat yang baru datang.

Di antara banyak orang itu ia mencari orang yang akan menjemputnya. Charisa mengomel karena baterai ponselnya tidak sempat ia charge penuh dan sekarang sudah tidak bernyawa. Bagaimana caranya dia menemukan orang yang akan menjemputnya.

Sebelumnya di bandara Tokyo, Tuan Juko memberitahunya kalau yang akan menjemputnya bernama Jimmy. Katanya orang yang akan menjemputnya sudah mengenal wajahnya dan akan langsung menghampirinya.

“Bodoh! Bagaimana bisa aku memegang perkataan Tuan Juko. Darimana orang itu akan mengenaliku langsung,” gerutu Charisa kesal. Mau tidak mau dia harus mencari taksi dan pergi ke hotel sendiri.

Charisa berhenti sebentar dan melihat sekelilingnya. Dia melepas kacamatanya agar wajahnya terekspos dengan jelas. Menurut Tuan Juko, orang itu akan mengenalinya langsung.

“Maaf Nona permisi!” Seorang pria berjalan ke arahnya dengan wajah tersenyum sambil memegang ponselnya. Namun belum sempat pria itu mengutarakan maksudnya, Charisa langsung menyerahkan kopernya tanpa memberikan kesempatan pria itu bicara terlebih dulu.

“Sebelum ke hotel, antar aku dulu ke sebuah tempat!” titah Charisa.

Pria itu tampak terkejut karena tiba-tiba Charisa memberinya koper. Gadis itu berjalan mendahuluinya tanpa mengatakan hal lain.

“Nona —-”

“Kenapa lama sekali, kita tidak punya waktu!” 

Pria itu tampak terdiam beberapa lama sambil menatap Charisa dengan ekspresi heran. Akhirnya dengan wajah kebingungan pria itu berjalan di depan Charisa sambil membawakan kopernya menuju tempat parkir. Charisa menghela napas dalam-dalam, merasakan aroma udara dari kota yang selama ini sudah lama ia tinggalkan. Rasanya menyenangkan bisa kembali ke kampung halamannya. Charisa masuk ke dalam mobil mengabaikan tatapan aneh dari pria yang duduk di belakang setir. Dia terlihat bersemangat dan sudah tidak sabar untuk melihat perubahan kota yang sudah ia tinggalkan selama dua belas tahun.

“Jimmy sebelum kau antarkan aku ke hotel, apa kau bisa mengantarkanku ke sebuah tempat?” tanya Charisa pada orang yang akan menjadi supirnya selama di Jakarta.

“Jimmy!” ucap pria itu sambil manggut-manggut. Dia menatap wajah Charisa dengan penuh minat.

“Tentu saja Nona. Mau ke mana saja saya akan antar,” jawab pria itu patuh. Beberapa kali dia berdecak kagum menatap wajah Charisa yang cantik.

Charisa tersenyum senang dengan sikap patuhnya. Dia baru pertama kalinya bertemu dengan Jimmy. Sebelum dia berangkat ke Jakarta dia memang diberitahu oleh perusahaannya di Jepang kalau selama dia bekerja di Jakarta, Jimmy akan menjadi supir pribadinya yang akan membantunya menyelesaikan pekerjaan selama di Jakarta.

“Nanti sebagai gantinya aku akan traktir kau kopi yang enak!”

“Hmm, saya tidak biasa minum kopi, Nona,” jawabnya dengan tawa renyah.

Charisa sempat melirik ke arahnya karena suara tawa pria itu yang terdengar hangat dan menyenangkan. Suara tawanya itu mengingatkannya pada seseorang.

“Bagaimana bisa anak muda sepertimu tidak suka kopi?” tanya Charisa heran.

“Saya punya penyakit lambung Nona. Jadi saya menghindari minuman yang berkafein.”

“Ooh, ya sudah akan mentraktirmu es krim,” sambung Charisa.

“Baik Nona. Haha. Tapi apa saya terlihat seperti anak kecil yang suka es krim,” cicit pria itu sambil menyetir.

“Bukan seperti itu. Setidaknya aku mentraktirmu karena ini hari pertama kita bertemu sebagai partner.”

Pria itu tertawa kecil menanggapinya. Dia hanya mengangguk-angguk kecil. Ekspresi wajahnya sangat menyenangkan. Charisa merasa kalau dia akan menjadi supir yang asyik. Sepertinya dia juga akan menjadi orang yang akan ia andalkan selama ia ditugaskan menjadi CEO di kantor Vallarta cabang Jakarta. Sebelumnya dia menjabat sebagai wakil direktur di Vallarta Jepang. Dia pergi ke Jakarta untuk menggantikan posisi CEO yang sebelumnya. Kenapa Charisa diutus ke sini, mungkin karena latar belakangnya sebagai warga negara Indonesia asli jadi bisa memudahkan Vallarta dalam masa transisi kepemimpinan.

Charisa juga tidak tahu apakah posisi itu untuk sementara apa untuk selanjutnya. Pemimpin perusahaan Vallarta belum secara resmi memberitahunya.

“Jadi, apakah sekarang Nona ingin mengunjungi salah satu kerabatmu?” tanyanya saat melihat lokasi GPS yang sudah Charisa atur di layar monitor mobilnya sebelumnya.

“Bukan kerabat. Aku tidak punya keluarga lain selain orangtuaku yang di Jepang. Aku hanya ingin mampir melihat tempat tinggalku dulu sebentar.”

“Oh di Jepang. Apa di sini tempatnya?” Dia menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah berlantai dua yang memiliki halaman depan yang luas.

Charisa tidak langsung menjawab. Tatapannya hanya tertuju ke depan. Sorot matanya berkaca-kaca. Tatapan haru sekaligus rindu yang menyeruak. Jimmy pun memutuskan untuk diam menunggu perintah Charisa.

Rumah yang dulu ia tinggali dengan orangtuanya dulu ternyata masih kosong. Tapi bukan itu tujuan gadis itu sebenarnya. Dia menatap dan mengawasi rumah sebelahnya. Tak lama kemudian terlihat gerbang rumah itu terbuka. Charisa menahan napasnya dengan mata yang sudah penuh dengan bulir bening.

Dua orang keluar dari rumah. Seorang pria sambil menuntun seorang gadis kecil berusia delapan tahun.

Charisa terisak dengan suara tertahan. Dia melihat pria itu tampak bahagia sambil menuntunnya masuk ke dalam mobil. Sementara pria itu memperhatikan raut wajah Charisa yang berubah sedih.

“Hah! Sudah dua belas tahun. Tidak  mungkin dia belum menikah dan punya anak!” ucap Charisa dengan nada kesal.

“Siapa dia Nona?” tanyanya penasaran. Ada hubungan apa antara pria yang membawa anak itu dengan Charisa.

“Tetanggaku dulu,” jawab Charisa dengan wajah yang terlihat kecewa.

“Oh, terus apa yang akan kita lakukan sekarang. Apa Anda mau turun dan menyapanya?” tanyanya bingung.

“Tidak!” seru Charisa dengan ekspresi wajah yang marah dan kesal. Siapapun yang melihat pasti akan mengira kalau Charisa terkejut dan apa yang ia temukan sekarang ini tidak sesuai dengan ekspektasinya.

“Kita langsung ke hotel saja!” titah Charisa dengan wajah yang menahan marah.

Pria itu tidak banyak bertanya lagi karena berusaha memahami suasana hati gadis cantik itu. Dia segera menyalakan mesin mobil dan melajukannya menuju hotel.

Sepanjang perjalanan Charisa berusaha untuk tenang dan melupakan apa yang baru ia lihat tadi. Namun dalam hatinya penuh gejolak. Pria itu adalah Genta Dirmansyah, dia tetangganya waktu itu. Sebelum keluarganya pindah ke Jepang karena ayahnya dipindahkan ke sana, Charisa sempat bertetangga dengan Genta dari kecil. Tentu saja bisa ditebak, Genta adalah cinta pertamanya. Mereka sempat pacaran waktu SMA, mereka berdua terpaksa berpisah karena orang tua Charisa pindah bekerja ke Jepang. Setahun pertama berpisah, mereka masih berkomunikasi lewat email dan telepon. Tetapi setelah masuk masa ujian SMA mereka mulai menjauh dan hilang kontak sampai sekarang ini.

“Nona kita sudah sampai!” suara pria itu menghentikan lamunan Charisa.

Charisa melirik kanan kiri kalau dia sudah sampai di hotel.Tapi dia sedikit kebingungan.

“Ada apa?” tanya pria itu heran.

“Aku belum mau ke kamar hotel dulu. Pikiranku agak kacau. Antar aku ke bar hotel dulu dan temani aku minum di sana!” ajak Charisa dengan nada memaksa.

Pria itu terlihat kaget dengan permintaan Charisa yang tiba-tiba.

“Apa kau juga tidak bisa minum alkohol?” tanya Charisa dengan wajah menggoda. Melihat wajah Charisa yang terlihat seperti orang yang putus asa setelah melihat pria yang merupakan cinta pertamanya itu. Akhirnya dia pun mengangguk menyetujui keinginan gadis itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 73 : Mencari Jejak Penculik

    Mobil melaju seperti peluru menembus kepadatan jalanan Tokyo. Klakson bersahutan, lampu-lampu kendaraan lain menyorot tajam, namun Jean tak peduli. Tatapannya lurus ke depan, rahangnya mengeras, jemarinya mencengkram kemudi begitu kuat hingga buku jarinya memutih.“Berapa menit lagi?” tanya Charisa, suaranya serak dan nyaris tidak terdengar. Energinya sudah habis terkuras karena menangisi Darren.“Lima. Paling lama sepuluh,” sahut Jean singkat. Ia tak mau membuat janji yang tidak bisa ditepati. Namun hatinya berdegup lebih cepat dari mobil yang ia pacu. Kalau terjadi sesuatu pada Darren, dia tidak akan memberi ampun pada orang yang sudah menculik putranya meskipun dia harus melawan hukum sekalipun.Ponselnya bergetar. Jean menekan tombol speaker.“Tuan, saya sudah sampai di minimarket,” suara pria dari seberang—anak buahnya Ryuga.“Lihat sekeliling. Ada kamera? Ada jejak kendaraan?” Jean memastikan sekecil apapun untuk membantunya menemukan Darren.“Ya. Ada kamera CCTV di atas pintu ma

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 72 : Jejak Yang Hilang

    Langit sore sudah memudar, membawa serta bayangan hitam yang seolah menggantung di atas kepala Jean dan Charisa. Mobil mereka berhenti kasar di depan gerbang sekolah. Bahkan sebelum mesin mati sepenuhnya, Charisa sudah menerobos keluar, berlari masuk dengan napas tersengal, wajahnya pucat seperti kertas.“Apa yang terjadi? Di mana Darren?” teriak Charisa begitu melihat seorang guru keluar dari ruang guru.Guru itu terkejut melihat kedatangan Charisa yang panik. “Nyonya Charisa, kami sedang berusaha mencari di sekitar sekolah dengan beberapa petugas keamanan!”“Kenapa kalian membiarkan orang asing membawa Darren?” teriak Charisa sambil mengguncang lengan guru itu. Ibu siapa yang tidak panik mendengar berita anaknya yang tiba-tiba hilang.Jean menyusul dari belakang dan menenangkan Charisa yang mulai kehilangan kendali. “Tenang Charisa, kita akan segera menemukan dia!” Jean menahan tubuh Charisa dari belakang.Guru itu menarik napas panjang. “Kami sudah mencari di semua area sekolah. CC

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 71 : Bayangan Keluarga Jean

    Di hari yang sudah direncanakan. Jean akan mengajak Charisa pergi bermain golf untuk mengenalkannya pada ayahnya. Sebenarnya Charisa sangat gugup karena orang yang akan ia temui adalah Lim Ronan. Pebisnis hotel yang sukses yang juga seorang konglomerat. Bertemu dengannya bukan hal yang mudah bagi Charisa, apalagi ini adalah momen untuk mengenalkan dirinya sebagai calon pendamping hidup Jean.Cuaca pagi begitu cerah saat Jean menjemput Charisa. Ia terlihat santai dengan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Sementara Charisa tampil rapi dengan dress selutut berwarna sage green dan rambut disanggul sederhana. Senyumnya tenang meski hatinya berdegup tak menentu.“Siap?” tanya Jean sembari membukakan pintu mobil.Charisa mengangguk. “Tentu saja, aku siap.”Meski kalimat itu terdengar meyakinkan, di dalam hati Charisa menyadari kalau tidak ada yang bisa benar-benar mempersiapkan diri bertemu orang tua kekasih — terutama jika orang tua itu bernama Lim Ronan.Mobil hitam itu melaju m

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 70 : Rencana Menikah

    Setelah lebih dari sehari dirawat akhirnya Darren bisa dibawa pulang dari rumah sakit. Jean bersama Charisa bersama mengajaknya pulang ke rumah. Kehadiran Jean di tengah keluarga Charisa tentu saja membuat suasana rumah menjadi sedikit berbeda. Hardian ayahnya Charisa menjadi lebih banyak diam dan terlihat khawatir. Apalagi ketika Charisa menceritakan kalau Jean adalah ayah dari putranya Darren.“Darren mulai saat ini kau panggil aku dengan Daddy!” Jean berjongkok di depan Darren yang terlihat kebingungan.“Apa maksud Tuan?” Darren menatapnya dengan wajah polos.Jean tersenyum tipis sambil mengusap rambut Darren. “Aku memang Daddy mu. Tentu saja kau harus panggil aku Daddy!” jawab Jean sambil berdehem meminta bantuan validasi dari Charisa.“Benarkah itu Mom?” tanya Darren sambil menatap Charisa dengan penuh tanda tanya.Charisa mengangguk sambil tersenyum dan menjawab dengan suara pelan. “Ya itu benar.”Darren kembali menatap wajah Jean seolah dia masih belum percaya jika yang ada di

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 69 : Masa Depan Baru

    Charisa sangat terkejut mendengar ajakan Jean yang mengajaknya untuk tinggal bersama. Baginya itu terlalu cepat dan mendadak.“Jean, ada apa ini? Bisa kalian jelaskan situasi apa ini?” tanya Monika yang heran mengapa Jean begitu peduli pada Darren dan Charisa.Charisa baru sadar kalau ibunya pasti heran melihat kedekatannya dengan Jean.“Bu, maafkan aku jika aku terlambat mengatakannya. “ Ada jeda sebentar sebelum Charisa melanjutkan. Dia menatap wajah ibunya yang tengah menunggu penjelasannya.Jean adalah ayah kandungnya Darren.” Dengan suara lirih Charisa menjelaskannya pada Monika.“Apa?” Rasa terkejut menghampiri wajah Monika. Seolah yang baru dia dengar adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin.“Itu benar Bu.” Jean menambahkan dengan raut wajah penuh rasa bersalah.“Bagaimana bisa? Bukankah kalian baru pertama kali bertemu beberapa bulan ini?” tanya Monika sangat tidak percaya.Charisa menarik napas panjang seakan mencari kekuatan untuk menceritakan semuanya. Jean hanya bisa ters

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 68 : Lamaran Tertunda

    Charisa menatap Jean dengan curiga. “Apa maksudmu?”Jean menyandarkan punggungnya ke kursi, menyembunyikan senyum tipis di balik ekspresi santainya. “Kau akan tahu sebentar lagi.”Charisa mendesah, sudah terbiasa dengan gaya Jean yang penuh teka-teki. Dia harus bersabar sampai Jean selesai menyantap makan malamnya. Namun entah kenapa Charisa merasa waktu berjalan lambat. Dia semakin penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan Jean padanya.Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, seorang pelayan datang ke meja mereka setelah Jean selesai makan dan memanggil kembali pelayan tadi. Kali ini pelayan itu membawa sesuatu yang membuat Charisa mengernyit.Sebuah kotak kecil berwarna hitam.Pelayan itu menaruhnya di atas meja dengan hati-hati sebelum melangkah pergi tanpa mengatakan apa-apa. Charisa menatap kotak itu, lalu kembali ke Jean yang kini menatapnya dengan ekspresi penuh arti.“Buka,” perintah Jean singkat.Keraguan melintas di benak Charisa. Ia menarik napas dalam sebelum akhir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status