Share

AKU MENYERAH

Author: E. K
last update Last Updated: 2025-01-18 10:22:30

Di dalam kamar aku hanya bisa menangis pilu. Seraya menatap Salma yang tertidur pulas. Bagaimana mungkin Ayah dari anakku tidak menginginkan kehadiran Salma?

Kenapa Mas Adam bisa setega itu? Aku kira setelah kehadiran Salma hubunganku dengan mas Adam bisa lebih baik. Karena terikat oleh kehadiran anak, setidaknya jiwa keayahannya akan tumbuh. Tapi....dugaanku justru salah. Yang ada Mas Adam justru hampir menjelma menjadi seorang p3mb*nuh.

"Nak, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kita akan benar-benar berpisah dengan ayahmu? Apakah kita hanya akan hidup berdua saja? Maaf, maafkan ibu, ibu malah menyengsarakan kamu. Tapi, ibu Berjanji akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu."

Aku kecup kening Salma begitu lama. Lalu aku pun membaringkan tubuhku tepat di samping Salma yang tertidur itu. Kupeluk dia, karena sekarang aku hanya punya dia.

***

Aku terjaga, kulihat jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Aku tengok ke nakas air putih habis. Aku memang selalu punya kebiasaan minum jika terbangun dari tidur.

Aku pun beranjak, aku hendak mengambil air di dapur. Sekalian setelah itu akan salat tahajud. Aku merasa sudah lama tidak mengadu kepada Pemilik hidupku. Aku terlalu sibuk dengan urusan dunia membuat aku jauh dari-Nya. Apa mungkin apa yang terjadi padaku pun bagian dari peringatan dari Tuhan? Agar Aku semakin mendekatkan diri.

Saat aku melewati kamar Mas Adam, aku terdiam sebentar. Aku jadi teringat sudah hampir satu tahun kami tidur terpisah. Harusnya aku sadar diri saat Mas Adam sudah berprilaku berbeda. Tapi.... Aku malah tak acuh, aku malah beranggapan mungkin mas Adam ingin pisah ranjang karena tidak ingin mengganggu Salma. Sebab semenjak lahiran sampai sekarang aku tidur bersama Salma.

"Mas, apa tidak ada harapan untukku? Apakah aku benar-benar tidak ada di hatimu? Di hidupmu? Apa pernikahan kita selama dua tahun ini hanyalah beban bagimu?" Aku bergumam dengan sorot mata terus tertuju pada pintu kamar mas Adam.

"Apa hanya karena aku tidak pandai berdandan kau tega mencampakkan aku? Mengkhianati pernikahan ini? Apa hanya segitu saja penilaianmu dalam sebuah pernikahan?" Bila mengingat hal ini hatiku sakit! Aku bahkan menepuk dadaku berharap rasa sakit ini bisa berkurang.

Baru saja aku hendak berlalu, sayup-sayup aku mendengar suara tertawa dari kamar mas Adam. Aku mendekat untuk memastikan dan ternyata memang benar. Hubungan mereka sudah sangat jauh bahkan sudah berani naik ke atas ranjang.

Jika seperti ini, maka aku tidak akan menyesali perceraian ini. Aku justru beruntung tanpa harus aku minta Mas Adam sudah duluan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan.

Keinginan untuk minum pun hilang. Tiba-tiba rasa haus hilang dalam sekejap. Aku harus segera berbenah, aku rasa tidak perlu menunggu keputusan cerai keluar. Karena saat ini aku sudah tidak ingin tinggal di rumah ini. Untuk apa berlama-lama di sini jika pada akhirnya aku tidak pernah dianggap istri olehnya. Bahkan saat keputusan cerai belum keluar pun dia sudah berani membawa masuk wanita lain .

Sebelum aku berbenah, sejenak aku menatap Salma. Aku menyesal tidak bisa memberikan sebuah keluarga lengkap untuknya. Dan... Aku teramat menyesali jika seandainya Salma tidak mendapatkan kasih sayang ayahnya. Namun, ini lebih baik dari pada terus bertahan tapi Salma tidak pernah dianggap oleh ayahnya.

Lama memandangi Salma, aku lekas berbenah. Tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha. Meskipun waktu memang masih pagi buta. Setelah selesai berbenah aku pun langsung menggendong Salma menggunakan gendongan.

Pelan sangat pelan aku menapaki anak tangga, aku tidak ingin Mas Adam tahu jika aku pergi. Tapi, meskipun aku pergi Mas Adam tidak akan peduli. Yang ada dia akan senang.

Aku hendak ke parkiran untuk mengambil mobil. Namun sebelumnya aku membuka gerbang terlebih dahulu, sengaja aku membuka lebar-lebar. Setelah dipikir untuk apa pergi sembunyi-sembunyi? Dia tahu itu jauh lebih baik. Biar dia tidak merasa jika aku masih ingin bersamanya. Biar dia tahu jika aku pun menginginkan perceraian ini.

Aku membuka bagasi mobil, lalu meletakkan dua koper kecil berisi baju dan barang sepentingnya. Setelah itu aku masuk mobil dan langsung meninggalkan rumah Mas Adam.

Aku yakin mas Adam tahu aku pergi karena mendengar suara mobilku. Dan dugaanku benar sekilas aku melihat Mas Adam bersama wanita barunya berdiri di depan balkon kamarnya. Aku melihatnya dari balik jendela mobil.

Tujuanku saat ini adalah ke butik, aku tidak berani jika harus pulang ke rumah orang tuaku. Apa kata mereka jika aku ke rumah mereka di dini hari seperti ini. Mereka pasti akan tahu jika aku sedang ada masalah dengan mas Adam. Sedangkan aku tidak ingin dulu memberitahu apa yang terjadi dengan nasib rumah tanggaku.

Sekitar pukul setengah empat pagi aku sampai di butik, aku lansung saja meletakan Salma di atas ranjang yang memang selalu ada di sini. Tempat aku beristirahat. Sejenak aku ikut berbaring di atas ranjang besama Salma, setelah merasa cukup istirahatnya aku langsung mengambil handphone lalu mengirim pesan pada Sinta, dia harus tahu bagaimana kelakuan sang kakak.

[Aku di butik dan sepertinya akan beberapa hari tinggal di sini. aku harap setelah membaca pesan ini kamu langsung datang padaku,]

Pesan pun segera aku kirim pada Sinta. UNtuk saat ini mungkin aku harus bisa pasrah dan menerima apapun yang akan terjadi. Aku sudah berusaha untuk bertahan, dan berusaha untuk jadi istri yang baik. Sayangnya semua kebaikan ku tidaklah dianggap oleh mas Adam.

Dan, sekarang aku ada di fase menyerah. Aku rasa hidup tanpa mas Adam pun aku akan tetap bisa hidup. Aku sudah terbiasa hidup serba sendiri meskipun ada sosok pria yang aku sebut suami.

Andai saja dulu aku tidak terlalu memaksakan pernikahan ini. mungkin hal menyakitkan ini tidak akan pernah terjadi. Rasa cintaku yang dulu mengalahkan segalanya membuat aku tutup mata. Tidak mau memikirkan perasaan mas Adam dulu.

"Aku akan balas rasa sakit ini, Mas!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    Hari Pernikahan

    Senang rasanya dia mau menerimaku sebagai suaminya. Meskipun belum ada cinta di hatinya tapi dia sudah mau menerimaku saja suatu kemajuan yang luar biasa. Aku berjanji akan selalu membuat dia bahagia. Aku akan mengutamakan dia dan anaknya. Saat aku hendak membeli cincin nikah, hal yang tidak terduga malah terjadi. Tiba-tiba Adam datang dan memaksa Khansa untuk ikut bersamanya. Aku sebagai calon suaminya tentu tidak rela hingga terjadi adu mulut. Sebagai seorang pria merasa malu atas sikap Adam. Dulu dia tanpa perasaan membuang Khansa, sekarang setelah hubungan mereka pisah terus mengganggu' bahkan kekeh ingin rujuk kembali. Khansa pasti pusing jika harus dihadapkan dengan pria semacam Adam. Oleh karena itu, Khansa memberikan satu kesempatan Adam untuk bicara dengannya. Aku tidak tahu apa yang ingin mereka bahas. Aku duduk sedikit menjauh, aku hanya bisa memperhatikan mereka tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Gatal! rasanya gatal ingin menghajarnya. Semakin lama, aku jus

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    MENIKAHLAH DENGANKU (2)

    Setelah Adam pergi, aku langsung teringat pada Khansa dan Salma. Mereka pasti ketakutan. Begitu pikirku. Lalu aku langsung mengetuk kaca mobil Khansa, aku mengintip dari balik kaca mobil yang hitam itu, aku bisa melihatnya walaupun tidak jelas. Khansa tertunduk, seraya memeluk Khansa. Aku kembali menggedor kaca mobil meminta ia untuk keluar. Khansa menengok ke arah kaca mobil, lalu ia langsung membuka pintu mobil. Dia terdiam seraya matanya memerah. Ia lalu keluar dari dalam mobilnya. "Kenapa kamu di sini? Kenapa kamu selalu ada untukku?" ujarnya, aku tahu dia sedih dan ketakutan. "Aku sudah bilang, akan selalu ada untukmu. Apa pun yang terjadi, akulah orang pertama yang akan hadir membantu," jawabku. Ia lalu terdiam. "Ayo keluar! Kita pulang naik mobilku," ujarku lagi, aku tidak mau di menyetir sendiri dalam keadaan ketakutan seperti ini "Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih atas bantuannya. Dan tolong jangan terlalu baik padaku," katanya membuat aku mengerutkan kening,

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    MENIKAHLAH DENGANKU

    Hubungan kami semakin dekat, meski belum ada tanda-tanda jika Khansa sudah menerimaku . Tapi setidaknya ada kemajuan dalam interaksi kami. Kami jadi tidak kaku lagi. Bahkan kami sudah seperti saling mengenal sejak lama. Wajar sih, kami akrab baru dua hari ini. Tidak mudah pasti bagi Khansa untuk kembali membuka hati apalagi dia menjadi korban keegoisan suaminya. Hari ini entah kenapa ingin rasanya menemui Khansa dan anaknya Salma. Apa rindu? Bisa jadi. Sebelum ke rumah Khansa aku memutuskan untuk membeli sesuatu, semisal makanan? Barang? Atau apa? Aku malah bertanya-tanya sendiri pada diriku. Aku belum pernah berpengalaman dekat dengan wanita, jadi tidak tahu apa yang sekiranya cocok dibawa ketika berkunjung ke rumah crush. Pusing memikirkannya, akhirnya aku tidak membawa apapun. Aku hanya membawa keberanian semata. Ketika sampai di rumah Khansa, aku begitu terkejut. Melihat Khansa yang tengah khawatir. Dan ternyata penyebabnya adalah Salma demam. Aku berusaha untuk membantu

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    BERI AKU KESEMPATAN

    Orang tua Khansa menelponku, beliau bilang aku harus ke Surabaya karena beliau sudah membuat janji dengan Khansa. Janji untuk mempertemukan kami. Karena kejadian itu pula, kejadian di mana Khansa akan dilecehkan oleh mantan suami yang menyebabkan Khansa memutuskan untuk secepatnya pindah ke Surabaya. Mendengar berita mendadak ini tentu membuat aku terkejut. Kenapa orang tua Khansa tidak memberikan aku waktu untuk bersiap diri? Setidaknya aku bisa mengumpulkan kekuatan untuk bertemu dan bertatap muka dengan Khansa. "aku belum siap

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    APAKAH WAKTUNYA SUDAH TIBA?

    Sepertinya, Tuhan benar-benar akan segera menjawab keinginanku. Apa mungkin Tuhan benar-benar tahu jika perasaan cinta untuk Khansa itu tulus? Perasaan cinta yang kumiliki bukan sekadar perasaan cinta, tapi ini jauh melebihi kisah cinta Laila majnun. Aku akan melakukan apapun untuk wanita yang aku cintai termasuk menunggunya, sampai Tuhan berkata "Waktu kalian untuk bersama sudah tiba" Dan tepat hari ini, aku mendengar berita perceraian Khansa. Sungguh ini berita paling bahagia bagiku, setidaknya satu penghalang untuk mendapatkan Khansa tidak ada. Singkat cerita, aku belum punya keberanian untuk bertindak. Masih ragu dan bingung bagaimana cara memulai untuk mendekatinya. Jika aku mendekatinya secara langsung tidak mungkin kan? Atau mungkin berpura-pura saling bertabrakan lalu saling minta maaf lalu selanjutnya hubungan semakin dekat? Ah tidak! Aku tidak mau cara itu. Terlalu dramatis. Lalu tiba-tiba aku dengar berita dari ibu, akan ada jamuan makan malam untuk semua kolega b

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    AKU TIDAK BISA!

    Hari-hari yang aku lihat tentang kehidupan Khansa hanyalah kesedihan semata. Oh Tuhan! Kenapa di dunia ini ada wanita sesabar ini? Kenapa ada wanita yang rela bertahan hidup dengan pria yang jelas-jelas membuat dirinya menderita? Aku rasanya ingin membawa kabur Khansa. Tapi ibunya tetap bilang tunggu sampai Khansa menyerah sendiri. Jika sampai detik ini Khansa masih bertahan itu artinya Khansa masih sanggup menjalani problematik rumah tangga. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah membantunya sebisaku, jangan sampai Khansa merasa kesulitan. Karena Adam sama sekali tidak pernah ada membantu dikala Khansa kesulitan. Khansa benar-benar melakukan seorang diri. Tepat dua tahun pernikahan mereka, dan selama itu pula aku masih setia menunggu Khansa dan masih setia mengawasi Khansa, melindunginya tanpa dia ketahui. orang tua Khansa sudah berulangkali memintaku untuk menyerah, untuk melupakan Khansa. Tapi, aku tidak bisa. Apalagi tahu bagaimana dia diperlakukan oleh suaminya. "Nak,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status