Share

Beruang Kutub

Author: Maheera
last update Last Updated: 2023-10-25 10:24:43

Salsa menekan dadanya yang berdegup kencang. Sesekali mengusap perutnya yang mulai berdetik. Sepertinya bayi di dalam sana mengerti kegelisahan ibunya. Tingkah wanita itu ditangkap oleh mata teduh Halimah. Ibu asuh Sagara Liam itu menepuk pelan bahu Salsa seraya mengulas senyum hangat. Cukup ampuh menenangkan hati wanita yang kini mengenakan kebaya modern berwarna putih tulang dengan kain songket sebagai bawahan.

"Ibuk senang, Tuan Saga akhirnya menikah dan yang paling membahagiakan dia pilih kamu," bisik Halimah di telinga Salsa.

Salsa tersenyum tipis, dia menunduk menyembunyikan wajahnya yang dirias sederhana. "Ibuk tahu, 'kan, pernikahan ini hanya formalitas," ujarnya sendu. Entah mengapa ada ngilu di dada mengingat pernikahan ini bagian dari kesepakatan, bukan keinginan mereka.

Halimah menganjur napas pelan, lalu meraih jemari Salsa dan menggenggamnya hangat. "Ibuk kenal Saga. Dia bukan pria yang suka bermain-main. Apalagi untuk urusan pernikahan. Ibuk yakin dia menikahimu karna ada rasa suka meski sedikit. Tugasmu memupuk rasa itu hingga subur dan berakar kuat." Halimah membelai wajah Salsa. "Jika Saga sudah mencintai seseorang, maka sampai kapan pun akan dia pertahankan," jelasnya.

Salsa hanya mengangguk. Bagaimana bisa pria itu suka padanya sedangkan menatapnya saja enggan. Wanita itu hanya mengembuskan napas perlahan, sekadar melonggarkan dadanya yang terasa sesak.

"Bisa kita mulai acaranya sekarang?"

Salsa menoleh ketika mendengar suara Saga. Pria itu berjalan masuk tanpa menatap dirinya. Sesaat wanita itu terpesona melihat penampilan si pria hari ini. Kemeja putih, jas hitam yang melekat pas di tubuhnya, serta dasi bermotif abstrak tergantung rapi di lehernya. Entah perasaannya atau memang Sagara terlihat lebih tampan dari biasa. Dia tersentak ketika Halimah menyenggol lengannya. Senyum penuh arti melengkung di wajah wanita paruh baya itu, membuat Salsa menunduk malu dan merutuki kebodohannya.

Akad nikah Sagara dan Salsa diadakan sesederhana mungkin, yang paling penting mereka tercatat sebagai suami-istri di mata negara dan memberi status untuk bayi di rahim wanita itu. Rencananya, setelah menikah Saga akan memboyong Salsa ke Singapura dan menunggu saat yang tepat untuk memulai pembalasan dendam mereka.

*

Para pelayan memasukkan beberapa koper ke bagasi mobil. Saga hanya berdiri bersandar ke pintu mobil memperhatikan Salsa dan Halimah berinteraksi. Kedua wanita itu terlihat berat untuk berpisah, lama mereka berpelukan. Pria itu memalingkan wajah tak ingin larut dalam drama melankolis itu.

"Tuan Saga, Ibuk titip Salsa, ya. Dia sudah seperti putri Ibuk sendiri." pinta Halimah sambil membelai lembut kepala Salsa.

Saga mendengkus, lalu memeluk erat Halimah. "Jaga diri Ibuk baik-baik. Setelah dia melahirkan kami akan kembali ke sini," ucapnya tersenyum lembut tanpa merasa perlu menjawab permintaan Halimah.

Perlakuan Saga kepada Halimah membuat hati Salsa menghangat. Untuk pertama kalinya dia melihat pria dingin itu tersenyum tulus. Sisi lain dari Sagara Liam yang tidak dia tahu. Selama ini pria itu selalu memasang tampang datar dan sinis. Dia jarang sekali bicara, sekali bicara bisa dipastikan bernada tajam, membuat emosinya membumbung tinggi.

"Ayo, aku tidak punya banyak waktu untuk perempuan lelet sepertimu," bisik Saga sambil berlalu.

Salsa mendelik. Pria itu benar-benar susah ditebak. Baru saja Salsa mengagumi karena sikap hangatnya,  sekarang dia sudah kembali ke tabiat semula, dingin dan ketus.

'Dasar aneh.'  dengkus Salsa.

Lagi, Salsa dibuat takjub dengan sikap Saga. Pria itu seperti tidak mengenal istilah 'ladies first'. Sang pria masuk ke dalam mobil tanpa peduli dia yang kerepotan dengan kebayanya. Salsa menghenyakkan bokongnya keras ke jok mobil yang akan membawa mereka ke bandara. Dia berharap Saga tahu jika dia sedang kesal, terapi pria itu malah asyik dengan ponselnya seolah dia makhluk tak kasat mata.

Salsa mengalihkankan pandangan keluar kaca mobil. Tidak pernah terlintas di benaknya perjalanan hidupnya setragis ini. Diselingkuhi, dihina, bercerai, diperkosa, dan sekarang terpaksa menikah dengan pria sedingin kutub. Jika bukan karena dendam kesumat, tidak mungkin dia setuju terikat dengan pria itu. Tapi, dia butuh pendukung dan anaknya butuh pengakuan. Jadi, bagaimana pun caranya dia tidak peduli. Lagi pula Salsa tidak akan rugi karena mereka punya batasan masing-masing.

"Ada masalah dengan perutmu?" tanya Saga melihat Salsa mengusap perutnya sedari tadi.

"Emm, tidak. Dia baik-baik saja," jawab Salsa sedikit terkejut pria itu bertanya keadaannya.

"Syukurlah. Aku tidak mau direpotkan dengan kehamilanmu." Saga meletakkan sebuah kartu mengkilat berwarna hitam di pangkuan Salsa. "Gunakan itu untuk kebutuhanmu. Mulai saat ini belajarlah menjadi seorang Nyonya Liam. Kau harus terlihat mewah dan elegan," ucapnya tanpa mengalihkan mata dari ponselnya.

Salsa menatap Saga geram. Dia gusar dengan lidah tajam pria itu, tapi dia menekan emosinya dalam-dalam. Meraih kartu mengkilat itu dan memandanginya.

'Baiklah. Akan kuhabiskan uangmu Tuan beruang kutub arogan' gerutu Salsa dalam hati.

*

Pesawat yang membawa mereka mendarat dengan mulus di bandara Changi Kota Singapura. Di pintu keluar bandara, sebuah SUV hitam terparkir menunggu kedatangan Saga dan Salsa. Seorang pria mengenakan setelan jas membukakan pintu dan mempersilakan masuk, lalu menutup pintu setelah keduanya duduk dengan nyaman di dalam, kemudian mengemudikan benda mengkilat itu membawa mereka ke tujuan.

*

Salsa terpana melihat bangunan di hadapan. Rumah itu terlihat sangat megah, persis kastil tempat tinggal para raja. Salsa melirik Saga yang sibuk merapikan jas dan celananya. Dia mulai bertanya-tanya sekaya apa pria dingin itu? Setelah tadi sebuah jet menerbangkan mereka dan sekarang bangunan megah ini.

"Aku memang kaya raya!" ucap Saga dengan nada pongah, sepertinya dia tahu diperhatikan.

Salsa memutar bola mata malas. Kesombongan pria itu di atas rata-rata. Saga berjalan setelah memberikan tatapan remeh, tapi langkahnya terhenti saat menyadari sang wanita masih diam di tempatnya.

"Tunggu apalagi, Perempuan? Jangan bilang kau tidak pernah masuk ke rumah semegah ini," tanyanya dengan sorot mengejek.

Salsa merutuk dalam hati. Mungkin pria itu terlahir berkat kombinasi sifat sombong stadium akut dan cabai pedas sedunia. Benar-benar spesies langka! Jika saja ada dua, dia bersedia menghabisi yang di depannya saat ini.

"Hei! Tunggu apalagi? Jangan bertingkah kampungan seperti itu," ucap Saga lagi.

Salsa melayangkan tatapan membunuh ke arah Saga, tapi yang ditatap hanya acuh. Lalu dia melangkah cepat mendahului sang pria yang tanpa dia ketahui tengah mengulum senyum melihat raut kesal si wanita.

"Apa yang Anda tunggu? Ayo kita masuk," balas Salsa yang kini melihat Saga yang tidak bergerak. "Aku sudah tidak sabar menjadi Nyonya di rumah ini dan itu artinya, sebentar lagi rumah ini akan menjadi milikku. Benar, 'kan, suamiku tersayang," sindirnya sambil mengulas senyum semanis mungkin.

"Gila!" umpat Saga.

"Siapa? Anda?" tanya Salsa dengan wajah sok polos.

Salsa tertawa puas ketika melihat wajah Saga memerah. Pria itu berjalan cepat meninggalkannya sambil menggerutu tak jelas.

'Tuan Sagara Liam. Aku tidak selemah yang kau kira. Lihat saja kau akan jatuh pada pesonaku.' gumam Salsa, lalu mengikuti langkah Saga Masuk.

Tbc

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Penyergapan

    "Kau yakin dia pelakunya?" Jake, teman Saga di kepolisian kembali bertanya untuk memastikan. "Kita tak bisa menuduh seseorang melakukan kejahatan tanpa bukti yang kuat, bisa-bisa kita dituntut balik." "Aku sangat yakin dengan firasatku. Jamie sudah lama mengincar Salsa, dia juga mengincar perusahaanku. Harusnya dulu aku halangi pembebasan bersyaratnya." Wajah Saga memerah menahan marah. Rasa takut juga menyelinap masuk ke dadanya membayangkan apa yang dilakukan orang-orang ja-hat itu pada Salsa. "Kita harus meminta deskripsi wajah para penc-ulik itu, sedikit informasi sangat berharga saat ini. Saga hendak menjawab, tetapi ponselnya berdering menampilkan nomor tak dikenal. "Sebaiknya kau jawab, mungkin itu pelakunya.' Jake memberi saran. Saga menurut. Dia menggeser ikon hijau lalu menempelkan ponsel ke telinga. "Ya ...." "Saga, aku Reva." "Bicara yang penting saja atau aku tutup." "Ini tentang Salsa." Kelopak mata Saga melebar mendengar penjelasan Reva, pegangan di ponsel pun

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Melacak Jejak

    "Apa?!" Tangan Saga yang memegang ponsel mengerat, andai benda itu tak terbuat dari bahan keras mungkin sudag hancur karena genggaman Saga yang sangat kuat. "Aku segera pulang. Kalian tunggu aku!" "Ada apa Tuan?" Dani gegas mengemasi berkas-berkas di atas meja ketika melihat wajah gusar Sagara Liam. "Kita pulang ke villa sekarang!" Tanpa babibu Saga bangkit dari kursi lalu meninggalkan meja beserta relasi bisnisnya begitu saja. Dani segera ambil alih dengan memberi kode agar asistennya segera menyelesaikan proses penyelesaian dokumen kerjasama sambil meminta maaf atas sikap sang tuan. "Tuan, ada apa?" Dani ngos-ngosan mengejar langkah Saga, tetapi laki-laki itu masih diam. Dia masuk ke dalam mobil sambil menghubungi seseorang. "Jake, datang ke Villa di Bogor sekarang." Saga mengusap wajahnya, raut cemas sangat kentara di wajahnya. "Aku tidak terima alasan apa pun. Aku tunggu!" Dani tak lagi bertanya sebab bila Saga terlihat sangat kesal artinya ada sesuatu yang buruk sedang terj

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Siasat Licik

    "Apa?!" Jaime membalikkan badan dengan cepat ketika mata-matanya melaporkan kalau Saga hendak mengakuisisi perusahaannya. Bahkan, rencana itu sudah berjalan karena Sagara Liam sudah mengutus beberapa orang kepercayaan melobi para pemegang saham di perusahaannnya. Amarah membuncah di dada Jamie, ditambah Nadia melaporkan, kalau rencana mengundang Salsa ke ho-tel gagal total. Awalnya dia sangat senang mengetahui Nadia berhasil meyakin Salsa bertemu dengan alasan ingin menjernihkan masalah mereka. Sebenarnya itu hanya siasat untuk menjebak istri Sagara Liam tersebut. Namun, entah mengapa tiba-tiba saja dibatalkan begitu saja. Impian Jamie untuk memiliki Salsa pupus sudah. Padahal Jamie sudah membayangkan hal-hal romantis bersama Salsa meski harus membuat si wanita tak sadarkan diri. "Kau keluar!" Jamie memberi isyarat mata-matanya keluar hingga di ruang kerjanya hanya tinggal Nadia. "Beri aku alasan yang masuk akal kenapa rencanamu gagal?" Wajah Nadia memucat, dia menundukkan kepal

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Jatuh Cinta yang Salah

    "Jadi namanya Salsa?"Nadia menganguk. "Dia mantan istri Arkan."Masih tampak kemarahan di wajah Nadia ketika kata-kata Saga terngiang-ngiang di benak. Dia pikir lelaki itu akan tergoda kecantikan, tapi yang terjadi melihat saja tidak padanya. Dia semakin kesal ketika mengetahui bahwa suami Salsa seorang miliarder terkenal. Selama ini dia hanya mendengar nama Sagara Liam dari mulut Arkan dan rekan-rekannya, mereka memuji kehebatan laki-laki itu membuat Nadia penasaran sekaya dan setampan apa si laki-laki. Dia sangat girang ketika Reva mengajaknya ke pesta di mana lelaki itu datang sebagai tamu. Ketika berhadapan langsung dengan laki-laki itu, sejenak dia terpana oleh ketampanan Saga. Angannya sejenak melayang membayangkan betapa enaknya menjadi kekasih si lelaki. Namun kemarahan segera membakar dadanya setelah mengetahui istri dari laki-laki itu adalah Salsabila, wanita yang memporak-porandakan hidupnya. Nadia tidak ingin kalah setapak pun dari Sala, dia tidak terima dengan nasib baik

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Permintaan Ibu Hamil

    "Jadi gimana?" Saga menatap Salsa yang masih cemberut. Meski kehamilan wanita itu sudah masuk minggu ke-16, dia semakin sensitif. Apa-apa Saga harus mengerti tanpa dijelaskan. Ya, kali, laki-laki itu cenayang bisa tahu apa yang ada di dalam pikiran sang istri."Aku gak mau! Pokoknya kamu harus cari sampai dapat." Salsa memberengut. Dia melangkah ke kamar dengan kaki menghentak. Andai saja kaki Salsa punya kekuatan seperti Hulk, mungkin dalam satu minggu sekali laki-laki itu harus mengganti semua granit di rumahnya.Saga berdecak keras sambil meraup wajahnya dengan kasar. Menghadapi permintaan istri yang sedang hamil benar-benar melelahkan. Kalau boleh memilih, lebih baik dia memberikan iPhone gratis kepada sepuluh orang daripada harus mencari apa yang diminta Salsa. Bukan apa-apa, masa iya wanita itu meminta dicarikan jambu klutuk yang masih 'nemplok' di pohon? Di tengah malam pula. Kalau di toko buah mungkin banyak, tetapi memanjat langsung dari pohon di pekarangan orang? Cari mam-pu

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Hidupmu Bukan Tanggung Jawabku

    "Reva beberapa kali datang ke kantor menemuiku menawarkan untuk membeli saham miliknya, tapi aku tahu itu hanya alasan saja, sebab setiap datang yang dibahas tentang dirimu. Dia mengatakan betapa beruntungnya kamu menjadi istriku. Dia membandingkan dengan sepupunya yang harus depresi karena pernikahannya berantakan.""Sepupu Reva adalah Nadia. Kau tahu itu?" Aku menyela cerita Saga, gemas sekali mengetahui di belakangku Reva berusaha mendekati lelaki itu."Aku tahu, Sayang, karena itu aku tak pernah menanggapi cerita Reva. Dia terus-menerus datang sampai akhirnya kamu memergoki kami.""Tapi kenapa dia duduk di pangkuanmu?" Aku masih menaruh curiga, tidak mungkin kan Reva tiba-tiba saja duduk di sana.Saga tertawa. "Kamu kalau sedang cemburu cantiknya nambah."Aku bisa merasakan pipiku memanas, mungkin warnanya sudah merah sekarang mendengar rayuan Saga, sejak dulu lelaki itu sangat pintar membuat hatiku melambung."Gak usah ngalihin topik. Ayo cerita." Aku mendesak saga karena penas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status