Share

KITA CERAI

Penulis: E. K
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 10:14:20

"Kita cerai!"

Perkataanku tertahan di udara saat Mas Adam mengucapkan kalimat keramat. Kalimat yang sangat tidak ingin aku dengar. Kalimat yang membuat hati ini tak terima. Aku harap apa yang aku dengar adalah halusinasi atau mungkin aku yang salah dengar. Atau mungkin mas Adam tengah bercanda.

Aku tertawa kecil, menertawakan perkataan mas Adam yang aku anggap sebuah candaan itu. Lebih tepatnya aku berusaha untuk husnuzon. "Mas bercandamu itu keterlaluan. Bagaimana jika malaikat...."

"Aku serius! Apa kamu tidak melihat wajah seriusku, hah? Aku sudah bosan sama kamu! Semakin hari aku semakin muak sama kamu. Coba kamu bercermin! Wajahmu itu sungguh sangat mengganggu pemandangan. Dan lihat pula bagaimana tubuhmu! Kamu istri seorang CEO tapi berpenampilan layaknya seorang pembantu."

Nyesss...

Perkataan mas Adam sungguh ngena ke hati. Betapa tegangnya ia berbicara seperti itu padaku. Apakah berpenampilan menarik memang modal utama menjadi istri Mas Adam? Jika pun iya tapi tidak harus menghinaku bahkan berniat menceraikanku.

"Mas kenapa kamu bicara seperti itu?"

"Asal kamu tahu, Khansa. Telingaku rasanya panas terus mendengarkan desas-desus karyawan yang selalu membicarakan kamu. Oke, aku akan senang hati jika yang mereka bicarakan tentang kelebihanmu. Tapi ini apa? Mereka justru menertawakan kamu, mereka berucap jika kita tidaklah cocok. Jika...."

"Dan kamu malah mengikuti ucapan mereka?" selaku, mungkin karena terlalu keras membuat Salma yang tertidur di pangkuanku terbangun. Aku pun kembali mengepuk- ngepuk punggungnya agar kembali tidur.

"Gunakan akal sehatmu, Mas. Harusnya jika aku dipermalukan seperti itu kamu sebagai suami harus tegas. Mana pembelaan kamu untukku? Dan aku akui, aku memang tidak seperti wanita pada umumnya yang pandai berdandan. Memerahkan bibir, mendempul kulit wajah agar terlihat putih. Aku pikir hal itu tidaklah penting. Apa kamu pikir berumah tangga itu hanya urusan penampilan saja? Tidak bukan? Lantas kenapa Hanya karena ini kamu tega lakuin ini ke aku?"

Wajah mas Adam terlihat memerah, aku yakin dia sebenarnya menahan amarahnya. Ia berusaha untuk tidak meledak-ledak.

"Dengerin aku Khansa! Kamu harusnya bisa menyesuaikan diri, siapa aku? Apa kamu juga enggak pernah berpikir bagaimana orang-orang akan mengataiku? Mengataiku karena memiliki istri burik seperti kamu? Dan mesti kamu tahu penyesalan terbesar dalam hidupku adalah menikahi kamu hingga memiliki anak darimu. Aku sungguh menyesal!"

Ya Tuhan! Fakta apa lagi ini? Setelah tahu mas Adam berselingkuh dan sekarang aku harus tahu kenyataan jika selama ini mas Adam teramat menyesali telah menikahiku. Sehina itukan aku di mata Mas Adam?

Apakah selama ini cintaku bertepuk sebelah tangan? Apa semua yang sudah aku lakukan padanya tidak ada artinya? Termasuk kehadiran Salma apa dia benar-benar menyesalinya?

"Kamu keterlaluan, Mas! Kamu tega sama aku! Kamu memang pria terkejam yang pernah aku kenal. Aku menyesal sudah berani mencintai pria seperti Kamu. Pria yang tidak punya pendirian, pria yang gampang terpengaruh hasudan orang," ucapku dengan marah.

"Sudahlah jangan banyak ngomong! Mau seperti apapun aku tidak akan cabut keinginan untuk bercerai darimu. Aku sudah serahkan berkas-berkas perceraiannya ke pengacaraku. Kamu tinggal tahu beres," ucapan Mas Adam sungguh membuat aku terkejut. Apa sudah sejauh itu langkah Mas Adam? Apa dia benar-benar sudah tidak ingin bersamaku lagi? Lalu Salma bagaimana?

"Kamu egois, Mas! Tidakkah kamu bertahan demi Salma? Kalau pun kamu memang tidak suka dengan penampilanku kamu bisa kan ngomong? Kita bicarakan baik-baik menyelesaikan masalah ini?"

"Bercerai adalah solusi terbaik bagiku,"

"Sayang kenapa lama?"

Tiba-tiba aku mendengar suara wanita, aku pun langsung menoleh ke sumber suara. Aku tertegun, mulutku rasanya terkunci, tubuhku pun mendadak kaku tidak bisa digerakkan saat melihat seorang wanita berbaju terbuka dan cantik menuruni anak tangga.

Aku lalu menoleh ke arah mas Adam. Tatapanku mengisyaratkan minta penjelasan. Meskipun aku tahu dia pasti selingkuhan Mas Adam dan yang membuat aku terkejut wanita itu adalah sekretaris mas Adam.

"Kenapa sekretarismu ada di sini? Sayang? Apa aku tidak salah dengar, dia memanggilmu sayang?" Tanyaku, sebenarnya aku berpura-pura tidak tahu kelakuannya. Aku ingin dengar langsung dari mulut Mas Adam sendiri.

Mas Adam tidak langsung menjawab, ia justru merentangkan sebelah tangannya seraya tersenyum lebar. Lalu sang sekretaris itu menyambut tentangan tangan Mas Adam dengan sama-sama tersenyum. Ia bahkan langsung bergelayut manja.

Astaghfirullah! Mereka sungguh keterlaluan. Jadi... Wanita yang waktu itu aku lihat adalah dia? Sekretarisnya?

"Tunggu! Apa-apaan ini? Apa arti semua ini?" Tanyaku dan lagi aku pura-pura tidak tahu.

Di depan mataku mas Adam memberikan kecupan di kening wanita itu. Salah satu bentuk perilaku yang sudah lama tidak pernah Aku dapatkan dari mas Adam. Tapi... Wanita itu justru dengan mudahnya mendapatkan.

"Tanpa aku beritahu seharusnya kamu sudah paham. Lihatlah! Coba kamu bandingkan sendiri antara kamu dan kekasihku. Perbedaanya sangat jauh bukan? Kamu dan kekasihku bagaikan langit dan bumi."

Tak terasa air mataku mengalir begitu saja. Padahal aku berusaha untuk tidak menitikkan airmata berhargaku ini demi pria tak setia seperti mas Adam, pria yang memandang seseorang dari penampilan saja.

Kenapa dia berubah? Tapi... Jika mengingat ke belakang mas Adam memang tidak pernah memandangku dengan tatapan cinta. Seolah apa yang dulu dia lakukan padaku hanya sebatas kewajiban tanpa adanya rasa.

Padahal, aku selalu memberikan segenap cintaku. Memberikan dedikasi tulus padanya. Dan semuanya terasa percuma, makin jelas perubahannya saat aku membuka butik dan melahirkan Salma. Perbedaanya sangat kentara.

Aku akui, sejak awal memang aku yang mengejarnya. Selama kurang lebih enam bulan mengejarnya , akhirnya ia luluh meskipun ada bantuan dari keluargaku.

"Mulai malam ini, dia akan tinggal di sini. Dan untuk kamu, aku beri kamu waktu untuk tetap tinggal di sini sampai keputusan cerai keluar."

Aku tidak mampu untuk berkata-kata lagi, kini selain menceraikanku, aku pun diusir. Aku sudah seperti barang bekas yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Apa dia tidak berpikir tentang anaknya? Apa dia tidak peduli pada Salma?

"Apa kamu sama sekali tidak memedulikan Salma? Apa kamu akan tega mengusirku dengan Salma darah dagingmu sendiri? Ayah macam apa Kamu Mas! Di luar sana ada begitu banyak calon ayah yang tak kunjung diberi kepercayaan menjadi ayah. Tapi kamu sudah jelas-jelas sudah menjadi ayah, begitu tidak peduli. Kau bertindak seolah-olah tidak ada Salma diantara kita, kau...."

"Sejak awal aku tidak pernah mau memiliki anak darimu. Tapi, waktu itu aku kecolongan hingga akhirnya kau hamil. Kau masih ingat saat kamu terjatuh? Itu aku yang melakukannya, aku ingin anak yang kamu kandung mati!"

Tak terasa air mataku kembali berlinang, Setega itukan Mas Adam? Hingga anak kandung sendiri ingin ia lenyapkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    Hari Pernikahan

    Senang rasanya dia mau menerimaku sebagai suaminya. Meskipun belum ada cinta di hatinya tapi dia sudah mau menerimaku saja suatu kemajuan yang luar biasa. Aku berjanji akan selalu membuat dia bahagia. Aku akan mengutamakan dia dan anaknya. Saat aku hendak membeli cincin nikah, hal yang tidak terduga malah terjadi. Tiba-tiba Adam datang dan memaksa Khansa untuk ikut bersamanya. Aku sebagai calon suaminya tentu tidak rela hingga terjadi adu mulut. Sebagai seorang pria merasa malu atas sikap Adam. Dulu dia tanpa perasaan membuang Khansa, sekarang setelah hubungan mereka pisah terus mengganggu' bahkan kekeh ingin rujuk kembali. Khansa pasti pusing jika harus dihadapkan dengan pria semacam Adam. Oleh karena itu, Khansa memberikan satu kesempatan Adam untuk bicara dengannya. Aku tidak tahu apa yang ingin mereka bahas. Aku duduk sedikit menjauh, aku hanya bisa memperhatikan mereka tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Gatal! rasanya gatal ingin menghajarnya. Semakin lama, aku jus

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    MENIKAHLAH DENGANKU (2)

    Setelah Adam pergi, aku langsung teringat pada Khansa dan Salma. Mereka pasti ketakutan. Begitu pikirku. Lalu aku langsung mengetuk kaca mobil Khansa, aku mengintip dari balik kaca mobil yang hitam itu, aku bisa melihatnya walaupun tidak jelas. Khansa tertunduk, seraya memeluk Khansa. Aku kembali menggedor kaca mobil meminta ia untuk keluar. Khansa menengok ke arah kaca mobil, lalu ia langsung membuka pintu mobil. Dia terdiam seraya matanya memerah. Ia lalu keluar dari dalam mobilnya. "Kenapa kamu di sini? Kenapa kamu selalu ada untukku?" ujarnya, aku tahu dia sedih dan ketakutan. "Aku sudah bilang, akan selalu ada untukmu. Apa pun yang terjadi, akulah orang pertama yang akan hadir membantu," jawabku. Ia lalu terdiam. "Ayo keluar! Kita pulang naik mobilku," ujarku lagi, aku tidak mau di menyetir sendiri dalam keadaan ketakutan seperti ini "Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih atas bantuannya. Dan tolong jangan terlalu baik padaku," katanya membuat aku mengerutkan kening,

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    MENIKAHLAH DENGANKU

    Hubungan kami semakin dekat, meski belum ada tanda-tanda jika Khansa sudah menerimaku . Tapi setidaknya ada kemajuan dalam interaksi kami. Kami jadi tidak kaku lagi. Bahkan kami sudah seperti saling mengenal sejak lama. Wajar sih, kami akrab baru dua hari ini. Tidak mudah pasti bagi Khansa untuk kembali membuka hati apalagi dia menjadi korban keegoisan suaminya. Hari ini entah kenapa ingin rasanya menemui Khansa dan anaknya Salma. Apa rindu? Bisa jadi. Sebelum ke rumah Khansa aku memutuskan untuk membeli sesuatu, semisal makanan? Barang? Atau apa? Aku malah bertanya-tanya sendiri pada diriku. Aku belum pernah berpengalaman dekat dengan wanita, jadi tidak tahu apa yang sekiranya cocok dibawa ketika berkunjung ke rumah crush. Pusing memikirkannya, akhirnya aku tidak membawa apapun. Aku hanya membawa keberanian semata. Ketika sampai di rumah Khansa, aku begitu terkejut. Melihat Khansa yang tengah khawatir. Dan ternyata penyebabnya adalah Salma demam. Aku berusaha untuk membantu

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    BERI AKU KESEMPATAN

    Orang tua Khansa menelponku, beliau bilang aku harus ke Surabaya karena beliau sudah membuat janji dengan Khansa. Janji untuk mempertemukan kami. Karena kejadian itu pula, kejadian di mana Khansa akan dilecehkan oleh mantan suami yang menyebabkan Khansa memutuskan untuk secepatnya pindah ke Surabaya. Mendengar berita mendadak ini tentu membuat aku terkejut. Kenapa orang tua Khansa tidak memberikan aku waktu untuk bersiap diri? Setidaknya aku bisa mengumpulkan kekuatan untuk bertemu dan bertatap muka dengan Khansa. "aku belum siap

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    APAKAH WAKTUNYA SUDAH TIBA?

    Sepertinya, Tuhan benar-benar akan segera menjawab keinginanku. Apa mungkin Tuhan benar-benar tahu jika perasaan cinta untuk Khansa itu tulus? Perasaan cinta yang kumiliki bukan sekadar perasaan cinta, tapi ini jauh melebihi kisah cinta Laila majnun. Aku akan melakukan apapun untuk wanita yang aku cintai termasuk menunggunya, sampai Tuhan berkata "Waktu kalian untuk bersama sudah tiba" Dan tepat hari ini, aku mendengar berita perceraian Khansa. Sungguh ini berita paling bahagia bagiku, setidaknya satu penghalang untuk mendapatkan Khansa tidak ada. Singkat cerita, aku belum punya keberanian untuk bertindak. Masih ragu dan bingung bagaimana cara memulai untuk mendekatinya. Jika aku mendekatinya secara langsung tidak mungkin kan? Atau mungkin berpura-pura saling bertabrakan lalu saling minta maaf lalu selanjutnya hubungan semakin dekat? Ah tidak! Aku tidak mau cara itu. Terlalu dramatis. Lalu tiba-tiba aku dengar berita dari ibu, akan ada jamuan makan malam untuk semua kolega b

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    AKU TIDAK BISA!

    Hari-hari yang aku lihat tentang kehidupan Khansa hanyalah kesedihan semata. Oh Tuhan! Kenapa di dunia ini ada wanita sesabar ini? Kenapa ada wanita yang rela bertahan hidup dengan pria yang jelas-jelas membuat dirinya menderita? Aku rasanya ingin membawa kabur Khansa. Tapi ibunya tetap bilang tunggu sampai Khansa menyerah sendiri. Jika sampai detik ini Khansa masih bertahan itu artinya Khansa masih sanggup menjalani problematik rumah tangga. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah membantunya sebisaku, jangan sampai Khansa merasa kesulitan. Karena Adam sama sekali tidak pernah ada membantu dikala Khansa kesulitan. Khansa benar-benar melakukan seorang diri. Tepat dua tahun pernikahan mereka, dan selama itu pula aku masih setia menunggu Khansa dan masih setia mengawasi Khansa, melindunginya tanpa dia ketahui. orang tua Khansa sudah berulangkali memintaku untuk menyerah, untuk melupakan Khansa. Tapi, aku tidak bisa. Apalagi tahu bagaimana dia diperlakukan oleh suaminya. "Nak,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status