Pokoknya, dia harus mendapatkan surat pernyataan damai yang ditandatangani langsung oleh Wanda.Wanda tersenyum dan balik bertanya, "Menurutmu, mungkinkah aku akan menandatangani surat pernyataan itu?"Pria itu berkata dengan tidak sabar, "Aku kasih kamu satu kesempatan, sebutkan saja harganya."Harvey langsung menyerahkan selembar cek kosong.Wanda menerima cek itu, lalu menyeringai, "Berikan aku pena."Uang yang datang sendiri, tentu tak ada alasan untuk ditolak.Harvey menoleh pada pengacaranya, dan pengacara itu segera menyerahkan pena padanya.Wanda segera menuliskan angka pada cek itu.Dia menyerahkan cek itu kembali pada Harvey. "Kamu tanda tangani dulu."Saat Harvey melihat angka yang ditulis Wanda di cek, napasnya langsung tercekat."Dua ratus miliar?" Tatapan pria itu tajam dan kelam, seperti tinta pekat yang tak bisa mengalir.Dia mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu sedang melakukan pemerasan!"Wanda segera berkata, "Pak polisi, kalian lihat sendiri, Harvey yang memberika
Ekspresi mengejek di wajah Harvey seketika membeku.Wanda baru saja selesai mandi, bahkan belum sempat mengeringkan rambut, tapi dia sudah bergegas keluar dari kamar mandi.Rambut hitamnya membasahi kain di bahunya, beberapa helai rambut panjang menempel di leher jenjangnya. Kulitnya tampak putih dan kemerahan, tulang selangkanya tampak jelas di atas kerah bajunya.Melihatnya seperti itu, jakun Harvey bergerak sedikit, napasnya pun mendadak terasa tidak wajar.Kedua polisi itu saling bertukar pandang, lalu menatap Harvey dengan penuh makna.Harvey tertawa kesal lalu bertanya, "Wanda, kamu sengaja mau buat aku marah, ya? Kamu pikir hubungan aku dengan Nadya itu sama kayak kamu dengan dia?""Pak Harvey, tolong lepaskan tanganmu dulu," ujar salah satu polisi mengingatkan. "Kalau kamu terus seperti ini, kamu bisa dianggap membuat keributan di rumah orang."Wanda meletakkan tongkat pel di tangannya, Harvey juga melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Irfan.Wanda segera menarik tangan Irf
Harvey mengangkat kepala, memastikan nomor rumah.Nomor rumahnya benar, ini adalah apartemen yang disewa Wanda untuk Sasha.Irfan mengenakan piyama kotak-kotak abu-abu yang cenderung bergaya netral, dan di luarnya dia memakai jaket rumahan yang longgar.Tadinya, dia berniat mulai merawat wajah, jadi poni depannya diikat ke atas dengan ikat kepala olahraga.Tampilannya saat itu lebih menyerupai remaja laki-laki yang belum matang dan masih segar."Harvey!"Seketika wajah Irfan menjadi serius.Dia memang belum pernah secara resmi bertemu dengan Harvey. Lima tahun lalu mereka hanya beberapa kali bertemu secara kebetulan, dan Irfan hanya melihatnya dari kejauhan.Namun, dia pernah mengumpulkan banyak informasi tentang Harvey. Setelah tahu Wanda bercerai, foto-foto Harvey langsung dijadikan sasaran lempar dart oleh Irfan.Tatapan Harvey yang gelap menyapu wajah Irfan, dan aura menyesakkan meledak dari tubuhnya."Irfan, ya?"Dengan sikap bagai seorang kaisar, pria itu mengeluarkan perintah da
Setelah berputar dua kali di dekat sofa, Andre pun menelepon Fabian."Halo."Fabian menjawab dengan nada kesal, sementara suara panik Andre langsung menusuk telinganya."Om Fabian! Cepat jemput Sasha! Wanda akhirnya bisa bertemu kembali dengan cinta lamanya setelah sekian lama, jangan ada yang ganggu mereka! Minggu depan, Wanda akan ikut balapan eksibisi, aku hanya peduli pada kesehatannya!""Setelah malam ini bersama Irfan, dia tak boleh bertindak sembarangan lagi!"Saat mengucapkan kalimat itu, Andre merasakan dadanya seperti ditusuk-tusuk.Sementara itu, di seberang sana, Fabian sedang berada di gym, pakaian olahraga biru gelapnya sudah basah kuyup oleh keringat.Rambut pendeknya yang basah berdiri tegak seperti duri landak.Fabian mengatupkan bibir tipisnya, dadanya naik turun. Pakaian basah yang menempel di tubuhnya menonjolkan otot dada yang kekar dan garis otot yang dalam.Satu tangan memegang ponsel, satu lagi menggenggam dumbel seberat 20 kilogram.Jika Andre berdiri di depann
Dulu, Wanda yang menariknya dan membawanya ke Kota Jinggara.Dibandingkan dengan Wanda, bakatnya tampak sangat biasa-biasa saja.Tahun pertama Irfan di Kota Jinggara, dia hidup dari beasiswa Wanda.Wanda direkrut oleh Klub Balap Purnama, lalu merekomendasikan Irfan kepada manajernya untuk menjadi navigatornya.Sementara Vincent dan timnya adalah teknisi asing yang direkrut dengan bayaran tinggi. Pada awalnya, Irfan bahkan tak mampu berkomunikasi dengan mereka.Tetap saja, Wanda selalu menggandeng tangannya, memberinya kekuatan untuk terus maju.Ketika mereka berpisah, hampir semua uang Wanda dihabiskan untuk Irfan, demi mengirimnya belajar ke luar negeri."Dulu, saat aku berusia 14 tahun, Pak Leonard membawaku ke Kota Jinggara. Dia menyediakan pakaian termahal untukku, memberiku alat tulis impor paling mahal, menyediakan mobil, dan menyewakan apartemen pribadi untukku.""Dia melakukan semua itu bukan untuk membuatku hidup dalam kemewahan, melainkan agar aku terbebas dari kerja fisik ya
Irfan terdiam kebingungan.....Malam itu, Wanda memasak satu meja penuh hidangan. Melihat semua makanan itu adalah makanan kesukaannya dulu, mata Irfan langsung berkaca-kaca.Dia duduk di samping Wanda, menyantap daging semur dengan nikmat.Seperti harimau kelaparan yang menerkam makanan, Irfan makan dengan lahap. Saat melihat Sasha menatapnya sampai melongo, wajah Irfan langsung memerah karena malu."Sasha, maaf ya."Sasha menggeleng, "Ternyata bukan cuma aku saja yang merasa masakan Mama enak banget! Irfan, makan yang banyak ya!"Dulu di keluarga Ferdian, nenek tua itu mewajibkan Wanda bertanggung jawab atas makanan sehari-hari untuk Harvey dan anak-anak. Setiap kali memasak, Wanda selalu dikritik oleh Harvey dan Jojo.Jojo sebenarnya hanya cocok makan masakan buatan Wanda, tapi setiap kali dia tetap bilang bahwa makan masakan Mama seperti makan dengan terpaksa."Jojo, kalau kamu memang nggak mau makan, ya sudah, jangan makan," Sasha pernah mencoba menasihatinya."Aku makan itu untu