Sabrina Mecca, wanita cantik berusia 30 tahun dikejutkan dengan paras siswa baru tempatnya mengajar. Wajah siswa baru itu sangat mirip dengan wajah suaminya, Hasbi Adhitama. Bukan hanya parasnya, nama siswa baru itu pun nyaris sama dengan nama suaminya. Apakah selama 10 tahun pernikahan ada yang tengah disembunyikan oleh suami Sabrina yang seorang Brimob?
View More“Sabi, entah kamu terlalu baik, atau terlalu polos. Kok bisa kamu tidak pernah curiga sama suamimu yang jarang ada di rumah?”
Pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya membuat Sabrina Mecca, atau yang kerap disapa Sabi itu tersentak. Tapi, wanita itu berusaha menghiraukannya, dia tak ingin mencurigai suaminya sendiri.“Suamiku kan Brimob, gak heran kalau dia jarang pulang karena selalu dinas ke luar kota. Mungkin memang dia sedang sibuk,” ucap Sabrina setengah menghibur dirinya sendiri."Iya sih. Tapi, aku sarankan jangan terlalu nyaman dengan buaian lelaki. Apalagi pernikahan kalian sudah menginjak tahun ke sepuluh, dan belum juga dikaruniani momongan. Percaya memang boleh, tapi gak ada salahnya untuk berjaga-jaga, Sabi."Berkat percakapan dengan sahabatnya tadi siang, wanita berusia 30 tahun itu gelisah hingga tak bisa memejamkan kedua bola matanya untuk malam ini. Pasalnya, lagi-lagi, suaminya tak pulang setelah satu bulan bertugas di luar kota.Bukannya tertidur, Sabrina justru semakin resah. Padahal, wanita itu harus bagun pagi-pagi di esok hari karena jadwalnya mengajar di SDN Cisarua kembali dimulai. Berusaha menghilangkan kegelisahannya, Sabrina pun mencoba memainkan ponselnya untuk sekadar menghilangkan penat.Tak tahu harus berbuat apa, Sabrina akhirnya membuka aplikasi w******p dan menekan nama suaminya. Wanita itu terkejut kala melihat tulisan online di profil sang suami. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, dan biasanya sang suami sudah terlelap di jam yang sama.Tak berpikir panjang, Sabi berinisiatif meneleponnya. Beberapa kali panggilan memang hanya berdering, tanpa jawaban. Namun, wanita itu tak menyerah, sehingga akhirnya panggilannya terjawab di percobaan keempat."Iya, Sabi. Ada apa?" Dengan suara lelah, Hasbi menjawab di seberang sana.Yang membuatnya bingung, adalah mengapa napas sang suami terdengar sedang berderu, seolah suaminya sedang lari maraton? Padahal ini sudah larut malam, jelas tak mungkin jika suaminya berlari. Terlebih, pria itu paling anti dengan olahraga."Mas, kamu belum tidur?" Sabrina bertanya sekedar basa-basi. Pasalnya, sudah satu bulan lamanya wanita itu tidak bertemu dengan sang suami, sehingga dirinya sudah sangat merindukan suaminya."Saya sedang tugas, Sabi. Ngapain sih, gangguin aja! Jika menelepon hanya untuk bicara sesuatu yang tak penting, matikan saja!" Suara Hasbi masih terdengar berat. Bahkan, kali ini bukan seperti habis berlari, tapi lebih terdengar seperti tengah olahraga angkat besi. Ngos-ngosan diiringi dengan suara lenguhan."Tunggu, Mas. Jangan dimatikan. Aku cuma ingin tahu kapan Mas akan pulang?" Sabrina segera menahan niat Hasbi yang akan mengakhiri sambungan teleponnya."Besok lusa! Sudah, saya mau kerja lagi!" jawab Hasbi singkat hingga terdengar suara sambungan telepon terputus.Sabrina menurunkan benda pipih itu dari telinganya. 'Sabi, janganlah berpikir yang aneh-aneh. Suami kamu sedang bertugas. Sampai pukul satu dini hari begini dia masih dengan tugasnya dan berjibaku dengan rasa lelahnya.' Sabrina bergumam dalam hatinya. Ia seperti tengah menyadarkan dirinya sendiri agar tak mencurigai suaminya.***Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, sehingga Sabrina memasang senyum terbaiknya untuk menyambut siswa-siswi yang baru mendaftar di Sekolah Dasar Negeri tempat Sabrina mengajar.Satu persatu siswa baru di kelas 1 SDN Cisarua mulai diajak Sabrina memperkenalkan diri. Mulai dari nama yang berawal dari huruf A."Aksa Adhitama." Sabrina memanggil anak laki-laki yang duduk paling depan.Dengan malu-malu, anak laki-laki itu pun maju ke depan kelas, memandang seluruh teman di kelasnya dengan gugup.Melihat itu, Sabrina pun bergegas untuk menemani muridnya. Dalam hati, pikiran Sabrina teralihkan dengan nama akhir dari anak laki-laki. Adhitama, nama itu adalah nama yang sama dengan nama akhir dari suaminya, Hasbi Adhitama. Namun, wanita itu berusaha menghiraukannya, karena jelas, bisa jadi memang kesamaan tersebut hanyalah kebetulan. Bahkan, banyak sekali yang memiliki nama Sabrina di tempatnya sekolah dulu."Aksa, perkenalkan diri kamu ke semua teman-temanmu, ya. Tak usah malu-malu, karena ada Bu guru di sini." Dengan nada ramah dan juga senyuman, Sabrina mempersilahkan anak laki-laki di sampingnya memperkenalkan diri. Tangannya sesekali menepuk-nepuk pundak muridnya itu untuk menenangkannya."Hai teman-teman," Anak laki-laki itu melambaikan tangan, "Perkenalkan, nama saya Aksa Adhitama. Usia saya 7 tahun." Aksa melebarkan senyuman. Rasa gugupnya hilang dengan keramahan Sabrina yang membawa suasana jadi riang."Wah namanya bagus sekali, ya? Yuk, teman-teman, sapa Aksa bersama," Sabrina mengayunkan tangannya, mengajak semua murid di kelasnya untuk menyapa bocah kecil di sampingnya.“Salam kenal, Aksa Adhitama.” ucap semua murid di dalam kelas dengan serentak.Sebelum mempersilakan anak laki-laki itu untuk kembali duduk, Sabrina berjongkok, menyesuaikan matanya dengan manik bocah itu, “Aksa, kalau ibu boleh tahu, siapa nama ibu dan ayah kamu, Nak?”Dengan spontan, anak laki-laki di hadapannya tersenyum, “Ibu saya namanya Miranda Lestari, Bu. Kalau Ayah, Hasbi Adhitama.”Mendengar itu, seketika Sabrina mematung dalam keterkejutan, darahnya seolah berhenti mengalir. Mengapa namanya bisa sama persis seperti nama suaminya?Berusaha menghilangkan pikiran buruknya, Sabrina menggelengkan kepala dengan cepat. Nama suaminya memang bagus, dan bisa jadi karena pasaran, sehingga wajar menurutnya jika ada pria yang memiliki nama yang sama dengan suaminya.Tak ingin suudzon, Sabrina pun melanjutkan perkenalan seluruh murid di kelasnya.Acara belajar sebagai perkenalan siswa baru telah selesai, semua anak-anak berhamburan keluar kelas, menghampiri orang tuanya masing-masing yang menunggu di area tunggu di halaman sekolah.Tepat saat itu, Aksa berlari menuju seorang wanita yang telah menunggunya. Sabrina pun menyipitkan matanya, mencoba menelaah anak laki-laki itu. Selain nama ayahnya sama seperti nama suaminya, wajah Aksa juga mirip sekali dengan paras suaminya. Bahkan, warna manik berwarna cokelat milik sang suami juga dimiliki oleh sang anak.“Tak mungkin jika semua ini hanya kebetulan …” batin SabrinaSeketika, entah mengapa dada Sabrina terasa menggebu-gebu dan penasaran. Wanita berlesung pipit itu nampak terburu-buru menuju ruangan guru. Rasa penasaran di dalam dadanya tak bisa lagi dibendung. Entah mengapa ia merasa ada yang aneh dengan anak laki-laki bernama Aksa tadi. Padahal, ia telah berkali-kali mencoba menepis pikiran buruknya.Sesampainya di ruang guru, Sabrina langsung membuka lemari di dekat meja kerjanya, berusaha mencari berkas dari nama anak laki-laki yang bernama Aksa Adhitama. Wanita itu mencari akte kelahiran, dan juga kartu keluarga yang memiliki identitas orang tua dari bocah kecil itu."Bu Sabi sedang apa?" Salah satu guru kelas tiga yang baru tiba di kantor bertanya saat melihat Sabrina memilah lembaran kertas di atas meja dengan tergesa-gesa."Saya mencari identitas murid baru, Bu," jawab Sabrina tanpa mengalihkan perhatiannya.Setelah akhirnya menemukan berkas dengan nama yang dia cari, Sabrina bingung karena hanya menemukan selembar Kartu Keluarga yang hanya terdiri dari dua nama, Aksa Adhitama, dan Miranda Lestari sebagai kepala keluarga. Lalu, kemana ayah Aksa yang bernama Hasbi Adhitama?Sabrina mengusap keningnya. Ia pulang dengan rasa penasaran yang masih menggebu di dalam dada. Di tengah keresahannya karena sang suaminya juga tak kunjung pulang, Sabrina mengingatkan dirinya sendiri untuk memanggil ibu dari Aksa untuk meminta kelengkapan data. Dia masih merasakan sesuatu yang janggal."Mohon maaf, Bu. Saya dan ayahnya Aksa menikah siri, jadi Aksa belum memiliki akte. Saya juga sebagai kepala keluarga dalam kartu keluarga." Jelas Miranda yang kini duduk di depan Sabrina di kantor ruangan guru.Sabrina manggut-manggut paham. "Tapi, apakah Ibu bisa memberikan identitas ayah Aksa? Seperti KTP, atau mungkin paspor. Saya butuh untuk melengkapi data siswa baru, Bu." ucap Sabrina meyakinkan wanita di hadapannya."Bisa, Bu. Besok saya bawa, ya. Kebetulan hari ini ayah Aksa pulang, jadi saya bisa minta KTP beliau," jawab Miranda. Wanita cantik yang usianya jauh lebih muda dari Sabrina itu tampak ramah."Baik, Bu. Besok saya tunggu ya. Saya catat dulu saja nama ayahnya." Sabrina mengambil buku besar yang tebal dan siap untuk mencatat."Nama ayah Aksa, Hasbi Aditama," ucap Miranda dengan lantang. Nama itu lagi-lagi membuat jantung Sabrina terasa berdegup kencang saat mendengarnya."Pekerjaannya, Bu?" tanya Sabrina lagi walau gugup, ia tetap berusaha tenang."Seorang Brimob."Suatu hari Jaka memanggil Sabrina dan anak-anaknya di ruang keluarga. Di sana juga ada Jeni yang turut serta hadir. Jaka meminta pada Sabrina untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.Awalnya Sabrina terlihat ragu menerima tawaran suaminya, akan tetapi ia menyanggupi karena Jaka memaksa dan tak mau ditolak ajakannya.Hingga akhirnya dua kendaraan roda empat akan melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian baru. Dua mobil itu berisi Jaka, Sabrina, Jeni dan empat anak termasuk suster yang turut serta mendampingin. Mereka akan belanja bersama terutama untuk keperluan ulang tahun Aksa yang tinggal menghitung hari.Sabrina nampak berjalan seiringan dengan Jaka setelah sampai di pusat perbelanjaan. Jaka meminta Sabrina memilih apa pun yang diinginkan. Wanita mana yang tak bahagia dengan perlakuan suami seperti Jaka. Sabrina bagaikan satu-satunya wanita paling beruntung di dunia."Sayang, kamu pilih apa pun yang kamu but
"Kenapa, Ma?" Sabrina segera bertanya. Tentu ia masih terkajut dengan jawaban mertuanya."Tapi bohong. Mama setuju dong. Masa iya Mama gak setuju," ralat Jeni yang rupanya hanya bercanda saja.Seketika Sabrina dan Aksa menghela napas lega secara bersamaan."Ya ampun, Mama. Sungguh aku sampai kaget. Aku pikir Mama benar-benar gak setuju." Sabrina mengusap dadanya. Tak disangka kalau mertuanya senang bergurau."Omah, Aksa juga kaget," timpal Aksa masih memasang wajah terkejutnya.Gegas Jeni memeluk Aksa. "Maaf, Sayang. Omah bercanda. Omah 'kan sayang sama Aksa, masa iya gak setuju. Kita akan rayakan ulang tahun Aksa dengan meriah ya. Pokonya kita akan happy-happy," sambutnya. Jeni tampak menampilkan wajah bahagianya kali ini."Terima kasih, Omah. Aksa sayang sekali sama Omah," ucap Aksa yang kembali memeluk Jeni."Omah juga sayang sama, Aksa," balas Jeni.Melihat itu, Sabrina semakin melebarkan senyumannya. Ia semakin dibuat bahagia dengan keadaan di rumah mewah itu."Terima kasih ya, M
Mendengar cerita Sabrina, seketika Jeni tercengang. "Lalu, apa yang Raisa sampaikan sama kamu, Sabi?" tanyanya penasaran."Raisa mengucapkan terima kasih padaku, Ma. Dia berterima kasih karena aku tela merawat dan menjaga Abang Yusuf dengan baik." Sabrina kembali menjelaskan.Isi dada Jeni terasa bergetar mendengar itu. "Pasti Raisa merasa tenang di alam sana. Kamu telah menjaga Yusuf dengan baik. Mama yakin Raisa bangga padamu, Sabi."Sabrina menurunkan tatapan. Ia masih ingat dengan jelas wajah Raisa kala itu. "Semoga saja ya, Ma. Aku tidak menganggap Abang Yusuf anak tiri kok. Meski pun dia tak lahir dari rahimku, aku menyayanginya bagai anak kandung sendiri," tuturnya."Karena kamu memang wanita baik, Sabi. Mama sungguh bangga bisa mendapatkan menantu seperti kamu. Jaka memang tak pernah salah mencintai kamu," balas Jeni. Sabrina hanya bisa menyodorkan senyuman saat sang mertua memujinya.Sampai saat ini dunia Sabrina memang terasa lebih berwarna dari biasanya. Anak-anaknya berpa
Satu bulan kemudian keluarga Dirgantara nampak disibukan dengan persiapan pernikahan Sesil yang tinggal menghitung hari.Adik Sabrina itu nampak disibukan dengan segala macam persiapan menjelang pernikahannya. Hingga Sabrina pun harus turun tangan dalam membantu adik kandungnya itu.Hingga tiba pada saat ijab kabul pernikahan terucap dengan lantangnya oleh pria yang Sesil cintai. Pernikahan telah sah dilangsungkan dan Sesil telah diperistri kekasihnya. Satu hari usai pernikahan, Sesil dan suaminya langsung terbang ke bali untuk bulan madu selama satu minggu. Tentu suasana saat ini semakin membuat Sabrina lega dan bahagia karena tugasnya menjaga Sesil kini telah berpindah pada suami Sesil.Sabrina kian merasa bahagia dengan keluarga saat ini. Ia juga bahagia dengan kesibukannya saat ini sebagai ibu rumah tangga untuk empat anak-anaknya.Pagi ini bahkan Sabrina nampak sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah Aksa. Sabrina juga selalu menemani Aksa sarapan di ruang makan bersama Jaka yang j
Sabrina dan Jaka mengukir senyuman yang lebar tatkala melihat Sesil dan Jeni berpelukan. Keluarga yang nyaris sempurna setelah beberapa kali terpa ujian."Permisi, Nyonya. Makan malam sudah siap." Ijah melapor pada majikannya yang tengah bercengkerama."Oh iya. Terima kasih, Jah," ucap Jeni.Ijah tersenyum. "Sama-sama, Nyonya," balasnya kemudian berlalu setelah tugasnya selesai.Sementara Jeni segera mengajak keluarganya untuk segera makan malam, "Ayo kita makan malam bersama dulu yu."Serentak Sabrina, Aksa, Jaka dan Sesil mengangguk secara bersamaan sebagai pertanda mengiyakan ajakan Jeni barusan. Gegas mereka beranjak dari tempat duduk beralih menuju ruang makan.Di atas meja makan sudah tersaji aneka makanan yang lezat hasil dari masakan Ijah. Pembantu rumah tangga itu memang spesial memasak untuk malam ini. Melihat keluarga majikannya yang akur dan bahagia, ia merasa sangat senang.Ijah, Siti dan Iyem yang berada di ruangan sebelah ruang makan nampak tersenyum melihat kebersamaan
Sabrina akhirnya membiarkan Aksa tetap ikut bersama Sesil. Ia juga paham sebab tak ada yang menemani Sesil di rumahnya. Sabrina kembali masuk ke mobil suaminya.Sementara Aksa satu mobil bersama Sesil akan kembali ke rumahnya. Suasana hati Aksa sedikit membaik setelah ditenangkan oleh Sabrina tadi. Air matanya sudah surut namun ia memilih tetap diam dalam perjalanan pulang tanpa banyak bicara.Sesekali sebelah tangan Sesil mengusap rambut tebal Aksa. Sulit dijelaskan, tapi dia sudah menyayangi Aksa. Aksa memang terlahir dari orang tua yang tak lain adalah mantan suami Sabrina tapi Sesil tak lagi mempermasalahkan itu. Ia sudah menyayangi Aksa dengan sebenar-benarnya.'Ya Tuhan, anak kecil di dekatku sungguh malang. Dia tak menginginkan kesedihan ini terjadi. Izinkan hamba untuk selalu menjaga dan merawatnya sampai dewasa nanti,' harap Sesil dalam hati.Harapan yang sama yang tengah diucapkan Sabrina saat ini. Dalam perjalanan pulang bersama suaminya, Sabrina masih memikirkan perasaan A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments