Keesokan paginya, Harvey duduk di ruang makan, menikmati sarapan dengan gerakan yang elegan.Bu Warti memberikan secangkir kopi kepada Harvey, lalu dia menyadari bahwa suasana hati Harvey hari ini tampaknya sedang sangat baik.Bu Warti tidak bisa menahan keterkejutan di hatinya. Sejak Wanda dan Harvey bercerai, seluruh keluarga Ferdian diselimuti awan gelap. Ketika Harvey tidak pulang, semuanya akan baik-baik saja. Namun, begitu dia pulang, para pelayan yang melayani rumah keluarga Ferdian akan merasa sesak napas.Bu Warti berdoa dalam hati, berharap suasana hati Harvey yang baik bisa bertahan lebih lama. Jika tidak, dia bahkan memiliki niat untuk mengundurkan diri.Ketika Jojo turun dari lantai atas, Bu Warti menyambutnya dengan antusias."Den Jojo hari ini bangun pagi sekali. Aku belum membangunkanmu, tapi kamu sudah bangun sendiri. Den Jojo makin dewasa."Bu Warti memuji Jojo tanpa henti.Jojo selalu kesulitan bangun pagi, serta memiliki kebiasaan rewel saat bangun. Dulu yang selalu
Harvey melihat pakaian yang dikeluarkan Jojo, sementara emosi di matanya seakan membeku dalam sekejap.Jojo berkata kepadanya, "Ini adalah pemberian Sasha untukku. Apa Ayah masih mengingat pakaian ini?"Setelah bercerai dengan Wanda, Harvey jarang mengenang tentang masa lalu mereka.Namun, orang-orang yang biasanya tidak dia pedulikan, hal-hal yang dia kira sudah terlupakan, kini muncul dengan sangat jelas di kepala Harvey.Saat itu di pesta ulang tahun Jojo, pandangan Harvey hanya sekilas melirik Wanda dengan dingin dan acuh tak acuh.Harvey mengira dirinya tidak mengingat ini. Namun, ketika Harvey mengingatnya kembali, memorinya yang terkutuk itu memutar ulang setiap ekspresi dan detail halus wajah Wanda pada saat itu dalam benaknya.Poni Wanda basah kuyup, salah satu bahunya dipenuhi tetesan air kecil. Itu karena Wanda sedang memegangi payung untuk Sasha pada saat hujan itu.Wanita itu masuk dari luar ruang VIP. Wajahnya yang tanpa riasan terlihat sedikit lesu. Pandangan Wanda hanya
"Jojo, kamu kenapa?" Anak-anak lainnya di kelas itu pun bertanya dengan penasaran.Jojo tidak menjawab, dia hanya memeluk gaun ibunya itu sambil menangis keras.Ketika dia pulang ke rumah, dia tampak lesu tak bersemangat. Bahkan Bu Warti saja menyadari bahwa suasana hatinya sedang tidak baik."Tuan Muda, kamu kenapa? Kata guru di sekolah, Tuan Muda menangis di kelas. Apakah Sasha memukulmu?"Seluruh orang di rumah Keluarga Ferdian terus memperhatikan seluruh gerak-gerik Jojo. Bu Warti hanya tahu bahwa Jojo menangis keras setelah berbicara dengan Sasha.Jojo menggeleng. "Sasha nggak memukulku kok. Kamu jangan ganggu aku, aku mau sendirian."Jojo kembali ke kamarnya, kemudian menutup pintu. Dia lalu mengeluarkan pakaian yang dibungkus oleh kantong kertas. Dia memeluk pakaian itu dan duduk di kasur, menenggelamkan wajahnya dan mencium aroma yang sangat akrab baginya itu.Wangi ini menyelimutinya bagaikan air ketuban, membuatnya tenang seketika.Namun Jojo tahu, aroma di pakaian ini tak b
Sasha berkata, "Ini baju baru yang khusus Ibu pakai waktu ulang tahun kita. Sepertinya kamu nggak pernah perhatikan baju ini baik-baik, ya?"Waktu Sasha mengatakan itu, kepala Jojo tertunduk.Sasha berkata lagi, "Bagi Ibu, itu adalah hari yang sangat kacau. Aku dan Ibu sudah menantikan untuk merayakan ulang tahun bersamamu selama beberapa hari, tapi waktu itu malah nggak dirayakan dengan baik. Ibu masih simpan baju yang hari itu dia pakai, tapi karena kenangan buruk itu, Ibu kayaknya nggak akan pakai baju ini lagi."Sasha melanjutkan, "Jojo, di ulang tahun kita tahun depan, kita juga nggak bisa rayakan bareng-bareng lagi."Ingatan Jojo sangat bagus. Waktu ulang tahunnya, dia tahu Wanda datang, tapi dia hanya melihat sekilas saja. Dia hanya ingat bahwa Wanda sempat berdandan saat itu.Tapi entah sejak kapan, dia mulai kesal dengan keberadaan Wanda. Setiap melihat wajah Wanda, dia akan merasakan kemarahan dan kekesalan yang bergejolak di hatinya.Setiap Wanda berbicara, Jojo ingin menut
Di kantor presdir Quantum Tech.Wanda dengan santai mengambil ponselnya, kemudian melihat bahwa sudah ada ribuan pesan belum terbaca di grup besar perusahaan.Apa terjadi sesuatu di internal perusahaan?Dia membuka grup itu dan menggulir ke pesan pertama di pagi ini. Di grup ada orang yang mengirimkan sebuah foto, yaitu Anne yang sedang membawa empat atau lima kantong kopi sambil menunggu lift.[Paling nggak ada 15 atau 16 gelas, 'kan?][Siapa yang punya informan di Perusahaan Ferdian? Mengakulah, hukumannya ringan. Kalau nggak ngaku, hukumannya berat!][Siapa yang nggak punya informan di sana? Ini dikirimin sama temanku.]Ada juga yang mengirimkan foto mantan karyawan Quantum Tech lainnya ke grup. Mereka adalah orang yang mengundurkan diri dari Quantum Tech dan masuk ke Perusahaan Ferdian, mereka semua bekerja dengan jabatan terendah.[Kata temanku, mereka yang ikut Anne mengundurkan diri merasa tertipu. Sekarang mereka semua menagih penjelasan dari Anne.][Sudah kubilang, bos Perusah
"Harvey, asistenmu menyuruhku membeli 18 gelas kopi. Padahal tugas yang diberikan padaku hanyalah mencetak dan menjilid dokumen saja."Anne menghampiri Harvey dan mengadu. Pria itu berhenti melangkah, ekspresinya tampak dingin. "Kamu nggak bisa menyelesaikannya?"Anne menarik napas panjang dan menekankan, "Sekretarismu menyuruhku melakukan pekerjaan serabutan begini. Ingat, aku adalah rekrutan dari Maraka. Aku juga merupakan direktur di Quantum Tech. Kalau bukan karena Wanda mengacau, aku pasti sudah jadi penanggung jawab utama di sana. "Harvey berkata dengan meremehkan, "Pilihannya cuma dua, kamu undurkan diri dan kembali ke Quantum Tech, kalau nggak lakukan kerjaan serabutan ini dengan baik."Anne memperhatikan pria itu, pupilnya bergetar. Sebelum dia bicara lagi, Harvey sudah berkata, "Kalau pekerjaan semudah ini saja kamu nggak bisa selesaikan, petugas kebersihan perusahaan kami masih butuh orang. Kalau hanya menyapu, kamu juga bisa, 'kan?"Gigi belakang Anne terasa seolah akan ha