Home / Rumah Tangga / Membalas Perselingkuhan Suami ASN / Bab 7 Pertemuan Yang Menegangkan

Share

Bab 7 Pertemuan Yang Menegangkan

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2023-09-21 08:43:21

"Pinjaman PNS tak perlu menggunakan surat-surat itu, Sabi. Kamu pikir aku bodoh!" Hasbi tetap berkilah. Membuat Sabi kian penasaran saja.

"Memang iya. Tapi aku hanya butuh surat-surat penting itu untuk pemberkasan, Mas. Apa salahnya sih," gerutu Sabi. Wanita itu dibuat geram dengan sikap Hasbi.

"Aku hanya pinjam, Mas. Lagi pula itu surat-surat yang seharusnya disimpan seorang istri," sambungnya menekan.

Namun, Hasbi masih saja diam mematung. Ia nampak kesulitan untuk menjawab.

"Mana, Mas? Aku akan ajukan pinjaman seratus juta untuk Mama kamu. Itu pun kalau surat yang aku minta sudah ada di depan mata." Sabrina kembali menekan.

Hasbi masih saja membeku. Dia kebingungan karena surat itu tak ada padanya. Akhirnya Sabrina memilih meninggalkan.

"Tunggu, Sabi!" Hasbi menahan langkah Sabrina.

"Akhirnya kamu bersuara juga." Sabrina kembali duduk di dekat Hasbi.

"Maaf, Sabi. Surat-surat itu tak ada padaku." Hasbi menundukan kepala.

"Apa maksudnya?" Dahi Sabi mengkerut tak paham.

"Surat rumah telah kugadaikan." Tanpa rasa bersalah Hasbi akhirnya mengaku.

"Apa!" Sabrina menggelengkan kepala sangat terkejut.

"Bagaimana dengan surat mobil?" Wanita itu kembali bertanya. Ruang tamu tiba-tiba terasa panas.

"Sama. Telah kugadaikan," jawab Hasbi lagi.

Sabrina menutup mulutnya yang menganga karena terkejut. Hatinya kembali tersayat. Lukanya kian bertambah parah. Ia segera bangkit dari tempat duduk memilih meninggalkan Hasbi yang berusaha menjelaskan. Dilemparnya pintu kamar lalu segera dikuncinya. Ia tak mau lagi bicara dengan sang suami yang semakin jelas mendusta.

"Sabi, dengarkan penjelasaku." Hasbi berusaha mengetuk pintu.

Tangisan Sabrina pecah di dalam kamar. "Tega kamu, Mas." Ia berdesis dalam tangisannya.

"Sabi, bukalah pintunya. Aku bisa jelaskan alasannya." Hasbi masih berusaha membujuk. Namun pintu kamar itu tetap terkunci rapat.

Sampai malam, sampai suara Hasbi tak terdengar, Sabrina tetap mengurung diri di dalam kamar. Ini bukan tentang surat-surat rumah yang digadaikan suaminya. Kebohongan Hasbi tak bisa ditoleransi lagi. Ia bahkan sudah berbulan-bulan tak menerima nafkah pinansial dari sang suami.

***

"Surat-surat berharga milikku telah digadaikan oleh Mas Hasbi. Aku tak merasa menerima sepeser pun uangnya." Sabrina kembali mengadu pada Jaka lewat sambungan telepon. Hanya pada Jaka, ia bisa bercerita.

"Tenang, Sabi." Hanya satu kata balasan dari Jaka di sebrang sana.

"Mana bisa tenang, Jak. Selain berbohong, Mas Hasbi juga telah menipuku." Suara isak tangis Sabrina terdengar jelas oleh Jaka.

"Aku tak mau menunda waktu lagi. Aku akan segera urus perceraianku dengan Mas Hasbi," imbuh Sabi dengan yakin.

"Lakukanlah apa yang terbaik menurutmu. Aku akan mendukung," balas Jaka di sebrang sana.

Dalam sambungan telepon itu, Sabrina meminta bantuan Jaka. Ia akan melakukan pertemuan dengan Miranda. "Tolong temui Miranda, lalu buat pertemuan dengannya lusa malam. Jika dia bertanya, katakan padanya kalau aku akan membawa istrinya Mas Hasbi."

"Baiklah, Sabi. Aku akan membantumu." Jaka mengiyakan hingga sambungan telepon itu berakhir.

Esok harinya setelah pulang sekolah, Sabrina sudah memberikan bukti-bukti kesalahan Hasbi pada atasannya dan segera diproses. Dia juga akan melayangkan gugatan cerai dengan bukti yang sudah berada dalam genggaman. Keputusannya sudah bulat, ia akan mengakhiri semuanya. Tak ada yang bisa dipertahankan dari sebuah kebohongan.

Dia akan membuat perhitungan dengan, Hasbi. Memberinya pelajaran tentang konsekuensi ASN yang berkhianat.

***

Di sebuah caffe bernuansa jepang. Nampak wanita cantik yang usianya sekitar 25 tahun sudah duduk santai di kursi yang telah dipesan seseorang. Dia adalah Miranda Lestari yang datang sendirian atas permintaan Sabrina Mecca. Dia memenuhi undangan Sabrina karena penasaran dengan istri pertama suaminya sebagai mana dijanjikan Sabrina. Wajahnya tegang. Ia memainkan ke dua tangannya di atas meja seraya melirik ke kana dan ke kiri.

Tak lama, Hasbi pun datang. Betapa terkejutnya ia melihat istri mudanya sudah duduk di kursi tempat tujuannya malam ini.

"Sedang apa kamu di sini?" Hasbi segera melontarkan pertanyaan pada Miranda begitu sampai di kursi tujuan. Bagaimana mungkin Miranda bisa berada di caffe yang sama malam ini, padahal sebelumnya izin hendak ke rumah sang mertua.

"Mas, aku yang harusnya bertanya. Kamu kok bisa ada di sini?" Miranda pun tak kalah terkejutnya. Ia langsung berdiri menatap suaminya yang tegang. Sementara sebelumnya Hasbi telah pamit dengan alasan bertugas.

"Kok kamu malah balik tanya sih? Kamu jawab saja, ngapain kamu ada di sini?" Wajah Hasbi semakin terlihat tegang. Bagaimana tidak, kedatangannya ke caffe itu atas undangan Sabrina yang berkata akan memberikan uang setarus juta setelah makan malam dipenuhi.

Pasangan suami istri itu berdiri sambil memasang wajah tegang. Tanpa pikir panjang, Hasbi segera meminta Miranda untuk pulang.

"Aku ada kepentingan bertemu seseorang. Miranda, pulanglah sekarang. Kasihan, Aksa. Kamu titipkan dimana dia?" perintah Hasbi yang sepertinya ditolak Miranda. Padahal dia tak mau kalau sampai Miranda bertemu dengan Sabrina.

Istri muda Hasbi langsung menggelengkan kepala. "Tidak, Mas. Aku juga ada keperluan penting. Aku harus bertemu temanku malam ini. Mas saja yang pulang dan temani, Aksa," bantahnya untuk pertama kali.

Hasbi berdecak kesal lalu meraih tangan Miranda. "Pulang sekarang dan kamu harus nurut!" pintanya lagi dan tak bisa dibantah. Namun, Miranda tetap menggelengkan kepala.

"Cukup, Mas! Tak usah dipaksa." Suara sopran menimpali dan membuat pasangan suami istri itu serentak mengalihkan pandangan ke sumber suara.

"Sabi!"

Kedatangan Sabrina seketika membuat Hasbi melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Miranda. Ia terkesiap dengan kedatangan sang istri pertama yang terlalu cepat.

Sabrina memasang senyuman manis pada keduanya. "Maaf jika terlambat. Silahkan duduk kembali." Ia mempersilahkan. Sikapnya membuat Hasbi kian resah.

'Apa maksud dia dengan semua ini?' batin Hasbi bertanya-tanya. Isi dadanya bergemuruh resah.

"Loh! Kok kalian berdua malah bengong? Relaks saja. Silahkan duduk karena saya memang sengaja mengundang kalian berdua. Ada hal yang ingin saya bicarakan." Sabrina dengan ramah. Ia duduk terlebih dahulu di kursi yang berhadapan dengan pasangan suami istri yang wajahnya kian tegang malam ini. Senyuman yang menggaris di bibirnya membuat Hasbi kian resah.

Sementara Miranda, akhirnya ia berusaha mengatur emosi. Wanita itu duduk dengan tenang memenuhi perintah Sabrina.

"Duduk saja, Mas," kata Miranda. Kebetulan ada Hasbi. Dia juga ingin tahu seperti apa tanggapan suaminya nanti.

Hasbi yang bergeming, ia kemudian duduk. Sesekali dilihatnya wajah Sabrina yang nampak tenang kemudian beralih ke arah Miranda yang juga terlihat tenang.

"Mas Hasbi, tidak usah gugup. Tenang saja," sindir Sabrina seraya mengulum senyum misteri bagi Hasbi.

"Apa maksud kamu mengundang aku dan Miranda ke sini? Sejak kapan kamu mengenal Miranda?" Dua pertanyaan langsung keluar dari mulut Hasbi.

"Karena ada masalah yang penting dan harus diluruskan, Mas." Dengan santainya Sabrina menjawab.

"Miranda, apa kamu sudah mengenal dia?" Hasbi bertanya pada Miranda kemudian tatapannya beralih pada Sabrina.

"Tentu saja Miranda mengenal aku, Mas. Dia kan sempat menyekolahkan anaknya di sekolah dasar tempatku mengajar. Dan kalian sungguh beruntung memiliki anak yang sangat ganteng dan lucu seperti, Aksa." Sabrina menembak Hasbi dengan sindiran yang langsung menusuk jantung.

"Oh yah, Miranda." Sabrina menyodorkan telapak tangan kanannya pada Miranda, mengajak wanita idaman suaminya untuk berjabat tangan.

"Perkenalkan, saya adalah Sabrina Mecca—istri sah dari Hasbi Adhitama."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nang Wahyu Awan
menegangkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 219 Akhir Yang Indah

    Suatu hari Jaka memanggil Sabrina dan anak-anaknya di ruang keluarga. Di sana juga ada Jeni yang turut serta hadir. Jaka meminta pada Sabrina untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.Awalnya Sabrina terlihat ragu menerima tawaran suaminya, akan tetapi ia menyanggupi karena Jaka memaksa dan tak mau ditolak ajakannya.Hingga akhirnya dua kendaraan roda empat akan melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian baru. Dua mobil itu berisi Jaka, Sabrina, Jeni dan empat anak termasuk suster yang turut serta mendampingin. Mereka akan belanja bersama terutama untuk keperluan ulang tahun Aksa yang tinggal menghitung hari.Sabrina nampak berjalan seiringan dengan Jaka setelah sampai di pusat perbelanjaan. Jaka meminta Sabrina memilih apa pun yang diinginkan. Wanita mana yang tak bahagia dengan perlakuan suami seperti Jaka. Sabrina bagaikan satu-satunya wanita paling beruntung di dunia."Sayang, kamu pilih apa pun yang kamu but

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 218 Sedikit Gangguan

    "Kenapa, Ma?" Sabrina segera bertanya. Tentu ia masih terkajut dengan jawaban mertuanya."Tapi bohong. Mama setuju dong. Masa iya Mama gak setuju," ralat Jeni yang rupanya hanya bercanda saja.Seketika Sabrina dan Aksa menghela napas lega secara bersamaan."Ya ampun, Mama. Sungguh aku sampai kaget. Aku pikir Mama benar-benar gak setuju." Sabrina mengusap dadanya. Tak disangka kalau mertuanya senang bergurau."Omah, Aksa juga kaget," timpal Aksa masih memasang wajah terkejutnya.Gegas Jeni memeluk Aksa. "Maaf, Sayang. Omah bercanda. Omah 'kan sayang sama Aksa, masa iya gak setuju. Kita akan rayakan ulang tahun Aksa dengan meriah ya. Pokonya kita akan happy-happy," sambutnya. Jeni tampak menampilkan wajah bahagianya kali ini."Terima kasih, Omah. Aksa sayang sekali sama Omah," ucap Aksa yang kembali memeluk Jeni."Omah juga sayang sama, Aksa," balas Jeni.Melihat itu, Sabrina semakin melebarkan senyumannya. Ia semakin dibuat bahagia dengan keadaan di rumah mewah itu."Terima kasih ya, M

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 217 Perhatian Yang Sempurna

    Mendengar cerita Sabrina, seketika Jeni tercengang. "Lalu, apa yang Raisa sampaikan sama kamu, Sabi?" tanyanya penasaran."Raisa mengucapkan terima kasih padaku, Ma. Dia berterima kasih karena aku tela merawat dan menjaga Abang Yusuf dengan baik." Sabrina kembali menjelaskan.Isi dada Jeni terasa bergetar mendengar itu. "Pasti Raisa merasa tenang di alam sana. Kamu telah menjaga Yusuf dengan baik. Mama yakin Raisa bangga padamu, Sabi."Sabrina menurunkan tatapan. Ia masih ingat dengan jelas wajah Raisa kala itu. "Semoga saja ya, Ma. Aku tidak menganggap Abang Yusuf anak tiri kok. Meski pun dia tak lahir dari rahimku, aku menyayanginya bagai anak kandung sendiri," tuturnya."Karena kamu memang wanita baik, Sabi. Mama sungguh bangga bisa mendapatkan menantu seperti kamu. Jaka memang tak pernah salah mencintai kamu," balas Jeni. Sabrina hanya bisa menyodorkan senyuman saat sang mertua memujinya.Sampai saat ini dunia Sabrina memang terasa lebih berwarna dari biasanya. Anak-anaknya berpa

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 216 Kebahagiaan Yang Sempurna

    Satu bulan kemudian keluarga Dirgantara nampak disibukan dengan persiapan pernikahan Sesil yang tinggal menghitung hari.Adik Sabrina itu nampak disibukan dengan segala macam persiapan menjelang pernikahannya. Hingga Sabrina pun harus turun tangan dalam membantu adik kandungnya itu.Hingga tiba pada saat ijab kabul pernikahan terucap dengan lantangnya oleh pria yang Sesil cintai. Pernikahan telah sah dilangsungkan dan Sesil telah diperistri kekasihnya. Satu hari usai pernikahan, Sesil dan suaminya langsung terbang ke bali untuk bulan madu selama satu minggu. Tentu suasana saat ini semakin membuat Sabrina lega dan bahagia karena tugasnya menjaga Sesil kini telah berpindah pada suami Sesil.Sabrina kian merasa bahagia dengan keluarga saat ini. Ia juga bahagia dengan kesibukannya saat ini sebagai ibu rumah tangga untuk empat anak-anaknya.Pagi ini bahkan Sabrina nampak sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah Aksa. Sabrina juga selalu menemani Aksa sarapan di ruang makan bersama Jaka yang j

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 215 Mimpi

    Sabrina dan Jaka mengukir senyuman yang lebar tatkala melihat Sesil dan Jeni berpelukan. Keluarga yang nyaris sempurna setelah beberapa kali terpa ujian."Permisi, Nyonya. Makan malam sudah siap." Ijah melapor pada majikannya yang tengah bercengkerama."Oh iya. Terima kasih, Jah," ucap Jeni.Ijah tersenyum. "Sama-sama, Nyonya," balasnya kemudian berlalu setelah tugasnya selesai.Sementara Jeni segera mengajak keluarganya untuk segera makan malam, "Ayo kita makan malam bersama dulu yu."Serentak Sabrina, Aksa, Jaka dan Sesil mengangguk secara bersamaan sebagai pertanda mengiyakan ajakan Jeni barusan. Gegas mereka beranjak dari tempat duduk beralih menuju ruang makan.Di atas meja makan sudah tersaji aneka makanan yang lezat hasil dari masakan Ijah. Pembantu rumah tangga itu memang spesial memasak untuk malam ini. Melihat keluarga majikannya yang akur dan bahagia, ia merasa sangat senang.Ijah, Siti dan Iyem yang berada di ruangan sebelah ruang makan nampak tersenyum melihat kebersamaan

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 214 Rencana Pernikahan Sesil

    Sabrina akhirnya membiarkan Aksa tetap ikut bersama Sesil. Ia juga paham sebab tak ada yang menemani Sesil di rumahnya. Sabrina kembali masuk ke mobil suaminya.Sementara Aksa satu mobil bersama Sesil akan kembali ke rumahnya. Suasana hati Aksa sedikit membaik setelah ditenangkan oleh Sabrina tadi. Air matanya sudah surut namun ia memilih tetap diam dalam perjalanan pulang tanpa banyak bicara.Sesekali sebelah tangan Sesil mengusap rambut tebal Aksa. Sulit dijelaskan, tapi dia sudah menyayangi Aksa. Aksa memang terlahir dari orang tua yang tak lain adalah mantan suami Sabrina tapi Sesil tak lagi mempermasalahkan itu. Ia sudah menyayangi Aksa dengan sebenar-benarnya.'Ya Tuhan, anak kecil di dekatku sungguh malang. Dia tak menginginkan kesedihan ini terjadi. Izinkan hamba untuk selalu menjaga dan merawatnya sampai dewasa nanti,' harap Sesil dalam hati.Harapan yang sama yang tengah diucapkan Sabrina saat ini. Dalam perjalanan pulang bersama suaminya, Sabrina masih memikirkan perasaan A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status