POV AuthorSetelah tidak mendengar teriakan Elea, Jordi kembali duduk di samping wanita itu dengan tampang santainya.“Dia sudah tidak disini?” Jordi bertanya dengan hati-hati.“Cari saja kalau ada.” Elea menyahut tanpa menoleh pada Jordi.Dari jawaban Elea sudah jelas jika Dafri tidak ada disana. Jordi datang hanya untuk memastikan jika Elea baik-baik saja, bagaimanapun ia tidak mungkin mengabaikan Elea yang butuh didampingi apalagi mengingat jika kedua orang tua Elea sedang berada di luar negeri dan tidak tahu soal masalah ini.Mungkin Elea terlihat tegar tapi tetap saja ia juga butuh sandaran dan sebagai seorang teman yang baik Jordi akan selalu ada di samping Elea.“Tidak ada untungnya aku mencari dia,” celetuk Jordi lalu bersandar, menaikan kakinya ke atas meja. Ia memang selalu seperti ini karena menganggap rumah Elea adalah rumahnya juga.“Kau juga ada masalah 'kan?” tebak Elea.Meski niat Jordi datang memang untuk menghibur Elea tapi tidak bisa dipungkiri dari sorot matanya te
POV Author“Melihatnya saja sudah membuatku jijik,” gumam Luna, ia bahkan dari tadi tidak bergerak hanya memandangi ikan-ikan kecil itu.“Ayo mulai. Harus selesai sebelum Non El bangun.”“Apa? Mana mungkin sebanyak ini selesai dalam sekejap. Gila kali!” Luna bersungut-sungut.“Tidak mau tahu. Pokoknya harus selesai.” Siti menatap tidak suka pada Luna, ia berpikir ia adalah pembalasannya karena perbuatan tidak baik Luna padanya dulu. Sudah lama sekali Siti menunggu ini meski berpikir itu tidak mungkin. Tapi kenyataannya malah bisa.“Kau jangan berlagak seperti Nyonya di rumah ini!” bentak Luna dengan mata melotot.Sii melipat tangan di dada, “Ya sudah kalau tidak mau tinggal saya bil-”“Aish! Menyebalkan!” Luna mengacak rambutnya frustasi.Jika ingatannya soal rencana David tidak muncul mungkin yang ada ia sudah hilang kendali karena merasa dipermainkan. Tidak tahu saja jika memang tugas-tugasnya kedepan akan membuat Luna semakin geram karena memang itu tujuan Elea. Ia ingin membuat Lu
POV AuthorJantung Luna hampir copot, untuk yang mendengar ia bicara itu Siti bukan Elea. Jika Elea yang mendengar bisa bahaya.“Dasar babu kepo!” sungut Luna lalu memungut ponselnya.“Situ juga babu, kok menghina?”“Lanjutkan! Aku mau ke toilet.” Tanpa mendengar jawaban Siti, Luna melengos pergi.Siti geleng-geleng kepala, “Wajib dicurigai ini. Jangan sampai Non El dicelakai oleh nenek sihir itu.”Elea memang tidak meminta Siti untuk mengawasi pergerakan Luna hanya mendampingi saja tapi jika ada hal yang mencurigakan seperti ini sudah seharusnya Siti waspada. Tidak tega jika harus melihat majikannya kembali adi korban Luna.Takut lupa jika dinanti-nanti, Siti langsung memberitahu Elea.“Terima kasih infonya. Sekarang kamu bisa kembali.” Elea tersenyum pada Siti.“Sama-sama, Non. Saya permisi.”Pencurian dokumen tidak ada dalam rencananya dan David. Ya, keduanya mendapatkan keuntungan dengan mengerjai Luna. Elea merasa puas dan David bisa lepas dari masalah yang dibuatnya dengan bantu
POV Author“Aku tidak salah apa-apa, kenapa harus bawa-bawa polisi segala?” Luna menggelengkan kepala tidak terima.“Kau memang tidak bersalah tapi berniat untuk melakukan kesalahan. Merencanakan sebuah pembunuhan. Kau ingin meracuni aku bukan?”“Ini tidak seperti apa yang kau pikirkan.” Luna terus saja membela diri, tidak ingin sampai disalahkan karena jika semua itu terjadi bisa saja David malah lepas tangan. Itu akan sangat merugikan bagi Luna.“Benarkah? Apa aku harus percaya kata-katamu?”“Aku bersedia melakukan apapun jadi tolong percaya padaku.”Elea menyeringai, “Terakhir kali kau juga mengatakan itu padaku dan untuk kedua kalinya berkhianat dariku, apa kau akan melakukan untuk kali ketiga?”“Aku lelah mengurus hal yang tidak penting seperti ini. Cukup selama beberapa bulan ini kau sudah menjadi babu di rumahku, aku tidak akan menyimpan dendam untukmu jadi kau boleh pergi.”“Apa?” Luna terperangah, ia benar-benar akan diusir dan rencananya gagal total.“Perlu kuulangi lagi ata
POV AuthorDalam keadaan darurat seperti ini, saat tidak ada yang bisa dimintai tolong biasanya hanya Elea yang menjadi tujuan Luna tapi kali ini jelas itu tidak akan mungkin. Luna tidak mau menjatuhkan harga dirinya dengan datang pada Elea dan meminta bantuan. Ia akan berusaha sendiri mencari pekerjaan, ia bukan orang bodoh yang tidak bisa bekerja. Hanya saja Luna lebih suka memanfaatkan uang orang lain. Ada gunanya juga memiliki keterampilan disaat genting seperti ini.“Aku harus dapat pekerjaan sebelum uangku benar-benar habis,” gumam Luna.Ia akan menggunakan koneksi untuk mencari pekerjaan. Luna memiliki banyak kenalan yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar, banyak dari mereka adalah lelaki yang pernah bersamanya.“Namamu di blacklist dari kantor ini, Luna.”Mata Luna membulat sempurna mendengar perkataan salah satu temannya.“Apa? Jangan bercanda, Romi!” Luna menatap Romi dengan serius.Baru Romi yang ditemui Luna karena berpikir ia akan mudah bekerja di tempat Romi.“Untuk
POV AuthorDafri hanya bisa melihat rumah penuh kenangan itu dari kejauhan. Ia sangat merindukan Elea namun tidak berani untuk datang langsung. Jika Elea tidak mengizinkan maka Dafri tidak akan melakukannya.Ia merasa sudah mendapatkan balasan dari apa yang sudah diperbuat. Luna yang menjadi alasannya mendua dari Elea ternyata menipunya, sekarang Dafri tidak akan lagi berhubungan dengan Luna. Awalnya mereka berhubungan karena masalah anak tapi ternyata anak yang dikandung Luna bukankah anak Dafri, jadi Dafri tidak memiliki alasan menjalin komunikasi apapun dengan Luna.Senyum di bibir lelaki itu tersungging saat melihat Elea keluar. Betapa bahagianya ia meski hanya melihat Elea dari jauh. Tidak ingin mengusik Elea, Dafri tetap berada di tempatnya. Hanya mengikuti Elea berjalan dari seberang. Tidak menyangka jika akan melihat Elea secara langsung. Rasa rindunya bisa sedikit terobati.“Aku bersyukur kamu terlihat baik-baik saja,” gumam Dafri.Pandangan Dafri beralih pada perut Elea yang
POV Author“Sebenarnya Dafri sudah mengakui semuanya. Dia menelpon Papa dan mengatakan apa yang telah dia lakukan.”Tubuh Elea menegang. Selama ini ia berusaha untuk menutupi tapi ternyata Dafri sendiri yang mengatakan semuanya pada Pak Hartanto tanpa sepengetahuan Elea. Elea berpikir jika Dafri tidak akan berani melakukan itu karena sudah pasti ia tidak akan mendapatkan maaf dari mertuanya bahkan bisa jadi hidupnya akan dibuat lebih sengsara.“Mas Dafri … mengatakannya?”“Ya.”“Apa dia meminta Papa untuk membujukku?”“Tidak. Dia menghubungi Papa untuk mengaku kesalahannya dan minta maaf, tidak mengatakan hal lain lagi.”Dafri menghubungi mertuanya bukan karena ingin dibantu agar bisa kembali pada Elea tapi ia memang ingin meminta maaf dan menyesali semuanya. Bahkan siap menerima apapun hukuman yang akan diberikan padanya.Selama ini Pak hartanto menahan diri untuk tidak bicara pada Elea, bahkan ia memaksakan diri untuk pulang karena ingin melihat langsung kondisi Elea. Orang tua mana
POV AuthorBerbulan-bulan Dafri terbaring tak berdaya. Elea tidak akan pernah melepaskan Luna yang sudah membuat banyak masalah.Tidak pernah sekalipun Elea absen untuk berada di sisi suaminya. Bahkan saat usia kandungannya sudah tua dan masuk bulannya, Elea masih mengunjungi Dafri. “Mas, sebentar lagi anak kita lahir. Cepatlah bangun, aku ingin kamu menemaniku saat melahirkan nanti.”Setiap saat Elea selalu mengajak suaminya itu bicara meski percuma karena tidak ada respon apapun. Namun berbeda dengan sebelumnya yang sulit menahan desakan air mata.Sekarang Elea sudah bisa mengendalikan dirinya karena terlalu sering menangis akan berdampak buruk pada kandungannya.“Nanti setelah sehat, kamu juga harus pergi ke gym. Kamu tahu sendiri bukan kalau aku tidak suka lelaki dengan perut buncit.”Dengan telaten Elea membersihkan tubuh suaminya. Selama bisa melakukannya sendiri ia akan melarang orang lain untuk melakukan tugasnya itu.“El sudah makan belum?” Bu Lia datang membawakan kotak maka