Harvey mengangkat kepala, memastikan nomor rumah.Nomor rumahnya benar, ini adalah apartemen yang disewa Wanda untuk Sasha.Irfan mengenakan piyama kotak-kotak abu-abu yang cenderung bergaya netral, dan di luarnya dia memakai jaket rumahan yang longgar.Tadinya, dia berniat mulai merawat wajah, jadi poni depannya diikat ke atas dengan ikat kepala olahraga.Tampilannya saat itu lebih menyerupai remaja laki-laki yang belum matang dan masih segar."Harvey!"Seketika wajah Irfan menjadi serius.Dia memang belum pernah secara resmi bertemu dengan Harvey. Lima tahun lalu mereka hanya beberapa kali bertemu secara kebetulan, dan Irfan hanya melihatnya dari kejauhan.Namun, dia pernah mengumpulkan banyak informasi tentang Harvey. Setelah tahu Wanda bercerai, foto-foto Harvey langsung dijadikan sasaran lempar dart oleh Irfan.Tatapan Harvey yang gelap menyapu wajah Irfan, dan aura menyesakkan meledak dari tubuhnya."Irfan, ya?"Dengan sikap bagai seorang kaisar, pria itu mengeluarkan perintah da
Setelah berputar dua kali di dekat sofa, Andre pun menelepon Fabian."Halo."Fabian menjawab dengan nada kesal, sementara suara panik Andre langsung menusuk telinganya."Om Fabian! Cepat jemput Sasha! Wanda akhirnya bisa bertemu kembali dengan cinta lamanya setelah sekian lama, jangan ada yang ganggu mereka! Minggu depan, Wanda akan ikut balapan eksibisi, aku hanya peduli pada kesehatannya!""Setelah malam ini bersama Irfan, dia tak boleh bertindak sembarangan lagi!"Saat mengucapkan kalimat itu, Andre merasakan dadanya seperti ditusuk-tusuk.Sementara itu, di seberang sana, Fabian sedang berada di gym, pakaian olahraga biru gelapnya sudah basah kuyup oleh keringat.Rambut pendeknya yang basah berdiri tegak seperti duri landak.Fabian mengatupkan bibir tipisnya, dadanya naik turun. Pakaian basah yang menempel di tubuhnya menonjolkan otot dada yang kekar dan garis otot yang dalam.Satu tangan memegang ponsel, satu lagi menggenggam dumbel seberat 20 kilogram.Jika Andre berdiri di depann
Dulu, Wanda yang menariknya dan membawanya ke Kota Jinggara.Dibandingkan dengan Wanda, bakatnya tampak sangat biasa-biasa saja.Tahun pertama Irfan di Kota Jinggara, dia hidup dari beasiswa Wanda.Wanda direkrut oleh Klub Balap Purnama, lalu merekomendasikan Irfan kepada manajernya untuk menjadi navigatornya.Sementara Vincent dan timnya adalah teknisi asing yang direkrut dengan bayaran tinggi. Pada awalnya, Irfan bahkan tak mampu berkomunikasi dengan mereka.Tetap saja, Wanda selalu menggandeng tangannya, memberinya kekuatan untuk terus maju.Ketika mereka berpisah, hampir semua uang Wanda dihabiskan untuk Irfan, demi mengirimnya belajar ke luar negeri."Dulu, saat aku berusia 14 tahun, Pak Leonard membawaku ke Kota Jinggara. Dia menyediakan pakaian termahal untukku, memberiku alat tulis impor paling mahal, menyediakan mobil, dan menyewakan apartemen pribadi untukku.""Dia melakukan semua itu bukan untuk membuatku hidup dalam kemewahan, melainkan agar aku terbebas dari kerja fisik ya
Irfan terdiam kebingungan.....Malam itu, Wanda memasak satu meja penuh hidangan. Melihat semua makanan itu adalah makanan kesukaannya dulu, mata Irfan langsung berkaca-kaca.Dia duduk di samping Wanda, menyantap daging semur dengan nikmat.Seperti harimau kelaparan yang menerkam makanan, Irfan makan dengan lahap. Saat melihat Sasha menatapnya sampai melongo, wajah Irfan langsung memerah karena malu."Sasha, maaf ya."Sasha menggeleng, "Ternyata bukan cuma aku saja yang merasa masakan Mama enak banget! Irfan, makan yang banyak ya!"Dulu di keluarga Ferdian, nenek tua itu mewajibkan Wanda bertanggung jawab atas makanan sehari-hari untuk Harvey dan anak-anak. Setiap kali memasak, Wanda selalu dikritik oleh Harvey dan Jojo.Jojo sebenarnya hanya cocok makan masakan buatan Wanda, tapi setiap kali dia tetap bilang bahwa makan masakan Mama seperti makan dengan terpaksa."Jojo, kalau kamu memang nggak mau makan, ya sudah, jangan makan," Sasha pernah mencoba menasihatinya."Aku makan itu untu
Dia mengira, Luna sengaja memancingnya.Harvey sudah terlalu sering melihat wanita bermain trik tarik-ulur semacam ini padanya.Namun, meski dia sudah melelang mobil-mobil sport yang Luna inginkan, Luna tetap tak muncul juga.Ini membuat Harvey mulai meragukan, apakah balapan di Gunung Elok itu hanyalah mimpi indah penuh adrenalin yang dia lamunkan sendiri.Dan kali ini, Luna akan muncul lagi.Harvey mengirim pesan suara kepada Yuda. [Begitu Luna muncul di balapan internasional, awasi dia dengan ketat!]Dalam hatinya ada dorongan kuat. Dia ingin membuka helm Luna dan melihat wajah aslinya!....Mobil Corona hitam melaju perlahan di jalan, seolah menempel pada aspal. Irfan duduk di kursi penumpang depan.Dia menoleh, memandang Wanda yang sedang menyetir, wajahnya tersenyum manis.Mereka seakan kembali ke lima tahun silam, bahkan mungkin lebih jauh lagi.Meskipun sudah lima tahun tidak saling menghubungi, saat bertemu kembali, mereka sama sekali tidak merasa canggung, seolah hati mereka
"Luna juga akan ikut balapan eksibisi?" Yuda baru pertama kali mendengar kabar ini.Dia bertanya pada Wanda dengan ragu, "Dari mana Anda tahu?"Namun, tak lama kemudian, dia menyadarinya sendiri.Pasti Irfan yang memberi tahu Wanda.Hubungan Wanda dan Irfan memang sangat dekat. Meskipun Wanda tidak terlalu paham soal balap, dia tetap bisa mendengar kabar tentang Luna dari mulut Irfan.Setelah tahu Luna akan ikut balapan eksibisi, semangat juang Vincent benar-benar tersulut."Luna akan kembali?"Dia langsung menyampaikan kabar ini kepada rekan-rekannya."Aku akan buat dia sadar, bahwa kesuksesannya selama ini karena kami! Tanpa bantuan kami, Luna bukan apa-apa!"Dengan semangat yang berkobar, Vincent berkata pada Irfan, "Kecuali Luna kembali mendapat perlindungan dari bos besar Klub Balap Purnama dan membentuk tim yang lebih kuat dari kami, barulah dia mungkin bisa menang di balapan nanti!"Seorang teknisi lainnya juga menimpali, "Saat ini nggak ada tim balap manapun di dunia yang lebih