Share

Tindakan Aneh

🏵️🏵️🏵️

Seperti biasa, sore ini Sarah melakukan aktivitas bersama Bi Inah, menyiram tanaman. Walaupun Sarah masih sangat sedih mengingat kemesraan yang terjadi antara suaminya dengan wanita lain, tetapi dia berusaha menutupi hal itu di depan semua penghuni rumah Wisnu.

Sarah tetap menunjukkan senyumannya di depan Bi Inah. Dia tidak ingin orang lain mengetahui luka yang dia rasakan saat ini. Sarah tetap berusaha tegar walau hatinya menangis karena mengetahui sang suami mampu bersikap mesra terhadap wanita lain.

“Sore, Bik, Sarah.” Reno tiba-tiba muncul di dekat Sarah dan Bi Inah. Hampir setiap hari laki-laki itu menunjukkan batang hidungnya di rumah Wisnu.

“Eh, ada Den Reno. Non Jessy ada di rumah, kok.” Bi Inah sebenarnya tahu kalau Reno sering mengunjungi rumah Wisnu hanya untuk bertemu dengan Sarah.

“Terima kasih, Bik, tapi aku mau ketemu Sarah. Ada yang ingin aku bicarakan padanya.” Reno memberikan balasan yang membuat Sarah risi.

“Bibik kirain mau ketemu Non Jessy. Ya, udah, Bibik permisi, ya. Silakan bicara dengan Non Sarah. Lagi pun nyiram tanamannya juga udah selesai.” Bi Inah akhirnya mengambil peralatan yang digunakan untuk menyiran tanaman dari tangan Sarah lalu wanita paruh baya tersebut beranjak dari tempat itu.

“Maaf, Kak, saya mau masuk.” Sarah berusaha menghindari Reno.

“Tunggu, Rah, aku mau ngomong sesuatu.” Reno menghalangi jalan Sarah dengan merentangkan tangannya.

“Saya mohon, jangan bersikap seperti ini, Kak. Apa kata Papi dan Mami jika melihat sikap Kakak yang seperti ini? Kakak lupa kalau saya itu istri Mas Wisnu?” Sarah mencoba memberikan penjelasan kepada Reno.

“Tapi Kak Wisnu nggak pernah mencintaimu, Rah.”

“Itu bukan urusan Kakak. Maaf, saya harus pergi.” Sarah menepiskan tangan Reno yang berusaha menghalangi jalannya. Namun, Reno justru meraih tangan Sarah lalu menggenggamnya.

“Reno! Lepasin tangan Sarah!” Wisnu tiba-tiba hadir. Dia menaikkan suaranya di depan Reno.

Reno pun melepaskan genggamannya. Dia mendekati Wisnu. “Kenapa Kakak melarangku? Bukankah Kakak tidak pernah mencintai Sarah?” Reno melontarkan pertanyaan itu kepada kakak sepupunya tersebut.

“Berani-beraninya kau mencampuri urusan rumah tangga Kakak. Siapa yang memberimu hak?” Wisnu menunjukkan amarahnya.

“Tapi itu kenyataan, Kak. Apa Kakak pernah bahagiain Sarah?” Reno makin berani terhadap Wisnu. Dia seolah-olah ingin menantang kakak sepupunya itu.

“Keterlaluan kau, Reno!” Wisnu akhirnya mendaratkan pukulan di wajah Reno. Setelah itu, dia langsung meraih tangan Sarah lalu mereka meninggalkan tempat itu hingga tiba di kamar.

“Lepasin, Mas! Sakit.” Kali ini, Sarah berani menaikkan suara. Cekalan Wisnu telah menyakiti tangannya.

“Apa yang kamu bicarakan dengan Reno? Kenapa dia bertanya seperti itu pada saya?” Wisnu mendorong tubuh sarah ke tempat tidur hingga terduduk.

“Nggak ada, Mas.” Sarah kini kembali takut melihat kemarahan suaminya, padahal sebelumnya, wanita itu tidak pernah merasakan hal itu lagi setelah dia menyadari cintanya terhadap Wisnu.

“Saya udah pernah bilang, jangan dekat-dekat dengan Reno. Tapi apa yang kamu lakukan? Pria itu bahkan memegang tanganmu! Kamu lupa udah punya suami?” Sarah tidak mengerti kenapa Wisnu sangat marah kepada dirinya. Sarah yakin kalau sang suami tidak mungkin cemburu karena dia tahu bahwa laki-laki itu hanya mencintai wanita lain.

Wisnu makin menunjukkan amarahnya. Dia mencekal kedua lengan Sarah. Wanita itu merasa kesakitan hingga mengeluarkan air mata. Wisnu pun akhirnya menjauh dari Sarah, dia mengepalkan tangan lalu memukul dinding.

Sarah belum pernah melihat kemarahan sang suami seperti saat ini. Dia tidak mengerti kenapa laki-laki itu menunjukkan reaksi yang berlebihan hanya karena dirinya berbicara dengan Reno. Wisnu bahkan mampu melukai dirinya sendiri.

Wisnu melampiaskan kekesalannya dengan memukul dinding beberapa kali hingga tangannya mengeluarkan darah. Sarah tidak kuasa menyaksikan orang yang dia cintai terluka seperti itu. Dia pun mendekati suaminya tersebut.

“Cukup, Mas!” Sarah meraih tangan Wisnu.

“Ini yang kamu inginkan dari saya?” Wisnu memegang dagu sarah menggunakan tangan kirinya.

“Nggak, Mas.” Sarah tidak mampu menahan bening kristal dari pelupuk matanya agar tidak jatuh. Saat ini, dia menangis bukan karena Wisnu memarahinya, tetapi dia tidak kuasa melihat tangan sang suami yang terluka.

“Kamu itu hanya milik saya. Jadi, jangan coba-coba dekat dengan pria lain. Ngerti?”

“Iya, Mas.” Wisnu pun menjauhkan tangannya dari dagu Sarah.

Sarah meminta Wisnu duduk di tempat tidur, sedangkan dia segera mengambil obat yang ada di laci lemari pakaian. Sebelum mengobati luka sang suami, Sarah terlebih dahulu mengambil air dari kamar mandi lalu membersihkan darah yang keluar dari tangan Wisnu.

Kini, darahnya sudah bersih. Sarah pun mengolesi tangan Wisnu dengan obat sambil meniupnya lalu melilitkan perban di sekitar luka tersebut. Wisnu merasa heran melihat sikap sang istri yang tetap berbuat baik terhadap dirinya.

=================

Nova Irene Saputra

Ada apa dengan hati Wisnu?

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status