Share

Part 4

Penulis: Rz cha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 13:47:04

Lima tahun kemudian….

Suara burung burung berkicau meramaikan suasana pagi yang mana matahari masih belum begitu naik, bayang bayang masih lembut, embun pun juga masih basah. Menandakan jika pagi belum terlalu beranjak. 

“ Hoam! 

Seorang anak kecil yang belum genap lima tahun, terbangun karena suara kicauan burung burung yang hinggap di pohon tepat sebelah kamarnya. Ia terlihat mengucek ucek matanya yang sedikit masih mengantuk. Anak kecil itu langsung turun dari ranjangnya kemudian membuka jendela kamarnya. 

Whuuuus! 

Angin segar langsung masuk kedalam kamarnya yang lumayan besar karena ada tiga ranjang single di dalam ruangan itu. Masih ada dua anak yang masih bergelung dalam selimutnya disetiap ranjang. 

“ Kak Xaquil bangun, pagi akan segera beranjak, apakah kakak akan melihat pintu surga” Ucapnya sambil mengoyangkan tubuh kakaknya.

Anak kecil lain mengeliat ketika merasakan tubuhnya berguncang guncang. 

“ Xavier, apakah kamu sudah bangun” Ucap Xaquil kemudian merentang kedua tangannya mengeliat.

“ Kalau aku belum bangun, terus siapa yang sedang membangunkan Kakak” Balas Xavier kemudian beranjak ke ranjang yang ada ditengah, ia membuka selimut dan mengoyangkan tubuh gadis kecil. 

“ Xhaqella, bangun kamu mau lihat pintu surga tidak? Sebentar lagi terbuka dan akan menghilang” Ucap Xavier pada adiknya. 

“ Uuugghhh.. kak, aku mau lihat tapi aku mengantuk” Balasnya sambil mengeliat. 

“ Kalian cuci muka terlebih dahulu biar lebih segar, sebentar lagi kita berangkat” Ucap Xaquil dari arah kamar mandi habis mencuci muka.

“ Baiklah” ucap Xavier kemudian kekamar mandi sambil membawa handuk kecil.

Sambil menunggu Xavier keluar dari kamar mandi, Xaquil dan adiknya langsung membereskan tempat tidurnya. Selimut mereka lipat dengan rapi. Meskipun mereka masih anak kecil, namun mereka sudah bisa membereskan tempat tidurnya karena didikan ibunya. 

“ Xhaqe, cepat cuci muka, biar kakak siapkan jaket” Ucap Xaquil. 

Xhaqella langsung menuruti kakaknya karena jika Xaquil sudah berbicara maka harus menurut, meskipun jarak mereka hanya beberapa menitan tapi Xaquil punya jiwa pemimpin yang tinggi, apalagi didukung dengan wajahnya tegas dan terkesan  dingin. 

 Setelah mereka  mencuci muka dan mengenakan jaket dingin mereka keluar dari kamarnya, kemudian berjalan beriringan menuju dapur yang ternyata ibunya sedang menyiapkan susu untuk ketiga malaikat kecil yang selalu memberinya kekuatan untuk tetap bertahan.

“ Pagi Ibu” Ucap ketiga anak mengemaskan itu dengan serempak. 

“ Pagi juga para malaikat ibu? Wah! Kalian sudah rapi tanpa harus ibu bantu, kalian memang anak anak yang hebat” Ucap Perempuan yang tidak lain adalah Elvaretta Granne. 

Ya, Elvaretta Grane telah melahirkan tiga bayi kembar yang sangat lucu dan imut ini, Lima tahun lalu setelah mengambil surat perceraian, El memutuskan meninggalkan kota. ia pergi ke kota lain yang sangat jauh dari tempat mantan suaminya tinggal. dan di sinilah El tinggal bersama tiga bayinya yang lucu dan imut.

“ Iya, kan ada kak Xaquil yang membantu aku Bu” Ucap Xhaqella dengan imutnya memuji kakaknya. 

“ Ibu, tadi Xavier yang bangun duluan kemudian membangunkan kak Xaquil” Ucap Xavier tidak mau kalah dan juga ingin mendapatkan pujian dari sang Ibu. 

“ Baiklah, kalian semua memang anak yang hebat semua” Ucap Elvareta kemudian mengusap kepala ketiga anaknya dengan lembut. Dan itu membuat kedua anaknya girang sambil melompat lompat kecil membuatnya semakin gemas dengan tingkahnya. Sementara Xaquil hanya tersenyum melihat kedua adiknya merasa girang. Xaquil memang lebih dewasa di bandingkan kedua adiknya. Mungkin karena keadaan yang memaksa untuk jadi peribadi yang mandiri dan juga tanggung jawab. Umur hanyalah sebuah angka bagi Xaquil.

“ Baiklah kita akan ke bukit depan dulu  ya Bu, ibu mau ikut kita untuk melihat pintu surga tidak” ucap Xaquil. 

“ Tentu ikut dong, tapi sebelum itu minum susu terlebih dahulu, mumpung masih hangat sekalian untuk menghangatkan tubuh kalian” ucap El sambil memberikan mereka segelas susu masing masing.  

Anak anak langsung menerimanya dengan senang hati dan meminumnya hingga tadas, setelahnya mereka langsung menaruh gelas di wastafel tempat cuci piring. 

“ Ibu, kita sudah meminum susunya mari kita berangkat, takutnya pintu surganya hilang karena matahari yang mulai tinggi”ucap si bungsu dengan semangat sambil melompat lompat kecil.

“ Baiklah, ayo kita cari udara segar” ucap El lalu mengiring ketiga anaknya keluar dari rumah. Kemudian menuju bukit dekat rumahnya. 

Memang setiap pagi khususnya hari libur El selalu mengajak anaknya untuk melihat matahati terbit di bukit itu sejak mereka berumur tiga tahun. Dan ternyata anak anaknya jadi kecanduan hingga sekarang. Ketiga anaknya sangat menyukai warna langit di pagi hari maupun di sore hari. Gurat durat warna langit yang terkadang emas kemerahan atau keunguan itu yang membuat anak anaknya sangat menyukainya. Mereka menyebutnya pintu surga. 

Diantara embun yang masih basah, El dan ketiga anaknya berjalan beriringan menuju bukit belakang rumahnya. Di depan Xaquil memimpin jalan kemudian di tengan si bungsu Xhaqella dan di belakangnya ada Xavier. Mereka selalu menaruh Xhaqella di tengah supaya kedua kakaknya bisa menjaganya dengan baik. Gumaman lembut keluar dari mulut ketiganya mengiringi hembusan angin di pagi hari. 

“ Wah! Akhirnya kita sampai juga, Ibu, Kakak lihatlah langitnya pagi ini berwarna merah keemasan. Kenapa terlihat selalu indah” ucap si kecil Xhaqella dengan mata berbinar binar menatap indahnya langit di ukuf timur. Mereka tidak pernah bosan, meskipun mereka selalu menikmati matahari terbit dan terbenam. 

“ Itu karena pintu surga sedang terbuka, makanya keindahannya terpancar hingga melukis langit dengan sangat indahnya. Aku penasaran seperti apa indahnya surga itu” Xavier menimpalinya. “ Eh, kita harus berdoa, jika pintu surga terbuka itu artinya banyak malaikat yang keluar dari surga dan membawa rejeki untuk umat manusia” lanjut Xavier kemudian menengadahkan tangannya samabil mulut kecilnya berkomat kamit. 

Tidak mau ketinggalan Xhaqella juga ikut berdoa seperti yang kakaknya lakukan, sementara itu Xaquil tersenyum senang kala melihat adiknya yang menurutnya sangat lucu padahal dia juga tidak kalah lucu namun Xaquil selalu bersikap sok dewasa, kemudian ia juga ikut berdoa. Konon katanya berdoa di waktu pagi atau petang adalah doa yang terbaik.

Tidak mau kehilangan momen yang indah itu, El langsung mengabadikan ketiga anaknya dalam bentuk Video di dalam ponselnya. 

‘ Terima kasih Tuhan sudah mengirimkan tiga malaikat kecil ini untuk mewarnai hidupku, aku berjanji akan membuatnya bahagia terus’ batin El.

Namun terkadang hatinya miris saat melihat anak gadisnya yang sangat mirip dengan seseorang yang telah ia kubur dalam hatinya. Wajah Xhaqella mirip mantan suaminya hanya saja matanya yang seperti dirinya berwarna hijau. Sedangkan kedua anak cowoknya mirip dirinya namun matanya ikut Ayahnya berwarna biru.

“ Doa apa yang kakak panjatkan pada Tuhan” tanya Xhaqella yang penasaran ketika melihat kedua kakaknya juga berdoa. 

“ Itu rahasia antara aku dan Tuhan” jawab Xaquil dan Xavier serentak. 

“ Ish! Masa sama adik sendiri main rahasia rahasiaan, ingat lho pintu surga masih terbuka itu artinya malaikat masih berkeliling. Bisa juga dia sedang bersama kita sekarang ini” ucap Xhaqella tetap berusaha. 

“ Tahu tidak kenapa langit berwarna seperti ini ketika di pagi hari atau sore hari” tanya Xaquil pada kedua adiknya. 

“ Tentu saja itu karena pintu surga terbuka” ucap Xhaqella yang di setujui oleh Xavier dengan mengangguk anggukkan kepalanya. 

“ Betul, tapi lebih tepatnya itu dikarenakan sinar matahari yang menyinari bagian bawah awan yang serat air. Dan juga posisi matahari masih rendah, sinar matahari akan melewati lebih banyak molekul atmosfer dan memantulkan warna biru. Cahaya biru yang terus menerus di pantulkan kemudian hilang dan yang tersisa cahaya dengan Panjang gelombang terpanjang yaitu cahaya merah” ucap Xaquil dengan gaya seperti orang dewasa menjelaskan pada anaknya, sedangkan kedua adiknya hanya melongo mendengarnya. Begitu pula dengan El yang semakin kagum di buatnya dengan tingkah anak anaknya.

“ Wah, anak ibu terlihat sangat pintar semua, apakah di sekolah kamu mendapatkan pengertian itu Xaquil” tanya El penasaran karena biasanya anak anaknya selalu bertanya padanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 394

    Xaquil masuk ke dalam mobil, di dalam sudah ada Daren yang duduk di kursi kemudi. " Paman kita mau kemana, menemui klien atau yang lain" ucap Xaquil begitu masuk ke dalam mobil. " Hum, kita ketemu orang, paman juga belum tahu bentukannya seperti apa. Ini hanya mengikuti apa kata Mama. Tapi hari ini kamu memanggil Paman Ayah jangan paman" ucap Daren langsung membuat Xaquil menoleh, lalu memincing pada pamannya. Xaquil terlihat sedang berpikir. Seolah olah bertanya apa yang terjadi pada Pamannya. " Terdengar sangat mencurigakan" gumam Xaquil, kemudian memasang seatbelt. Daren hanya tertawa renyah saat mendengar keponakannya mengerutu. Dia kemudian menjalankan mobilnya membelah kota. Hari libur, membuat jalanan terasa kosong. Biasanya sangat padat kini dia bisa melaju dengan bebas hambatan. Dan tidak beberapa lama akhirnya Daren menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe mewah yang ada di pusat kota. " Kita turun Boy" ucap Daren mengajak Xaquil turun, Xaquil hanyalah bisa patuh. Ap

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 393 Baby Ether

    Setelah kondisi membaik, El dan Baby nya di bawa pulang ke kediaman Hill. Kini bayi itu sedang anteng berada di pangkuan Tuan besar Hill. Bahkan Sean dan El tidak kebagian waktu untuk bersama anaknya. Para tetua yang menguasai bayi itu, entah dalam sehari sudah berapa kali pindah tangan. " Kak Xaquil, adik belum diberi nama lho? Kemarin adik sudah setuju jika kakak yang memberikan namanya" ucap Xhaqella membuntuti kakaknya yang hari ini berdandan rapi. " Kakak mau kemana, apakah aku boleh ikut" lanjut Xhaqella, penasaran setelah umur mereka tujuh tahun, kakaknya berubah semakin dingin dan dewasa. Tapi tetap sayang padanya. Xaquil menoleh pada adiknya, apakah adiknya sedang bermimpi. " Apakah adik bayi sudah bisa bicara?" Tanya Xaquil sambil tersenyum tipis. " Dia memberi kita tanda, cobalah kita dekati dan lihatlah langsung, adik kita seperti anak ajaib" ucap adiknya semakin heboh. Dia menuntun kakaknya menuju ruangan Bayi dan menghampiri kakek buyutnya. " Lihatlah adik bayi masih

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 392

    Matahari sudah mulai condong ke arah barat. Seorang pria mengunakan jas putih, berdiri menghadap ke bukit. Dia masih ingat saat setiap sore seperti ini, orang yang dia panggil Mama sering duduk di sana dengan segudang penyesalan. Tapi dia bersyukur pemandangan itu tidak terlihat lagi olehnya di saat ini. " Kevin apa yang kamu lamunkan? Apakah kamu tidak bahagia?" Tanya Keenan sang adik yang kini mengikuti dirinya ke negara ini. " Tentu saja aku bahagia, hanya saja aku teringat Mama, setiap sore seperti ini dia selalu ada di bukit sana dengan sebuah penyesalan yang dalam. Dia meyesal telah kehilangan kamu dan Jaden saat itu, dia akan kembali bila malam menjelang, terkadang harus aku jemput. Aku hanya berharap Mama sudah sembuh" ucap Kevin, sebenarnya dia juga merindukan mamanya itu. Termasuk ibu dan ayah kandungnya. " Tente Erni sudah bahagia, barusan bos Joe mengirimi aku foto, Ibunya yang mengendong anaknya Tuan Sean dan Nyonya Elvaretta. Mereka meminta kita pulang ke sana. Apaka

  • Membawa Benih Sang Mantan    part 391

    El membuka matanya ketika mendengar suara yang sangat ramai, dia tersenyum melihat keluarganya yang sedang berebut bayi. Dan sesekali terkekeh kecil melihat Sean di omelin dan di salahkan. Tidak jauh dari sana, dia melihat anak sulungnya masih tertidur dengan alas jaket. ' Ya Tuhan, anak aku kasihan sekali, pasti dia lelah. Maafkan Ibu Nak, karena selalu menyusahkan kamu terus' batin El dengan berkaca kaca. " El kamu kenapa, apakah kamu merasa tidak nyaman" ucap Aland, saat melihat cucu menantunya berkaca kaca. " Aku baik baik saja Opa, hanya saja Bolehkah minta tolong sama salah satu dari kalian, pindahkan Xaquil ke sini, aku ingin memeluknya" ucap El. " Sean paham apa yang dirasakan oleh El, dia kemudian mengangkat Xaquil dan meletakan di ranjang milik El. " Maafkan Ayah Ya Nak, maafkan Aku Sayang" lanjut Sean mencium kening Xaquil dan juga El. " Terima kasih El, kamu sudah berjuang, tapi kamu tenang saja, Biarkan Ibu yang mengurus anak kamu, supaya Ibu juga merasakan bagaiman

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 390

     Badai di luar mulai berhenti secara berlahan, tepat jam tiga dini hari  bersamaan terdengar suara teriakan dari dalam ruangan. " Paman kenapa di dalam ada suara teriakan kesakitan, apakah Ibu baik baik saja" ucap Xaquil, dia khawatir dengan keadaan ibunya. " Ternyata melahirkan anak ke dunia sangatlah menyakitkan. Untuk itu, cukup kali ini Ibu punya anak lagi, aku tidak mau punya adik lagi" lanjut Xaquil tegas." Itu karena Ayah kamu yang terlalu genit pada ibumu" ucap Daren dia keceplosan bicara, tidak seharusnya Xaquil mendengar hal seperti ini. " Setelah ini Ayah tidak boleh menguasai Ibu lagi, tadi saja kalau tidak aku siram dia tidak bangun, beruntungnya juga tadi aku merasa khawatir dengan ibu dan langsung berkunjung ke kamar ibu" ucap Xaquil dia memang anak yang sangat perhitungan. " Jadi tadi Ayahmu tidak tahu ibumu mau melahirkan" ucap Daren. Xaquil mengangguk dengan cepat. " aku yang menemukan ibu kesakitan di lantai, semen

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 389

    Petir menyambar langit malam, disertai dengan hujan yang turun dengan deras. Menguyur seluruh kota, kini kota menjadi sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang lagi. Semua orang sepertinya menikmati malam dengan bergelung selimut tebal. Wwooosh! Wooosh! Angin juga bertiup membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam tulang. Aaarrrggghhh! Suara rintihan lirih terdengar disela sela badai malam ini, suaranya semakin jelas karena terbawa oleh angin. Aaarrrr!" Sean bangunlah.... Sean!" Ucap El sambil mengoyangkan tubuh suaminya. Namun sang suami tidak kunjung bangun, untuk itu El berusaha bangkit sambil memegangi perutnya yang sudah membesar. Dia tahu hari ini, bayi dalam kandungannya sudah akan keluar. El meraih ponselnya kemudian memanggil Daren, dia berharap Daren terjaga, tidak mematikan ponselnya. Dia tidak kuat meminta bantuan yang lainnya. " Daren tidak diangkat juga, pastinya dia juga sudah tidur, apalagi ini sudah jam dua dini hari, hujan pula kondisinya" gumam El sambil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status