Home / Romansa / Memar Termanis / 29. Perasaan Yang Tidak Sadar

Share

29. Perasaan Yang Tidak Sadar

Author: Mira Lee
last update Last Updated: 2024-12-13 11:21:55

šŸ“Apartement

Dering ponsel membangunkan Paula dari tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, ia meraih ponsel di meja samping tempat tidur. Nama Javeline terpampang di layar.

ā€œHallo, Ce,ā€ ujar Paula dengan suara serak pagi.

Dari ujung telepon, suara Javeline terdengar tegas seperti biasa.

ā€œPaula, akhir pekan ini akan menjadi penampilan terakhirmu di Le Crazy Horse. Kontrakmu resmi diberhentikan. Semua dokumen pemutusan akan diselesaikan siang ini.ā€

Paula terduduk, mencoba mencerna ucapan itu. ā€œSecepat ini?ā€ tanyanya, suaranya tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

ā€œSeperti yang sudah kita rencanakan,ā€ jawab Javeline tanpa nada ragu. ā€œIni langkah awal untuk membangun kembali nama baikmu. Keluar perlahan dari kabaret dan fokus pada modeling serta akting.ā€

Paula menarik napas panjang. ā€œBaik, Ce. Aku mengerti.ā€

ā€œBagus. Jangan lupa siang nanti,ā€ ujar Javeline sebelum menutup panggilan.

Paula berjalan ke dapur, menyiapkan sarapan sederhana sambil memikirkan perubahan besar yang akan seger
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 62. Apa Kabar

    Pikiran itu berputar liar, tak mau berhenti, seperti badai yang tak kunjung reda. Bayangan kecelakaan-kecelakaan akhir-akhir ini menghantui Jexon, mengisi setiap sudut ruang kosong dalam kepalanya. Ia mencoba merasionalisasi, tapi semakin keras ia berpikir, semakin banyak pertanyaan tanpa jawaban yang muncul.Jexon menatap kosong ke tumpukan dokumen di mejanya, di ruangan kerja yang luas dan sunyi itu. Udara di sekeliling terasa berat, terlalu penuh dengan pikiran yang menggantung. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Namun pikirannya segera kembali ke sosok Andreas—seseorang yang baru ini mulai masuk dalam kecurigaannya.ā€œDalang dari semua ini,ā€ gumam Jexon pelan, nada suaranya rendah dan penuh tekanan. Andreas Liu. Nama itu terus berulang di benaknya, menghantui seperti bayangan gelap yang tak mau pergi.Dengan gerakan cepat, Jexon meraih ponselnya di meja. Jari-jarinya menekan layar, mencari nama kontak yang ia butuhkan. Seketika, ia menghubungi Ar

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 61. Dendam Yang Ingin Dibalas

    šŸ“Rumah Sakit Kamar rumah sakit itu terasa hangat, meski aroma antiseptik yang khas masih terasa di udara. Rean terbaring di ranjang dengan infus yang terpasang di tangannya. Wajahnya sudah tidak terlihat pucat, tapi senyumnya tak pernah pudar saat melihat Paula masuk membawa sekotak buah dan bunga mawar putih di tangannya. ā€œRean, gimana kabarnya?ā€ tanya Paula sambil mendekat ke sisi ranjang. Suaranya lembut, penuh perhatian. ā€œLebih baik, auntie Paula. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang,ā€ jawab Rean, meski suaranya terdengar sedikit lemah. Di sudut ruangan, Dk, terlihat duduk menemani Rean sahabatnya di kamar pasien itu. ā€œAuntie!ā€ panggil Dk beranjak mendekati Paula. Paula tersenyum. ā€œHai, Dk. Maaf ya, kalau auntie baru sempat jenguk sahabat kamu.ā€ Sambil mengusap kepala bocah itu. Dk mengangguk dengan semangat. ā€œIya, gpp auntie. Kami berdua, cuma lihat berita ditelevisi.ā€ Paula mengerutkan kening, merasa penasaran. ā€œOh ya? Apa yang kamu lihat?ā€ ā€œTent

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 60. Hubungan Serius

    Berita Eksklusif: Kencan Paula dan Jexon!Hari ini, dunia hiburan digemparkan dengan kabar hangat seputar hubungan romantis antara Paula, model terkenal dari agensi J&T Entertainment, dan Jexon, CEO agensi tersebut. Foto-foto yang diambil secara diam-diam oleh paparazi menunjukkan keduanya berpelukan di rumah sakit, menciptakan spekulasi besar di media.šŸ“J&T Entertainment -Ruang Presdir-ā€œIni foto yang beredar semalam?ā€ tanya Nicholas, presiden direktur J&T Entertainment, sambil menyelipkan senyum tipis. Matanya menatap tajam pada sebuah foto di tangannya.Albert, asistennya, mengangguk mantap. ā€œIya, Pak Presdir. Ini diambil oleh seorang wartawan.ā€Nicholas menghela napas lega, menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit di balik meja kerjanya. ā€œKalau begini, sepertinya mereka sudah menyelesaikan masalah mereka.ā€ Ucapannya terdengar ringan, namun jelas menyiratkan kebahagiaan.****Sebaliknya, suasana di rumah keluarga Wang penuh dengan ketegangan. Elisabeth, ibu Jexon, menatap layar tel

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 59. Menutup Mata Dan Memaafkan

    Celine tersentak, tersadar dari lamunannya. Dia melihat punggung Andreas yang semakin jauh di ujung koridor hotel. Dengan tergesa-gesa, dia mengejarnya. Langkah kakinya terdengar berdebum pelan di atas karpet tebal.ā€œAndreas!ā€ serunya, suaranya gemetar.Andreas tetap berjalan tanpa menoleh, namun tubuhnya menegang saat Celine menggenggam pergelangan tangannya. Ia berhenti, tapi tidak langsung berbalik.ā€œKamu mau ke mana?ā€ tanya Celine, suaranya memohon, hampir putus asa. Matanya yang berkaca-kaca menatap punggung pria itu.Andreas menarik napas panjang sebelum akhirnya berbalik. Wajahnya dingin, matanya tajam seperti pisau. ā€œMau balik. Saya harus temui Abex dan mencari Serena,ā€ jawabnya dengan nada rendah tapi tegas, seolah tidak ingin ada diskusi lebih lanjut.ā€œJ-jangan pergi,ā€ pinta Celine sambil menggenggam tangannya lebih erat. ā€œT-tidak ada yang menemaniku di sini.ā€Andreas mendengus, tawa pendek yang lebih terdengar seperti ejekan. Dia menatap Celine dengan tatapan sinis. ā€œTidak

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 58. Dia Adalah Serena

    šŸ“J&T Entertainment-Ruangan Presiden Direktur-Elisabeth membuka pintu ruangan dengan gerakan cepat, langkahnya penuh tekad saat memasuki ruang kerja suaminya. Suara hak sepatu yang menghantam lantai terdengar nyaring, mengisi keheningan di ruangan itu. Matanya tajam, seperti ingin menembus setiap rahasia yang tersembunyi di balik wajah tenang Nicholas.Nicholas mendongak dari berkas-berkas di mejanya, lalu bersandar santai di kursi, menatap istrinya dengan sikap tenang. ā€œAda apa, Elisabeth?ā€ tanyanya dengan suara datar, meski sorot matanya meneliti ekspresi di wajah wanita itu.Elisabeth berdiri tegak di depan meja, kedua tangannya mengepal, menggenggam emosi yang hampir meledak. ā€œSudah dua hari aku menunggu kamu mengatakannya sendiri,ā€ ucapnya, suaranya tajam. ā€œTapi sepertinya kamu tidak berniat untuk mengakuinya, Nicholas.ā€Nicholas menarik napas dalam-dalam. Tanpa berkata apa-apa, dia berdiri perlahan dari kursinya dan berjalan mendekati Elisabeth. Sorot matanya kini serius, ta

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 57. Flashback On: Akhir Yang Tragis

    Satu minggu berlalu. Suasana rumah terasa sepi, hanya terdengar suara angin yang sesekali menggesek jendela kayu. Clara duduk di sofa kecil yang mulai memudar warnanya, tubuhnya tenggelam dalam keheningan. Matanya menatap kosong ke arah lantai, seolah mencoba mencari sesuatu yang hilang di dalam pikirannya. Langkah-langkah ringan terdengar dari belakang, dan suara Andreas memecah keheningan. ā€œCe,ā€ panggil Andreas dengan nada ceria. Clara mengangkat wajahnya perlahan, matanya lelah. ā€œAda apa, Andreas?ā€ tanyanya singkat, tanpa banyak ekspresi. Andreas tersenyum lebar, wajahnya polos dan penuh semangat seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru. ā€œAku berhasil menemukan alamat rumah Jexon,ā€ katanya antusias. ā€œAku akan ke sana. Aku harus bicara dengannya!ā€ Kata-kata Andreas seperti pisau yang menusuk hati Clara. Ia mencoba mempertahankan senyumnya, meski dalam hatinya ia merasa hancur. Andreas tampak begitu bersemangat, namun kabar tentang Jexon justru membuat Clara semakin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status