Share

Bab 4 - Alergi Udang

Penulis: Mourise
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-08 17:20:54

"Jadi, informasi apa yang kau dapatkan?" tanya Jerico saat asisten pribadinya masuk ke dalam mobil.

Selain mengikuti ke mana Greta pergi, Jerico memerintahkan asisten pribadinya mencari informasi terkait perempuan itu. Apa lagi dia harus tahu siapa lelaki yang bersama Greta saat ini.

"Lelaki itu bernama Calvin, dia sahabat Greta," ucap Marko kemudian mengambil napas lalu dia keluarkan perlahan. Dia khawatir informasi selanjutnya akan membuat atasan sekaligus sahabatnya itu naik pitam.

"Lalu? Itu saja?" Jerico tidak yakin informasi yang Marko dapatkan hanya sebatas itu.

Marko ragu-ragu untuk mengatakannya. "Mereka tinggal di lantai dua nomer enam belas."

"Maksudmu mereka berdua tinggal bersama?" Tanpa perlu jawaban dari Marko, Jerico sudah bisa menebaknya.

Marko tidak membuka suara. Dia terdiam, menunggu perintah Jerico selanjutnya. Sebab dia paham sekali kalau sahabatnya tidak akan tinggal diam.

"Aku ingin kau urus si Calvin ini. Kau mengerti maksudku, kan?"

"Tentu saja." Marko paham. Jerico memerintahkannya agar Calvin tidak tinggal bersama Greta. Bila perlu keduanya tidak saling dekat dan berhubungan satu sama lain lagi.

***

"Loh, komputer kita ke mana, Ta!" Mega panik saat memasuki ruang kerja tidak mendapati komputernya di meja.

"Aku juga tidak tahu." Greta juga bingung kenapa komputer di meja tiba-tiba menghilang.

"Jangan panik! Meja kalian sudah dipindahkan," ucap Satria datang bersama Nino. "Kami yang memindahkan komputer kalian berdua."

Greta semakin bingung. "Kenapa harus pindah?"

Nino menghela napas. "Pak Jerico yang minta dan perintah kita. Semua sudah terpasang rapi, dan meja kalian berhadapan dengan ruangan Pak Jerico."

"Terima kasih. Maaf merepotkan kalian berdua pagi-pagi."

"Tidak masalah, Ta. Pak Jerico saja yang menyebalkan." Satria menumpahkan kekesalannya. "Mungkin karena kita suka ngobrol, atau jangan-jangan ...." Dia sengaja menggantungkan kalimatnya seraya mengusap dagu.

"Jangan-jangan Pak Jerico benar suka padamu, Ta," timpal Mega.

Ucapan Mega barusan jelas membuat Nino tak suka. Pasalnya sejak kali pertama Greta masuk ke perusahaan, Nino telah menyukainya. Dia hanya memendam perasaannya seorang diri tanpa seorang pun tahu.

"Jangan bicara yang aneh-aneh, nanti bisa jadi gosip." Sadar beberapa meja telah terisi rekan kerjanya, Greta memandangi jam yang terpasang di dinding. "Lebih baik kita ke meja masing-masing. Sebentar lagi, pasti Pak Jerico datang."

Sesuai dengan perintah Greta, mereka berempat membubarkan diri menuju meja kerja masing-masing. Mega kegirangan ketika mejanya tertata rapi dan didesain lebih bagus dari meja yang lama. Sedangkan Greta, biasa saja.

"Kalau gini caranya, aku bakalan betah kerja. Belum lagi, bisa mandangin wajah tampan Pak Jerico di seberang. Duh ... makin semangat." Mega duduk sembari tersenyum dan menopang dagunya dengan kedua tangan.

Greta geleng-geleng kepala kemudian tertawa kecil. "Ingat Satria, eh!"

Mega memanyunkan bibirnya. "Aih, tidak bisa lihat teman sendiri senang sedikit apa!"

Keduanya kembali melanjutkan pekerjaan sebelum akhirnya tak lama kemudian, Pak Jerico datang bersama asisten pribadinya. Mereka terlibat obrolan sebentar kemudian menegur Greta dan Mega.

"Bagaimana dengan meja baru kalian? Nyaman? Kalau kurang nyaman, nanti saya minta mereka untuk merombaknya lagi."

"Sangat nyaman sekali, Pak," sela Mega langsung. Padahal yang dia harapkan jawaban dari Greta.

"Bagus kalau kalian suka dan nyaman. Oh, ya Greta. Satu jam lagi kita ada meeting dengan Pak Radit. Saya ingin kamu siapkan semua berkas dan dokumen yang diperlukan. Jangan sampai ada yang salah dan tertinggal."

"Baik, Pak. Saya siapkan semuanya sekarang."

***

"Semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar," ucap Pak Radit seraya mengulurkan tangan.

Jerico meraih uluran tangan Pak Radit, lalu keduanya berjabat tangan. "Terima kasih, karena Pak Radit telah menyetujui kerja sama ini. Saya pastikan perusahaan kami akan melakukan yang terbaik."

"Baiklah. Kami permisi dulu." Pak Radit dengan sekretarisnya pamit terlebih dahulu.

Meeting pun selesai. Selagi Jerico tengah menerima telepon, Greta merapikan berkas-berkas dan dokumen yang dia gunakan presentasi tadi. Sebentar lagi jam makan siang, dia baru ingat kalau memiliki janji dengan Nino untuk makan siang bersama.

"Waktunya jam makan siang. Kita makan dulu, ya." Jerico kembali ke meja setelah menyudahi teleponnya. Kebetulan tadi mereka meeting di restauran ini. Jadi, Jerico berinisiatif sekalian mengajak Greta makan siang bersama.

"Tapi, Pak, saya sudah punya janji dengan teman kantor," tolak Greta baik-baik.

"Teman kantor yang mana? Mega? Satria?"

"Nino, Pak. Saya tidak enak kalau harus ingkar janji."

"Jadi, kamu lebih memilih Nino daripada atasanmu sendiri? Yang menggajimu siapa?" Nada bicara Jerico terkesan emosi namun masih pelan.

"Bukan begitu, Pak. Tapi sa-saya ...."

"Saya tidak terima penolakan apa pun." Jerico langsung memotong ucapan Greta. Perempuan itu masih sama seperti dulu, keras kepala.

Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan ajakan Jerico. Dia tidak ingin gajinya dipotong ataupun tidak dibayarkan bulan ini. Sebab bulan ini, giliran dia yang membayar sewa kosan setelah bulan sebelumnya Calvin yang membayar.

Jerico tersenyum penuh kemenangan. Dia yakin perlahan-lahan bisa menaklukan hati Greta lagi seperti dulu. Dia bisa membuat perempuan itu mencintainya lagi.

"Kamu ingin pesan apa?" tanya Jerico. Nada bicaranya berubah melembut.

"Terserah Bapak saja." Greta merasa dirinya tidak nyaman. Apa lagi sorot mata atasannya itu terus menatapnya tajam.

"Sudah saya pesankan." Jerico paham jika Greta tidak nyaman bersamanya. Maka dari itu, dia mencoba bersikap santai. Bukan memposisikan dirinya sebagai atasan dan bawahan, melainkan teman. "Omong-omong sudah berapa lama kamu bekerja di perusahaan saya?"

"Satu tahun lebih, Pak," ucapnya seraya mengirimkan pesan pada Nino jika dia tidak bisa datang.

"Kalau sedang di luar kantor, jangan panggil saya Bapak. Panggil Jerico saja."

"Ba-baik, Pak. Eh, Jer-jerico." Greta tergagap karena gugup. Dia menunduk malu sekaligus merasa aneh dengan tingkah atasannya yang terkadang berubah-ubah.

Tak lama menunggu, pesanan mereka akhirnya tiba juga. Jerico memesan pasta untuk Greta dan nasi goreng untuk dirinya sendiri. Namun makanan Greta menarik perhatian Jerico.

"Kamu makan ini saja." Jerico menukarkan nasi goreng miliknya dengan pasta untuk Greta. "Ada udang. Kamu bisa alergi nanti."

Bukan hanya terkejut, lagi-lagi Greta dibuat heran oleh lelaki itu. "Bapak tahu kalau saya alergi udang? Apa sebelumnya kita pernah kenal dan dekat?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mince Hermawan
kok sama. aku juga alergi udang
goodnovel comment avatar
Aprilia Choi
pepet terus Jer...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 36 - Kerinduan

    "K-kau?" Greta terkejut saat seseorang itu berbalik badan. "Koko? Kenapa kau di sini?" Greta menghampiri Jerico di paviliun. "Jadi, Tuan Besar yang dimaksud Rita itu, kau?""Memangnya kenapa? Kau tidak suka aku berada di sini? atau kau mengharapkan orang lain?" Jerico berkata dengan dingin.Greta menggeleng cepat. "Bukan begitu. Aku justru lega kalau Tuan Besar itu adalah kau. Aku benar-benar ketakutan. Aku takut jika ternyata Marko menjualku pada lelaki hidung belang."Jerico menarik Greta ke dalam pelukannya. "Aku tidak akan membiarkan itu semua terjadi padamu.""Lalu kenapa kau melakukan ini semua padaku?" ucap Greta manja masih berada dipelukan lelaki itu."Aku melakukannya karena merindukanmu. Kau tidak merindukanku memangnya?" Jerico melepas pelukannya."Tentu saja aku merindukanmu. Kau yang lebih dulu cuek dan tak peduli padaku. Sampai-sampai aku tak menyangka, kau mengenalkan Shena di depan para karyawan." Greta memukul dada Jerico karena kesal."Bukankah, kita telah setuju so

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 35 - Bertemu Tuan Besar

    Suara ketukan pintu kamar membuat Greta bangkit dari duduknya. Pintu tersebut akhirnya terbuka. Dia mendapati pelayan itu membawakan sebuah nampan berisi makanan."Makan siangmu sudah siap. Nona harus makan dulu," ucap pelayan seraya memberikan nampan tersebut pada Greta."Aku tidak mau makan," tolak Greta. Dia tidak mengambil nampan itu justru memalingkan wajahnya."Ini perintah. Kalau Nona tidak mau makan, mereka bisa melakukan apa saja padamu." Dua orang bodyguard dengan tubuh kekar masuk ke dalam kamar.Bulu kuduk Greta merinding saat kedua bodyguard itu menatapnya tajam. "Oke, baiklah. Letakan saja itu di nakas. Nanti aku akan memakannya."Pelayan tersebut menuruti perintah Greta. "Kalau Nona tidak memakannya, Nona tahu, kan, akibatnya?"Greta memutar kedua bola matanya jengah. "Iya, aku mengerti.""Baiklah, kami permisi dulu." Baru saja ingin keluar kamar, pelayan itu dicegah Greta lebih dulu."Tunggu! Siapa namamu?" tanya Greta. Dia tahu kalau pelayan itu sebenarnya baik hati d

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 34 - Terkurung di Rumah Mewah

    Mobil yang dikendarai Marko tiba di sebuah rumah mewah. Dia turun lebih dulu dan berbicara pada salah satu bodyguard yang berjaga di sekitaran rumah. Kemudian dia kembali lagi ke mobil serta memerintahkan Greta keluar.Greta tampak kebingungan kenapa lelaki itu membawanya ke sana. Dia pikir Marko mengajaknya bertemu dengan klien, tapi ternyata tidak. Ketakutan yang dia rasakan mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Perasaannya pun tak enak."Aku tidak bisa menemanimu ke dalam," ucap Marko. "Tugasku hanya mengantarkanmu ke tempat ini.""Maksudmu ... kau meninggalkanku sendiri? Di tempat asing ini?" Greta panik. Dia tidak mengerti kenapa Marko mengajaknya ke tempat itu."Maafkan aku, Ta. Tapi kau tak perlu khawatir dan takut, kau hanya perlu menurut dengan perintah mereka semua. Maka kau akan tahu jawabannya.""Sebenarnya ada apa? Kenapa berbelit-belit? Katakan saja langsung ke intinya." Bukannya tenang, Greta semakin panik dengan ucapan Marko."Aku tidak bisa memberitahukanmu. Percayalah,

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 33 - Menahan Kerinduan

    "Kalau begitu minggu depan kalian akan bertunangan," kata Papa David memberikan keputusan secara sepihak."Apa?" Jerico dan Shena berucap bersamaan."Kenapa? Ada apa?" Papa David heran dengan Jerico dan Shena. Bukankah mereka sudah setuju?"Apa tidak terlalu cepat, Om?" Shena protes dengan keputusan Papa David."Papa tidak ingin menundanya lama-lama lagi. Lebih cepat lebih baik," ucap Papa David dengan tegas. "Papa juga tidak ingin kau berhubungan dengan sekretaris itu lagi."Kedua mata Jerico menatap Papa David dengan tajam. "Papa tahu dari mana aku memiliki hubungan dengan Greta?""Mudah saja bagi Papa untuk mencari tahu. Lagi pula Papa juga sudah menemui dan bicara padanya agar menjauhimu." Papa David menghembuskan napasnya. "Dengar, Jer. Dia tidak pantas untukmu. Dia tidak sebanding dengan keluarga kita.""Papa tidak berhak menilai Greta seperti itu. Meskipun sederhana tapi dia perempuan yang baik dan istimewa," sanggah Jerico. Dia tidak terima jika Papanya merendahkan Greta. "Aku

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 32 - Memperkenalkan Shena di Kantor

    "Saya ingin memberitahukan informasi kalau ...." Jerico menggantungkan kalimatnya ketika melihat Greta di barisan paling belakang. Jerico berdeham seraya melingkarkan tangannya pada pinggang seseorang di sampingnya. "Kalian bisa melihat perempuan yang bersama saya, dia Shena, calon pendamping saya."Terdengar sorak sorai dari para karyawan. Di antara mereka ada yang memberikan selamat serta mendoakan agar hubungan keduanya langgeng. Bahkan beberapa ada yang tidak suka."Baiklah, itu saja. Silakan kembali ke meja kalian masing-masing," sambung Jerico.Jerico melangkah sembari menggandeng Shena menuju ruangannya. Dia melewati Greta begitu saja tanpa menoleh sedikit pun. Sikap Jerico yang dingin, sangat menyakitkan bagi Greta. Dia paham bahwa ini adalah konsekuensi dari keputusannya. Hubungannya dengan Jerico menjadi meregang."Kau tidak protes dengan Pak Jerico? Dia sudah berani memperkenalkan perempuan itu di hadapan para karyawan. Seharusnya yang berada di sana tadi adalah kau, Ta." M

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 31 - Menerima Perjodohan

    "Siapa sebenernya perempuan itu?"Penasaran dengan apa yang dilihatnya, Greta memegang knop pintu dan membuka lebar dengan perlahan. Kedua mata Greta membulat kala seorang perempuan asing berada di kamar kekasihnya."Kau siapa?" tanya Greta langsung membuat perempuan itu beranjak dari tempat tidur. "Ada hubungan apa kau dengan Jerico?""Greta? Emmm ... aku Shena." Perempuan yang bernama Shena itu langsung menutup mulutnya. Dia melirik Jerico memberikan tanda bahwa dirinya keceplosan. Dia baru saja diberi tahu jika Greta mengalami amnesia."Kau tahu namaku? Padahal sebelumnya aku belum pernah bertemu dan kenal padamu." Greta menatap Shena heran."Ah, itu ... Jerico memberitahukanku jika dia sebenarnya telah memiliki kekasih bernama Greta. Aku langsung berpikir itu kau." Shena beralasan padahal dulu dia sempat mengenal Greta sebelum amnesia.Greta mengalihkan atensinya pada Jerico yang terbaring di kasur. Lelaki itu memandang ke depan tanpa memedulikan dirinya berada di sana. Sejak tadi

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 30 - Keputusan Mutlak

    Lagi-lagi hari ini Greta tidak semangat masuk kerja. Padahal hari ini adalah hari senin dan sudah hampir jam makan siang. Entah karena Jerico tidak masuk ke kantor atau karena keputusannya kemarin. Tapi yang jelas, setelah dia mengatakan keputusanya Jerico langsung mendiamkannya hingga pagi tadi."Kau mau ikut makan siang bersama kami, Ta?" Mega telah disusul Satria untuk makan siang bersama."Kalian saja yang pergi. Aku sudah pesan lewat online." Greta sedang malas keluar dari kantor. Terlebih suasana hatinya yang campur aduk."Baiklah kalau gitu kami duluan." Mega dan Satria beranjak pergi dari sana.Sepeninggal Mega dan Satria, bersamaan itu pula seorang resepsionis datang ke meja Greta dengan membawa makanan yang dia pesan secara online. Dia mengucap terima kasih sebelum akhirnya resepsionis itu pergi."Biar bagaimanapun aku harus tetap makan," ucap Greta dalam hati. Dia memasukan makanannya ke dalam mulut.Greta akui tanpa kehadiran Jerico di kantor, suasana menjadi sepi. Tak ada

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 29 - Sakit

    Greta mendorong troli menuju rak berisi sayuran ketika tiba di All Fresh. Sedangkan Jerico mengikuti saja kemana perempuan itu melangkah. Beberapa sayuran seperti wortel, kubis, kangkung, kacang panjang, bayam, dan lainnya dia pindahkan ke troli.Setelah itu Greta berpindah pada buah-buahan. Sekilas dia mengamati gerak-gerik Jerico yang gelisah. Lagi-lagi lelaki itu kelihatan sedang banyak pikiran."Kau kenapa? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Greta menegur Jerico dengan pertanyaan."Tidak. Hanya saja, tiba-tiba tubuhku terasa enak." Jerico memegang pundaknya yang sakit."Kau sakit, Ko? Kenapa tidak bilang sebelumnya?" Greta merasa bersalah karena tidak menyadari jika kekasihnya itu sakit sejak di apartemen tadi. "Kita pulang saja, ya?"Jerico menggeleng lemas. "Tidak. Kita lanjutkan saja," ucapnya memaksakan diri. Padahal kepalanya mulai ikut sakit."Kesehatanmu lebih penting. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, Ko." Greta menarik tangan Jerico dan meninggalkan troli berisi sayura

  • Membawa Kembali Masa Lalu   Bab 28 - Tinggalkan Jerico!

    Greta kembali ke meja saat sebelumnya meminta izin pada Jerico untuk mengangkat telepon. Dia memandang kekasihnya dengan tersenyum. Pasalnya, lelaki itu tengah menghabiskan dua piring sekaligus hingga berkeringat."Sudah makannya?" tanya Greta memastikan. Barangkali memang lelaki itu menginginkan sesuatu lagi.Jerico mengangguk. "Yah, aku sangat kenyang." Dia mengelus perutnya. "Omong-omong siapa yang meneleponmu?""Bukan siapa-siapa. Hanya teman lama," jawab Greta berbohong. Dia tidak ingin Jerico tahu siapa yang menelponnya tadi."Baiklah. Oh, ya aku sudah membayar ini semua. Tapi sebentar, aku mau menurunkan makanan ini dulu."Greta tak bisa untuk tak tertawa. "Oke, oke."***Keesokan harinya, Greta buru-buru menyantap sarapannya. Pagi ini dia sengaja sarapan tanpa menunggu Jerico bangun. Sebab dia sudah ada janji bertemu dengan seseorang.Greta pamit dan memberi pesan pada Flo jika nanti Jerico mencarinya. Dia tidak menghubungi sopir pribadinya melainkan memesan taksi online. Dia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status