Tok, tok, tok!Deg!Dada Eve berdebar kencang kala mendengar ketukan di pintu. Namun sayangnya Isack masih belum melepaskan ciumannya.Bibirnya masih aktif, melumat dan memainkan bibir Eve.Tok, tok, tok!“Tuan, ini saya ... Emili.” Kepala pelayan di rumah itu tengah menunggu di luar.“Bagaimana ini? Bagaimana jika pelayan itu masuk ke dalam?” racau Eve dalam hati, sementara fokusnya terbagi karena cumbuan Isack membuatnya terbuai. “Aku ingin menghentikannya, tapi kenapa aku tidak bisa?”Ciuman terhenti. “Tenang, Emili tidak akan masuk jika aku tidak mengizinkannya,” bisik Isack sebelum melanjutkan lagi pagutan bibir mereka.“Eh, tidak! Ini sangat bahaya.” Eve semakin kalang kabut ketika Isack menjunjung tubuhnya, membawanya ke sebuah ruangan dan memaksa Eve duduk di atas meja.Deg-deg!Mmh~Tok, tok, tok!“Tuan, mobil sudah siap.”Ngh~Tak peduli seruan Emili, Isack terus mencumbu bibir Eve.Beberapa kali setelah mendapat tepukan di bahu, Isack segera membuka mata dan menghentikan ci
Hening, Isack masih terdiam menatap Eve yang berdiri di tengah pintu.Ghm! Dia berdehem, menetralkan perasaan. Mengalihkan perhatian ke puding di tangan. “Duduklah dan habiskan pudingmu.”Eve pun merasa malu karena penampilannya sangat minum, sebagian pahanya terlihat. Dia duduk di kursi yang berseberangan dengan Isack.“Aku sudah meminta Noe menyiapkan semua kebutuhanmu. Jika ada yang kurang kau bisa meminta pada Noe untuk membelikannya.” Isack memulai pembicaraan.“Uhm, terima kasih.” Eve mulai menikmati puding buatan Isack. “Hmm, ini sangat enak. Aku tidak menyangka Senior bisa membuat puding seperti ini,” batin Eve.“Apa ada berkas penting yang tertinggal di rumahmu? Aku akan meminta Noe untuk mengambilnya jadi ... kau tidak perlu kembali ke sana.” Jelas, Isack tak ingin Eve bertemu lagi dengan Elezar. Dia takut lelaki itu akan berbuat hal yang tak diinginkan ketika Eve tidak dalam pengawasannya.“Tidak ada,” jawab Eve pendek, karena semua berkas penting miliknya telah di ambil al
“Kau?” Eve terpaku, kedua tangannya meremas gaun yang dikenakan setelah melihat keberadaan Elezar di sana.“Kenapa terkejut seperti itu? Padahal kita belum lama memiliki hubungan yang sangat baik. Eve, kenapa harus seperti ini?”“E, Elezar ... maaf, tapi aku harus pergi!” Tak ingin mendapat masalah dengan Elezar, Eve memilih pergi begitu saja. Dia berjalan melewati Elezar yang berdiri di depannya begitu saja.Namun langkah Eve terhenti karena Elezar mencengkeram tangannya. “Tunggu!” bisiknya tepat di telinga saat Elezar berhasil menghentikan Eve. “Hmm, apa kau sudah tidur dengannya ... aku bisa mencium aroma sampo yang tak biasa dari rambutmu.”Matanya membulat, cepat-cepat Eve menjauh sembari menepis kasar tangan Elezar. “Itu bukan urusanmu, hubungan kita sudah berakhir. Jadi aku mohon, jangan pernah lagi datang dan mengganggu hidupku!”Cih! Elezar tersenyum sinis. “Sayangnya ... aku justru akan terus mengejarmu.”“Elezar!” geram Eve tertahan karena sadar posisi mereka berada di ruma
Eve terperanjat melihat Isack tersenyum kala menjawab panggilan. “Wajahnya terlihat sangat bahagia, apakah kekasihnya yang sedang menelepon?” batinnya. “Uhm, kapan kau pulang?” Bahkan suara Isack sangat lembut. “Iya, aku merindukanmu. Cepatlah pilang.” Entah mengapa Eve sangat kesal mendengar percakapan mereka. Meski belum jelas hubungan Isack dengan seseorang yang meneleponnya tapi Eve yakin jika dia seorang perempuan. Tak bisa lagi mendengar kemesraan mereka, Eve memilih pergi. Tapi Isack sengaja meraih tangannya. Deg! Langkah Eve terpaku, hanya bisa diam tak berani menatap matanya. Sementara itu Isack masih sibuk dengan ponselnya. Matanya melirik mengamati ekspresi Eve. “Hmm, aku akan menjemputmu nanti saat kau sudah sampai di bandara.” Mata Isack bergerak turun ke tangan Eve yang mengepal. Bibirnya lalu tersenyum tipis. “Lepas!” lirih Eve. Isack terdiam, beralih menatap wajahnya. “Kau sedang bersama seseorang?” Suara perempuan itu terdengar meski samar-samar. “Hmm,” gumam
Drrrt!Perhatian Isack beralih ke layar ponselnya yang menyala. Matanya sempat terbelalak melihat nominal uang yang tertera di layar dalam notif transaksi m-banking.“Apa yang dia lakukan dengan uang sebanyak itu?” gumamnya dalam hati. “Noe?” panggilnya.Noe yang berdiri di seberang meja pun mendekat. “Iya, Tuan?”“Bagaimana mengenai perkembangan ibunya Eve?”“Sampai saat ini masih tetap sama, saya belum mendapat laporan jika perkembangannya lebih baik.”“Mengenai administrasi?” Ekspresi Isack terlalu datar menunggu jawaban Noe, tapi dia sangat berharap apa yang dipikirkan saat itu mengenai Eve adalah salah.“Saya sudah membayar selama beberapa bulan ke depan, tetapi sampai saat ini dari pihak rumah sakit belum memberi kabar mengenai biaya tambahan.”Isack terdiam. “Mungkinkah dia menggunakan uang itu untuk keperluan ibunya?” tanyanya dalam hati. “Mengenai kebutuhan Eve, bagaimana?”“Saya sudah menyiapkan semua seperti yang Anda minta, tanpa ada yang terlewat sedikit pun, Tuan.”Lagi-
Tuk tuk tuk!Suara ketukan jari di ujung meja memecah lamunan Eve Daphni.“Kau terlalu banyak berpikir.” Suara rendah seorang lelaki yang duduk di seberang meja memaksa Eve untuk segera mengambil keputusan, menandatangani atau menolak sebuah surat perjanjian. “Uang, apartemen, mobil beserta sopir sudah aku persiapkan untukmu. Apa lagi yang membuatmu ragu?” Isack, lelaki yang tengah duduk di depan Eve dengan gayanya yang elegan menanti sebuah jawaban. Auranya begitu kuat ditambah penampilannya sangat karismatik membuat penampilan Isack semakin mewah.“Menyebalkan!” gumam Eve Daphni dalam hati. “Kenapa lelaki tampan ini memilihku untuk menjadi istrinya, padahal dia bisa saja memilih perempuan mana pun yang sekasta dengannya.” Kepalanya tertunduk, Eve merenungi nasibnya. “Sial, kenapa aku merasa sangat rendah di depannya?” lanjutnya dalam hati.Isack berasal dari keluarga bangsawan, pernikahan dan memiliki keturunan yang mampu menjadi penerus keluarga adalah sesuatu yang sangat berharga
Kenangan buruk yang masih berbekas sekilas melintas di benak Eve.“Menyebalkan! Kenapa aku harus bertemu lagi dengan lelaki brengsek ini. Tidak peduli dia keturunan bangsawan ... karena itu tidak pantas untukmu yang pandai menyembunyikan sisi burukmu.” Eve terus bergulat dengan pikirannya. Haha .... “Aku yakin dia pasti tidak mengenaliku,” tambahnya.Penampilan Eve dulu dan sekarang memang telah banyak berubah. Tak lagi memakai kacamata dan rambutnya yang panjang di biarkan tergerai.“Kau bisa membuat lubang di wajahku jika menatapku seperti itu.” Ucapan Isack memecah lamunan. Dia telah selesai memasang Taping.Eve tersentak menarik kakinya yang telah selesai di rawat.“Kau harus mengompres kakimu setidaknya 3 jam sehari selama 1 minggu agar nanti tidak bengkak,” ucap Isack sembari beranjak berdiri.Ghm! “Terima kasih, kalau begitu aku permisi.” Secepat mungkin Eve ingin segera dari hadapannya. Melihat wajah Isack membuka luka lama yang belum sembuh. “Menyebalkan! Kenapa dia selalu men
Deg!Dadanya berdebar ketika mendengar Eve memanggilnya dengan sebutan senior. Sempat ragu ingin membalas pelukan darinya. Tangannya terangkat, belum sempat membalas pelukan dari Eve tapi seketika saja perempuan itu melepaskan pelukannya.“Astaga! Aku pasti sudah gila!” ucap Eve dalam hati. Setelah sadar bahwa lelaki yang dia peluk adalah lelaki yang dia benci seketika saja Eve mendorong dadanya kasar. “Maaf.”Noe terkejut, tidak menyangka melihat seorang perempuan memperlakukan Tuannya dengan kasar setelah memeluknya sesaat. Padahal jika mengingat ke belakang, bahkan semua perempuan yang mengenal Isack akan saling berebut untuk bisa mendekatinya. Pfftt! Tak mampu menahan geli, Noe nyaris tertawa di depan Isack.Seketika saja, Noe mendapat lirikan tajam yang mampu membuat bulu kuduknya merinding. “Kau ingin pensiun dini?” gumam Isack.“E– maaf Tuan.” Noe menundukkan kepala. Ghm! Berdehem menetralkan suasana.Perhatian Isack kembali ke Eve Daphni. Tangannya bergerak mengambil kain kecil