Share

Malam Terkutuk

Author: Maheera
last update Last Updated: 2023-09-15 10:06:31

Sisa hujan tadi sore membuat jalan yang ditapaki Salsa becek dan berlumpur. Wanita itu berjalan tanpa tahu arah yang dituju. Dia hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah. Sesekali Salsa melihat ponselnya berharap layar ponselnya menampilkan nama seseorang. Namun, jangankan telpon, satu pesan pun tak ada. Wanita itu tersenyum ironi, Arkan serius membuang dirinya.

Salsa menengadah menatap langit malam yang terlihat gelap; segelap hatinya saat ini. Dia tidak tahu harus ke mana. Wanita itu sadar keputusannya meninggalkan Arkan terlalu gegabah. Selama ini dia bergantung kepada pria itu karena sang suami melarangnya bekerja, sekarang dia tidak tahu bagaimana harus membiayai hidupnya kelak, apalagi dengan janin di rahimnya.

Perlahan air mata Salsa kembali luruh. Dia memeluk kedua tungkai kakinya erat, membenamkan wajah di antara lututnya. Tubuh wanita itu bergetar, dia menangis tanpa suara. Dia rapuh dan tidak berdaya.

Sekarang Salsa terdampar di sebuah halte bus. Dia tak tahu harus ke mana, sementara malam semakin larut dan udara dingin seakan menusuk hingga ke tulang. Sayup wanita itu mendengar langkah mendekat. Refleks dia mengangkat kepalanya dan melihat tiga orang pria menghampirinya.

Dia membeku di tempat duduknya. Ingin Salsa beranjak karena alarm di kepalanya mengisyaratkan jika keadaan berbahaya untuknya. Namun, kakinya seolah-olah terpancang ke bangku halte, yang bisa dia lakukan adalah merapatkan tubuhnya ke sudut halte. Tubuh wanita berambut panjang sebahu itu menggigil ketakukan. Apalagi ketiga pria itu menatapnya dengan sorot lapar. Dari mulut mereka tercium aroma alkohol menyengat. Degup jantung Salsa tak beraturan ketika salah seorang pria mendekat padanya.

"Hai, cewek. Sendirian aja." Salah satu pria itu menyapa Salsa dan dengan kurang ajar menyentuh pipinya.

Ketiganya tertawa ketika Salsa menepis tangan pria itu.

"Jon, ni, cewek galak amat, tapi cantik," ucap pria yang menyentuh Salsa.

Pria yang bernama Jon mendekat. Dia menampilkan seringai yang membuat Salsa bergidik. Wanita itu mencengkeram kopernya bermaksud pergi, tetapi pria satunya mencekal lengannya.

"Eits, mau ke mana? Buru-buru amat," tanyanya merapatkan tubuh ke arah Salsa.

Salsa mundur selangkah dengan wajah memucat. "Tolong. Saya mau pergi," ujarnya lirih.

"Pergi ke mana, Neng? Mending temenin Abang, kita senang-senang. Benar enggak, Bro?" ucap pria bernama Jon yang diamini oleh kedua temannya.

"Jangan ... jangan sakiti saya." Salsa memohon dengan tubuh bergetar. Rasa takut semakin membuat air matanya meluncur jatuh ke pipi.

Ketika pria itu hanya tertawa melihat Salsa yang tersudut dengan sorot mata yang tak lagi fokus. Wanita itu menatap ketiga pria itu bergantian berharap iba pada keadaannya. Alih-alih para pria itu semakin bernapsu padanya. Pria yang bernama Jon, menarik dengan kasar tangan Salsa, dia berusaha mencium wanita itu. Salsa terkesiap. Tubuhnya tidak siap menerima perlakuan kasar tersebut. Dia berontak, memalingkan wajah, dan memukuli dada pria yang lancang menyentuhnya. Namun, apalah arti kekuatan tangan mungilnya. Dengan mudah mereka menyergap dirinya. Sekuat apa pun Salsa meronta, dia hanyalah seorang wanita lemah.

Melihat korbannya tidak berdaya ketiga pria mabuk itu memaksa tubuh Salsa berbaring di atas trotoar basah. Tangan-tangan besar mereka menggerayangi tubuh wanita itu. Salsa berteriak histeris ketika bajunya dirobek paksa. Udara dingin semakin menusuk tubuhnya yang setengah polos. Pria-pria durjana itu menyeringai seperti binatang buas yang siap mencabik tubuh mangsanya. Wanita itu berontak, menggigit, menendang, bahkan memohon. Tapi, ketiga pria itu terlihat semakin bersemangat menggagahi tubuh ringkihnya. Mereka menggilir dan menghancurkan raga wanita malang itu.

Salsa hanya mampu terdiam setelah usahanya mempertahankan kehormatannya sia-sia. Tak ada lagi suara yang keluar dari bibirnya, bahkan air matanya kering seketika. Hatinya kebas, sorot mata Salsa kosong dan mati. Dia menatap langit malam yang menjadi saksi betapa bejatnya prilaku ketiga iblis berwujud manusia. Detik ini dia berharap Tuhan segera mencabut nyawanya agar dia tak lagi merasakan penderitaan.

*

"Salsa ... Salsa!"

Nadia yang tidur di samping Arkan terbangun karena jeritan pria itu. Dia melihat Arkan berusaha menggapai sesuatu sambil terus meneriakkan nama Salsa.

"Mas! Mas, bangun." Nadia mengguncang tubuh Arkan yang masih menggigau.

"Mas!" hardik Nadia sambil memukul wajah Arkan.

Arkan terbangun, matanya menangkap raut kesal Nadia di atasnya. Dia mengulurkan tangan hendak menyentuh pipi wanita itu, tapi ditepis kasar oleh sang wanita. Pria bangun dan bersandar di kepala ranjang. Dia menghela napas perlahan untuk menenangkan jantungnya yang berdetak sangat kencang.

"Mas! Ngapain, sih, kamu nyebut nama Salsa?!" tanya Nadia ketus. Rautnya jelas memperlihatkan tidak suka.

Arkan mendongak, matanya menatap langit-langit kamar nanar. "Aku mimpi Salsa dalam kesulitan. Dia berteriak meminta tolong, tapi aku sama sekali tidak bisa menolongnya. Padahal aku ada di dekatnya," jelas Arkan lirih.

Nadia mencibir. "Huh! Buat apa Mas mikirin dia. Wanita itu bukan tanggung jawab kamu sekarang," dengkus Nadia.

Arkan diam. Tangannya mengusap wajahnya yang berkeringat. Arkan gelisah. Mimpi itu seolah nyata. Ada secuil rasa ingin tahu keadaan Salsa. Tapi melihat ekspresi Nadia, tidak mungkin baginya menelpon wanita itu.

"Mas, kok diam, sih? Jangan bilang kamu masih mikirin gembel itu?!" tanya Nadia sinis.

"Nad, jaga bicaramu?!" tukas Arkan. Entah mengapa dia tidak suka mendengar Salsa dihina apalagi oleh Nadia.

Nadia terkejut mendengar peringatan Arkan. Tidak biasanya pria itu menggunakan nada tinggi padanya. "Mas! Kamu kenapa, sih? Salah jika aku benci sama wanita itu? Dia merebut kamu dari aku dan dia menghina aku di hadapan semua orang, dan dia juga nyumpahin anak kita," ujarnya sengit.

Arkan meremas rambutnya. Pikirannya kacau malam ini. Tapi, isak Nadia membuat hatinya luluh.

"Kamu jahat, Mas. Padahal aku lagi hamil anak kamu, tapi kamu bentak aku karna gembel itu," ucap Nadia berusaha menarik perhatian Arkan.

Pria itu luluh. Dia meraup tubuh istri keduanya, membawa tubuh Nadia masuk ke dalam pelukannya. "Maaf, aku tadi emosi karna mimpi buruk. Aku tidak bermaksud menyakitimu," jelas Arkan lembut. Dia mengecup pucuk kepala wanita itu lembut dan lama.

Nadia tersenyum. "Iya, aku maafin. Lain kali jangan gitu lagi, ya. Sekarang hanya aku satu-satunya istri kamu. Hanya aku yang akan memberimu pewaris Nanyendra," ucapnya dengan percaya diri.

Sekali lagi Nadia tersenyum penuh kemenangan ketika merasakan pelukan Arkan mengerat. Seperti biasa, dia selalu bisa menundukan sang pria. Arkan terlalu mencintainya hingga tak sadar jika Nadia tengah menancapkan kuku di tubuhnya. Wanita itu bertekad sedikit demi sedikit akan membuat sang suami tergantung padanya hingga nanti pria itu berada di bawah kendali seorang Nadia Pramudya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Maleo
Dua cerita dan keduanya mengalami perkosaaan… author sukanya seperti itu yah hehehe
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampuslah kau salsa. udah tau miskin tolol lg. matilah kau diperkosa preman. sok2an kabur. mestinya kau cari penginapan anjing!!!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Penyergapan

    "Kau yakin dia pelakunya?" Jake, teman Saga di kepolisian kembali bertanya untuk memastikan. "Kita tak bisa menuduh seseorang melakukan kejahatan tanpa bukti yang kuat, bisa-bisa kita dituntut balik." "Aku sangat yakin dengan firasatku. Jamie sudah lama mengincar Salsa, dia juga mengincar perusahaanku. Harusnya dulu aku halangi pembebasan bersyaratnya." Wajah Saga memerah menahan marah. Rasa takut juga menyelinap masuk ke dadanya membayangkan apa yang dilakukan orang-orang ja-hat itu pada Salsa. "Kita harus meminta deskripsi wajah para penc-ulik itu, sedikit informasi sangat berharga saat ini. Saga hendak menjawab, tetapi ponselnya berdering menampilkan nomor tak dikenal. "Sebaiknya kau jawab, mungkin itu pelakunya.' Jake memberi saran. Saga menurut. Dia menggeser ikon hijau lalu menempelkan ponsel ke telinga. "Ya ...." "Saga, aku Reva." "Bicara yang penting saja atau aku tutup." "Ini tentang Salsa." Kelopak mata Saga melebar mendengar penjelasan Reva, pegangan di ponsel pun

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Melacak Jejak

    "Apa?!" Tangan Saga yang memegang ponsel mengerat, andai benda itu tak terbuat dari bahan keras mungkin sudag hancur karena genggaman Saga yang sangat kuat. "Aku segera pulang. Kalian tunggu aku!" "Ada apa Tuan?" Dani gegas mengemasi berkas-berkas di atas meja ketika melihat wajah gusar Sagara Liam. "Kita pulang ke villa sekarang!" Tanpa babibu Saga bangkit dari kursi lalu meninggalkan meja beserta relasi bisnisnya begitu saja. Dani segera ambil alih dengan memberi kode agar asistennya segera menyelesaikan proses penyelesaian dokumen kerjasama sambil meminta maaf atas sikap sang tuan. "Tuan, ada apa?" Dani ngos-ngosan mengejar langkah Saga, tetapi laki-laki itu masih diam. Dia masuk ke dalam mobil sambil menghubungi seseorang. "Jake, datang ke Villa di Bogor sekarang." Saga mengusap wajahnya, raut cemas sangat kentara di wajahnya. "Aku tidak terima alasan apa pun. Aku tunggu!" Dani tak lagi bertanya sebab bila Saga terlihat sangat kesal artinya ada sesuatu yang buruk sedang terj

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Siasat Licik

    "Apa?!" Jaime membalikkan badan dengan cepat ketika mata-matanya melaporkan kalau Saga hendak mengakuisisi perusahaannya. Bahkan, rencana itu sudah berjalan karena Sagara Liam sudah mengutus beberapa orang kepercayaan melobi para pemegang saham di perusahaannnya. Amarah membuncah di dada Jamie, ditambah Nadia melaporkan, kalau rencana mengundang Salsa ke ho-tel gagal total. Awalnya dia sangat senang mengetahui Nadia berhasil meyakin Salsa bertemu dengan alasan ingin menjernihkan masalah mereka. Sebenarnya itu hanya siasat untuk menjebak istri Sagara Liam tersebut. Namun, entah mengapa tiba-tiba saja dibatalkan begitu saja. Impian Jamie untuk memiliki Salsa pupus sudah. Padahal Jamie sudah membayangkan hal-hal romantis bersama Salsa meski harus membuat si wanita tak sadarkan diri. "Kau keluar!" Jamie memberi isyarat mata-matanya keluar hingga di ruang kerjanya hanya tinggal Nadia. "Beri aku alasan yang masuk akal kenapa rencanamu gagal?" Wajah Nadia memucat, dia menundukkan kepal

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Jatuh Cinta yang Salah

    "Jadi namanya Salsa?"Nadia menganguk. "Dia mantan istri Arkan."Masih tampak kemarahan di wajah Nadia ketika kata-kata Saga terngiang-ngiang di benak. Dia pikir lelaki itu akan tergoda kecantikan, tapi yang terjadi melihat saja tidak padanya. Dia semakin kesal ketika mengetahui bahwa suami Salsa seorang miliarder terkenal. Selama ini dia hanya mendengar nama Sagara Liam dari mulut Arkan dan rekan-rekannya, mereka memuji kehebatan laki-laki itu membuat Nadia penasaran sekaya dan setampan apa si laki-laki. Dia sangat girang ketika Reva mengajaknya ke pesta di mana lelaki itu datang sebagai tamu. Ketika berhadapan langsung dengan laki-laki itu, sejenak dia terpana oleh ketampanan Saga. Angannya sejenak melayang membayangkan betapa enaknya menjadi kekasih si lelaki. Namun kemarahan segera membakar dadanya setelah mengetahui istri dari laki-laki itu adalah Salsabila, wanita yang memporak-porandakan hidupnya. Nadia tidak ingin kalah setapak pun dari Sala, dia tidak terima dengan nasib baik

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Permintaan Ibu Hamil

    "Jadi gimana?" Saga menatap Salsa yang masih cemberut. Meski kehamilan wanita itu sudah masuk minggu ke-16, dia semakin sensitif. Apa-apa Saga harus mengerti tanpa dijelaskan. Ya, kali, laki-laki itu cenayang bisa tahu apa yang ada di dalam pikiran sang istri."Aku gak mau! Pokoknya kamu harus cari sampai dapat." Salsa memberengut. Dia melangkah ke kamar dengan kaki menghentak. Andai saja kaki Salsa punya kekuatan seperti Hulk, mungkin dalam satu minggu sekali laki-laki itu harus mengganti semua granit di rumahnya.Saga berdecak keras sambil meraup wajahnya dengan kasar. Menghadapi permintaan istri yang sedang hamil benar-benar melelahkan. Kalau boleh memilih, lebih baik dia memberikan iPhone gratis kepada sepuluh orang daripada harus mencari apa yang diminta Salsa. Bukan apa-apa, masa iya wanita itu meminta dicarikan jambu klutuk yang masih 'nemplok' di pohon? Di tengah malam pula. Kalau di toko buah mungkin banyak, tetapi memanjat langsung dari pohon di pekarangan orang? Cari mam-pu

  • Membalas Suami Pengkhianat dan Selingkuhannya   Hidupmu Bukan Tanggung Jawabku

    "Reva beberapa kali datang ke kantor menemuiku menawarkan untuk membeli saham miliknya, tapi aku tahu itu hanya alasan saja, sebab setiap datang yang dibahas tentang dirimu. Dia mengatakan betapa beruntungnya kamu menjadi istriku. Dia membandingkan dengan sepupunya yang harus depresi karena pernikahannya berantakan.""Sepupu Reva adalah Nadia. Kau tahu itu?" Aku menyela cerita Saga, gemas sekali mengetahui di belakangku Reva berusaha mendekati lelaki itu."Aku tahu, Sayang, karena itu aku tak pernah menanggapi cerita Reva. Dia terus-menerus datang sampai akhirnya kamu memergoki kami.""Tapi kenapa dia duduk di pangkuanmu?" Aku masih menaruh curiga, tidak mungkin kan Reva tiba-tiba saja duduk di sana.Saga tertawa. "Kamu kalau sedang cemburu cantiknya nambah."Aku bisa merasakan pipiku memanas, mungkin warnanya sudah merah sekarang mendengar rayuan Saga, sejak dulu lelaki itu sangat pintar membuat hatiku melambung."Gak usah ngalihin topik. Ayo cerita." Aku mendesak saga karena penas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status