Astaga! Kenapa Andre malah bertingkah seolah-olah dia begitu pasrah?Sekarang, Wanda jadi tidak tahu harus meletakkan stetoskopnya di mana.Pria satu ini benar-benar deh.Menyebalkan!Udara dingin di dalam kamar menyebabkan kehangatan kulit Andre segera lenyap dan bulu kuduknya berdiri.Ibarat segelas minuman yang cantik dan ditambahkan dengan taburan yang berkilauan.Sinar dari lampu yang tergantung di langit-langit menyinari kulit Andre yang cerah dan memukau."Nona Wanda kok berhenti? Apa aku kurang mengangkatnya?"Wajah Andre setengah tertutup sweter, sorot tatapannya yang penuh kasih sayang tampak agak nanar."Beri tahu saja aku mau kuangkat seberapa jauh lagi."Dasar keterlaluan!Rongga hidung Wanda terasa panas, pipinya bahkan matanya terasa memanas.Tiba-tiba, dering ponsel memecah keheningan di antara mereka.Wanda langsung melepas stetoskopnya dan buru-buru mengambil ponselnya.Ternyata sekretarisnya Harvey melakukan panggilan video kepadanya. Wanda memang masih memiliki nomo
Wanda tertidur dengan nyenyak sepanjang malam.Dia membuka mata dan menatap langit-langit berwarna putih. Setelah otaknya kosong selama beberapa detik, dia melepas masker oksigen di wajahnya.Wanda duduk dan memperhatikan sekelilingnya yang tidak terkesan familier.Dia menatap kosong ke arah mesin oksigen yang diletakkan di samping tempat tidur. Wanda tidur di kasur tunggal yang tidak bertekanan. Dari interiornya, ini tidak terlihat seperti kamar hotel. Setelah Wanda tidak sadarkan diri, dia pasti dibawa ke rumah sakit.Sepertinya, ini kamar VIP rumah sakit swasta.Wanda diselamatkan bersama Ziko, jadi kemungkinan besar Leonard-lah yang memesankan kamar rawat ini untuk Wanda.Kira-kira, bagaimana kondisi Ziko saat ini?Wanda mengulurkan tangannya dan mengambil ponsel yang diletakkan di meja di samping tempat tidur.Tiba-tiba, pintu didorong terbuka dari luar dan seorang dokter yang mengenakan jas dokternya berjalan masuk.Rambut dokter itu dibungkus oleh topi medis. Dia mengenakan mask
Ketika memasuki ruang kerja, Juan melihat ada begitu banyak CV untuk pasangan kencan buta di atas mejanya.Kepalanya mendadak terasa sakit.Dia yakin pasti Leonard yang menyuruh orang untuk menyiapkan semua ini.Adiknya itu memang tipe yang lebih banyak bertindak daripada bicara.Juan menyeka keringat dingin di dahinya dan dia langsung menutup telepon.Harvey dan Bu Mitha membutuhkan waktu hampir empat jam untuk mencapai puncak gunung. Selama empat jam itu, Harvey terpaksa berhenti dan menunggu ibunya yang kelelahan.Saat mereka hanya tinggal 500 meter lagi dari puncak gunung, Bu Mitha perlu beristirahat dan mengatur napas setiap kali melangkah.Begitu melihat bangunan Kuil Kriso yang megah muncul di depan mereka, Bu Mitha pun terjatuh ke atas tanah dan menangis tersedu-sedu.Juan telah menunggu mereka di Kuil Kriso.Begitu melihat Harvey memasuki aula utama, Juan pun berkata dengan dingin, "Leonard memintaku untuk mencukur rambutmu dengan tanganku sendiri. Anak yang kurang ajar itu sa
"Begitu dia sudah bertambah besar dalam beberapa tahun ke depan dan mentalnya lebih matang, tinggal mengajaknya menemui psikolog. Kalau Ziko memang mau, dia bisa kembali bicara!"Pak Hansen melirik Jojo, lalu mengalihkan pandangannya kepada Harvey.Sorot tatapan tajam dari pria tua itu membuat Harvey merasa makin tertekan."Hah …."Pak Hansen hanya menghela napas dengan panjang dan itu membuat hati Harvey terasa makin berat.Wajah Harvey sontak memucat dan dia mendadak merasa panik.Umur Harvey tidak beda jauh dari Leonard. Tidak lama setelah dia lahir, Pak Hansen memutuskan untuk melatih Harvey sebagai ahli warisnya.Setelah Leonard menunjukkan kecerdasan yang luar biasa sampai-sampai mengejutkan para profesor dan cendekiawan di Kota Jinggara, Pak Hansen memutuskan untuk membiarkan Leonard mengikuti jalan yang dia inginkan.Bagaimanapun juga, Pak Hansen menyayangi putranya.Pokoknya, Harvey-lah yang akan mewarisi Grup Ferdian.Namun, sekarang Pak Hansen merasa agak menyesal.Harvey la
Kata-kata Leonard ibarat petir yang menyambar di siang bolong.Ekspresi Pak Hansen akhirnya berubah."Kamu!" Harvey hendak berbicara lagi, tetapi Juan segera menghentikannya."Oke! Anak yang kurang ajar itu salah orang tuanya. Jojo memerintahkan orang untuk membakar aula, dia sudah melakukan kesalahan yang nggak bisa diperbaiki!""Kalian bertiga, berkemaslah sekarang," kata Juan dengan berat hati. "Aku akan mengatur mobil untuk mengantar kalian ke kaki gunung.""Apa nggak bisa menunggu sampai besok?" pekik Bu Mitha. "Kenapa sih kamu buru-buru sekali mau mengantar kami ke kaki gunung larut malam begini?""Kamu mau baru berangkat besok pagi, terus bersujud tiga kali setiap menaiki anak tangga menuju Kuil Kriso bersama para peziarah lain?" sahut Juan. "Dunia teknologi zaman sekarang sangat canggih! Kalau kalian pergi ziarah sebagai hukuman, pasti ada yang akan merekam kalian dan memviralkannya! Kamu sih nggak punya rasa malu, tapi aku masih punya!"Selama sekian tahun pernikahan mereka, J
Bu Mitha refleks sedikit menganga, Juan juga menatap putranya dengan bingung.Apa mereka benar-benar menganggap Jojo hanyalah anak kecil yang asal bicara? Apa Harvey mencoba bersikap superior terhadap Leonard dengan mempertanyakan Leonard seperti ini?Jantung Juan berdebar kencang. Sebagai seorang kakak, wajar saja dia terkadang merasa sakit hati melihat Leonard unggul darinya.Namun, Juan tidak pernah menunjukkan apa yang dia rasakan karena dia tahu betul betapa pentingnya Leonard bagi keluarga Ferdian."Leonard, kamilah yang gagal mendidik Jojo dengan baik."Juan segera melangkah maju untuk meredakan suasana. "Jojo, ayo ke sini!"Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Jojo tidak mau meninggalkan dekapan Bu Mitha yang melindunginya.Juan mengedipkan matanya pada istrinya sehingga Bu Mitha terpaksa menggendong Jojo dan meletakkannya di atas lantai.Juan pun memegang tangan Jojo, lalu mereka berdua menghadap Leonard. Tangan Juan yang besar memegangi kepala Jojo."Jojo, ayo sama-sama deng