Home / Romansa / Melihat Daisy / Bab 8: Kabar buruk yang menakutkan

Share

Bab 8: Kabar buruk yang menakutkan

last update Last Updated: 2025-09-21 22:10:21

Setelah Arya menceritakan semuanya, Intan mencoba memberikan senyum terbaiknya. Ia mendengarkan Arya dengan saksama, mengangguk, dan bahkan sesekali tertawa saat Arya menceritakan kenangan manisnya dengan Daisy di minimarket. Namun, di dalam hatinya, sebuah badai sedang mengamuk.

"Aku senang kamu akhirnya bisa sebahagia ini, Arya," ucap Intan. "Kamu pantas mendapatkannya. Kamu sudah menunggu begitu lama."

Arya menatapnya dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Intan. Kamu satu-satunya orang yang mengerti perasaanku."

Hati Intan terasa sakit mendengar kata-kata itu. Ia memang mengerti, bahkan lebih dari yang Arya tahu. Ia mengerti betapa besarnya cinta Arya pada Daisy, karena ia merasakan cinta yang sama besar pada Arya.

"Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Intan, mencoba mengalihkan pembicaraan dari perasaannya.

"Aku akan menunggu Daisy menghubungiku lagi. Aku ingin kami bertemu lagi. Aku tidak akan membiarkan dia menghilang lagi," jawab Arya, tekadnya kuat.

"Bagus," kata Intan, mengangguk. "Aku akan mendukungmu. Selalu."

Ketika Arya pergi, senyum di wajah Intan perlahan memudar. Ia duduk sendirian di bangku taman, air matanya mulai mengalir. Ia merasa egois karena cemburu, tapi ia tidak bisa menghentikan perasaannya. Ia telah mencintai Arya begitu lama, dan kini, ia harus melihat Arya mengejar wanita lain, dan berpura-pura bahagia untuknya.

Sejak pertemuan di bawah hujan syahdu, hubungan Arya dan Daisy semakin intens. Mereka terus berkomunikasi, berbagi cerita tentang kehidupan mereka. Arya merasa seperti ia telah mendapatkan kembali semua yang hilang. Mereka sering bertukar pesan, dan setiap kali ponsel Arya bergetar, ia tersenyum, yakin itu adalah Daisy.

Suatu malam, setelah seharian kuliah, Arya berbaring di tempat tidur sambil menelusuri media sosial. Ia melihat foto-foto Daisy, senyumnya yang cerah di bandara dan di dalam pesawat. Hatinya dipenuhi rasa bangga.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi berita muncul di layarnya. Sebuah

breaking news yang mengguncang.

'Kecelakaan Pesawat Diduga Terjadi di Wilayah Perairan Utara Jawa...'

Jantung Arya langsung berdebar kencang. Ia mengabaikan berita itu. Tapi kemudian, notifikasi lain muncul, lebih spesifik.

'Pesawat Maskapai Lokal Hilang Kontak...'

Arya langsung duduk. Matanya membelalak. Daisy. Daisy bekerja di maskapai lokal itu. Ia membuka artikel itu, tangannya bergetar. Ia mencoba menghubungi Daisy, namun panggilannya tidak terhubung. Ia mencoba mengirim pesan, tetapi tidak ada jawaban.

Kepanikan menguasai dirinya. Ia hanya bisa menatap layar ponselnya, dipenuhi ketakutan yang tak terhingga.

Ponsel Arya terasa seperti bongkahan es di tangannya. Ia terus mencoba menghubungi Daisy, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suara putus-putus. Ia mengirim pesan, tetapi tidak ada tanda-tanda pesan itu terkirim. Pikiran Arya kacau. Ia membaca kembali berita itu, mencari detail, mencari nama-nama. Namun, tidak ada informasi yang cukup.

Tubuhnya gemetar. Ia tidak bisa hanya duduk diam. Ia harus melakukan sesuatu. Ia mengenakan jaketnya dengan tergesa-gesa, meraih kunci motornya, dan berlari keluar. Ia tidak tahu harus pergi ke mana. Ke bandara? Ke kantor maskapai? Ia tidak tahu. Namun, ia harus bergerak.

Pikirannya melayang, teringat pada satu orang yang mungkin bisa ia andalkan. Intan. Intan selalu ada untuknya, dan Intanlah satu-satunya orang yang tahu betapa pentingnya Daisy baginya.

Ia melaju kencang di jalanan yang sepi. Angin malam menerpa wajahnya, namun tidak bisa mendinginkan kepanikan di hatinya. Setelah beberapa menit, ia tiba di depan rumah Intan. Ia mengetuk pintu dengan tergesa-gesa, berharap Intan ada di rumah dan bisa membantunya melewati mimpi buruk ini. ternyata intan sedang tidak dirumahnya

Nomor Daisy masih tidak aktif. Setiap kali Arya mencoba menelepon, ia hanya mendengar nada sambung yang putus. Pikiran Arya kacau. Ia tidak bisa hanya duduk diam. Ia harus memastikan sendiri bahwa Daisy baik-baik saja.

Ia meraih kunci motornya, tidak peduli dengan waktu yang sudah larut malam. Jantungnya berdebar kencang, memacu darahnya. Satu-satunya tujuan yang ada di kepalanya adalah mes pramugari di Tangerang. Ia melaju kencang, melawan angin malam yang dingin, namun tidak bisa mendinginkan api ketakutan di hatinya.

Setelah berjam-jam, ia tiba di depan gedung mes. Namun, pemandangan di depannya membuat darahnya seolah membeku. Ada beberapa mobil polisi dan banyak wartawan dengan kamera menyala, berkerumun di depan gerbang.

Arya segera memarkir motornya. Ia berlari ke arah kerumunan, mencoba menerobos masuk. Seorang petugas keamanan menghadangnya.

"Maaf, Mas, ini area terbatas," ucap petugas itu.

"Saya... saya teman salah satu penghuni di sini. Apa yang terjadi?" tanya Arya, suaranya bergetar.

Petugas itu menatapnya dengan tatapan penuh kasihan. "Ada beberapa awak kabin yang seharusnya berada di penerbangan pagi ini. Pesawatnya jatuh. Kami sedang menunggu konfirmasi."

Dunia Arya terasa runtuh. Ia hanya bisa terdiam, berusaha mencerna informasi itu. Ia menatap ke arah kerumunan, berharap melihat Daisy. Namun, tidak ada Daisy di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melihat Daisy    Bab 11: Akhir dari sebuah kisah cinta

    Pagi itu, Daisy bangun dengan perasaan ringan. Ia mengingat kembali pertemuan manisnya dengan Arya semalam, dan senyumnya merekah. Ia mengambil ponselnya, yang sudah ia isi dayanya, untuk menghubungi Arya. Namun, sebelum ia sempat mengetik pesan, sebuah panggilan masuk. Nomor yang tidak dikenal."Halo?" ucap Daisy."Daisy... ini aku, Intan," jawab suara di seberang, terdengar serak."Intan? Ada apa? Kamu terdengar tidak baik-baik saja," tanya Daisy, nadanya cemas."Arya... dia... dia mengalami kecelakaan," ucap Intan, suaranya bergetar.Dunia Daisy terasa berputar. "Apa? Kecelakaan apa? Di mana dia sekarang?""Dia ditabrak mobil. Sekarang dia di rumah sakit. Lukanya serius... dia kritis," isak Intan.Ponsel Daisy jatuh dari tangannya. Kata-kata "kecelakaan" dan "kritis" bergaung di kepalanya. Ia tidak bisa bergerak. Ia tidak bisa bernapas.Sesaat yang lalu, ia masih memeluk Arya. Sesaat yang lalu, mereka masih tertawa. Dan sekarang...Tanpa membuang waktu lagi, Daisy mengenakan jaketn

  • Melihat Daisy    Bab 10: Kejadian di Tengah hari

    Rian tidak bisa tidur. Malam itu, bayangan Daisy yang tersenyum di atas motor Arya terus menghantuinya. Ia memutar-mutar ponselnya, melihat foto-foto Daisy di media sosial. Ia begitu terobsesi, hingga tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada orang lain yang bisa membuat Daisy bahagia.Keesokan harinya, Rian memutuskan ia harus bertindak. Ia tidak bisa hanya duduk diam dan melihat kebahagiaan itu. Ia merasa Daisy adalah miliknya, dan ia berhak atas perhatian Daisy."Aku akan memberimu pelajaran," gumam Rian, menatap layar ponselnya.Ia mengambil kunci mobilnya dan pergi ke kantor maskapai. Ia tahu ada cara untuk mendapatkan informasi penerbangan Daisy.Ia menemukan bahwa Daisy akan pulang dari penerbangan subuh. Rian memutuskan untuk menunggunya di depan mes pramugari. dan ia akan memastikan bahwa Daisy tahu siapa yang benar-benar peduli padanya.Setelah berbicara dengan Intan, Arya merasa senang. Ia berjalan menyusuri jalan setapak, langkahnya ringan. Ia masih memikirkan Daisy, memimpi

  • Melihat Daisy    Bab 9: Ketegangan dimalam hari

    Arya berdiri terpaku di depan gerbang mes pramugari. Di depan mata Arya, yang ada hanya lorong sepi dengan beberapa mobil yang terparkir rapi. Ia merasa kecil, dipenuhi ketakutan. Ia menatap gedung tinggi itu, berharap, namun juga takut.Tiba-tiba, sebuah suara yang ia kenal memanggil namanya."Arya?"Arya menoleh. Jantungnya terasa seperti berhenti berdetak. Di belakangnya, berdiri Daisy, mengenakan pakaian kasual. Rambutnya diikat, wajahnya terlihat sedikit lelah, namun ia ada di sana, di hadapannya, utuh dan hidup.Arya tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya langsung mengalir. Tanpa ragu, ia berlari ke arah Daisy dan memeluknya dengan erat. Ia mencium aroma tubuh Daisy, dan ia tahu ini bukan mimpi."Daisy... kamu... kamu baik-baik saja," bisik Arya, suaranya tercekat. "Aku melihat berita kecelakaan pesawat. Nomor ponselmu tidak aktif. Aku... aku takut."Daisy membalas pelukan Arya. "Aku baik-baik saja, Arya. Penerbanganku ditunda karena ada masalah teknis. Aku baru saja sampai di

  • Melihat Daisy    Bab 8: Kabar buruk yang menakutkan

    Setelah Arya menceritakan semuanya, Intan mencoba memberikan senyum terbaiknya. Ia mendengarkan Arya dengan saksama, mengangguk, dan bahkan sesekali tertawa saat Arya menceritakan kenangan manisnya dengan Daisy di minimarket. Namun, di dalam hatinya, sebuah badai sedang mengamuk."Aku senang kamu akhirnya bisa sebahagia ini, Arya," ucap Intan. "Kamu pantas mendapatkannya. Kamu sudah menunggu begitu lama."Arya menatapnya dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Intan. Kamu satu-satunya orang yang mengerti perasaanku."Hati Intan terasa sakit mendengar kata-kata itu. Ia memang mengerti, bahkan lebih dari yang Arya tahu. Ia mengerti betapa besarnya cinta Arya pada Daisy, karena ia merasakan cinta yang sama besar pada Arya."Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Intan, mencoba mengalihkan pembicaraan dari perasaannya."Aku akan menunggu Daisy menghubungiku lagi. Aku ingin kami bertemu lagi. Aku tidak akan membiarkan dia menghilang lagi," jawab Arya, tekadnya kuat."Bagus," ka

  • Melihat Daisy    Bab 7: Ancaman Baru

    Kembali ke Jakarta, kehidupan Arya kembali seperti semula. Namun, kini ia memiliki harapan. Arya memeriksa Instagram Daisy, dan benar saja, akunnya kembali aktif. Ia segera mengirim pesan, "Daisy, ini aku Arya." Setelah beberapa jam, Daisy membalas, meminta maaf karena baru melihat pesan. Sejak itu, komunikasi mereka semakin intens. Mereka saling bertukar cerita tentang kehidupan sehari-hari.Pada suatu hari, Arya memberanikan diri untuk mengajak Daisy bertemu. "Ada waktu luang untuk jalan atau makan?" tanyanya."Lusa aku ada waktu luang," jawab Daisy.Arya menjemput Daisy di mess pramugari di Tangerang. Namun, tanpa mereka sadari, ada seorang pria bernama Rian yang terobsesi pada Daisy, melihat mereka pergi berdua. Rian sangat cemburu, dan kecemburuannya memuncak. Ia adalah pria yang nekat dan gila, yang rela melakukan apapun untuk mendapatkan Daisy.Ketika Arya tiba di mess pramugari di Tangerang, Daisy sudah menunggunya di gerbang. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian kasual,

  • Melihat Daisy    Bab 6: Pertanyaan yang Berarti

    Arya berdiri di samping meja Daisy. Intan melihat dari kejauhan dengan cemas. Percakapan mereka tidak bisa tersembunyi dari telinga-telinga lain, tetapi hal itu tidak lagi penting bagi mereka. Dunia serasa lenyap, hanya menyisakan mereka berdua."Ke mana aja, Daisy? Kenapa tiba-tiba menghilang?" tanya Arya, suaranya bergetar. Kerinduan yang selama ini ia pendam kini bercampur dengan rasa sakit dan kelegaanDaisy menunduk, matanya memancarkan kesedihan yang mendalam, namun tidak ada air mata yang jatuh. "Maaf, Ar. Aku pergi karena harus rawat ibu yang sakit. Selama ini, aku nggak bisa kasih kabar ke kamu karena... aku fokus sama ibu."Arya terdiam, mencerna setiap kata. Selama ini, ia berpikir Daisy meninggalkannya begitu saja, tanpa alasan. Namun, kenyataan ini jauh lebih menyakitkan dan memilukan. "Aku... aku ngerti," ucapnya, suaranya kini lebih lembut.Daisy mengangkat wajahnya. Matanya penuh dengan kesedihan. "Ibu sekarang sudah enggak ada, Ar. Aku harus kerja buat adikku di kampu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status