Semua Bab Membawa Kembali Masa Lalu: Bab 1 - Bab 10
36 Bab
Bab 1 - Tragedi Mie Cup
"Hei, itu milikku!" seru perempuan dengan rambut dikuncir kuda.Pria yang mengambil mie cup tersebut berhenti melangkah lantas membalikkan tubuhnya. "Kau bicara denganku?" tanyanya tanpa merasa bersalah."Aku yang melihatnya lebih dulu! Kembalikan padaku!" Bukannya menjawab, perempuan itu justru melayangkan pernyataan."Tapi aku yang mendapatkannya lebih dulu," ucap pria itu sembari melengos pergi ke kasir untuk membayar apa yang sudah di dapatkannya.Sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, perempuan itu memberengut sebal. Pasalnya rasa yang ingin dia santap pada mie cup tersebut hanya tersisa satu. Belum lagi di kosan yang dia tinggali tidak ada makanan sama sekali.Dengan wajah kesal, perempuan itu mengambil asal snack yang berada di samping kanannya. Lantas melangkahkan kakinya menuju kasir. Pria yang dia temui barusan sungguh membuat moodnya buruk."Mba ... aku ambil satu. Kekasihku ini yang bayar, ya," seru perempuan itu kepada mba kasir seraya berlari keluar mini market."He
Baca selengkapnya
Bab 2 - Ingat, atau Tidak?
Pak David menepuk pundak sebelah putranya seolah menstransfer seluruh tanggung jawab di perusahaan. "Papa harus pergi sekarang. Client Papa sudah menunggu. Papa yakin kau bisa, Jer."Jerico hanya membalasnya dengan anggukkan kepala. "Semuanya bisa keluar ruangan dan kembali bekerja kecuali sekretaris," ucap Jerico setelah Pak David keluar ruangan.Selepas ruangan sepi dan tinggallah mereka berdua, Jerico menutup pintu serta jendela kaca yang menembus keluar. Greta masih diam di kursi dan berusaha untuk tetap tenang.Perlahan langkah Jerico mendekat seraya melepas jas kemudian menggulung kemeja putihnya sampai lengan. Greta masih berpikir positif jika atasannya itu ingin memberikan arahan dan penjelasan mengenai pekerjaan.Tubuh Greta kini berada dalam kungkungan Jerico. Wajah lelaki itu semakin dekat dengan wajah Greta, membuatnya bergidik ngeri. Mata Greta terpejam."Kau tidak ingat denganku?" bisik Jerico. Suaranya t
Baca selengkapnya
Bab 3 - Cemburu
"Mega," panggil Jerico ketika ketiganya baru saja sampai di ruangan dari makan siang tadi. "Bisa ke ruangan saya sebentar?" Jerico memang mengubah cara bicaranya menjadi formal ketika di kantor."Baik, Pak." Mega buru-buru meletakkan dompetnya di meja lantas ke ruangan Jerico. Dia tak ingin membuat kesalahan karena atasannya menunggu lama.Sementara Greta dan Satria kembali ke meja dengan pikiran masing-masing. Meski telah mendapat lampu hijau dari Jerico, Satria masih khawatir akan hubungannya dengan Mega. Bisa saja atasannya itu berubah pikiran, lalu memecat salah satu antara dirinya dan Mega.Sedangkan Greta memikirkan perkataan Mega mengenai Jerico yang bisa jadi adalah bagian dari masa lalunya. Rasa-rasanya tidak mungkin karena jika memang lelaki itu kekasih atau suaminya, dia pasti mengaku. Tapi ini, tidak."Hayoooo ... bengong saja! Mikirin apa?" Tiba-tiba Mega datang mengagetkan Greta dengan memegang pundak sahabatnya itu.
Baca selengkapnya
Bab 4 - Alergi Udang
"Jadi, informasi apa yang kau dapatkan?" tanya Jerico saat asisten pribadinya masuk ke dalam mobil.Selain mengikuti ke mana Greta pergi, Jerico memerintahkan asisten pribadinya mencari informasi terkait perempuan itu. Apa lagi dia harus tahu siapa lelaki yang bersama Greta saat ini."Lelaki itu bernama Calvin, dia sahabat Greta," ucap Marko kemudian mengambil napas lalu dia keluarkan perlahan. Dia khawatir informasi selanjutnya akan membuat atasan sekaligus sahabatnya itu naik pitam."Lalu? Itu saja?" Jerico tidak yakin informasi yang Marko dapatkan hanya sebatas itu.Marko ragu-ragu untuk mengatakannya. "Mereka tinggal di lantai dua nomer enam belas.""Maksudmu mereka berdua tinggal bersama?" Tanpa perlu jawaban dari Marko, Jerico sudah bisa menebaknya.Marko tidak membuka suara. Dia terdiam, menunggu perintah Jerico selanjutnya. Sebab dia paham sekali kalau sahabatnya tidak akan tinggal diam.
Baca selengkapnya
Bab 5 - Bertengkar
Greta menjatuhkan dirinya di sofa panjang kala baru saja tiba di kosan. Tiba-tiba saja irisnya menangkap suatu pemandangan yang janggal. Sepasang sepatu perempuan berada di antara sepatu miliknya di rak dekat dengan pintu masuk."Sepatu milik siapa, ya?" tanyanya dalam hati. "Aku merasa tidak memiliki sepatu model itu."Ternyata bukan hanya itu, meja makan terlihat berantakan dengan beberapa sisa lauk. Serta wastafel berisi piring dan gelas kotor dibiarkan begitu saja."Calvin," panggil Greta kala mendapati sahabatnya itu berada di ruang santai bersama perempuan asing."Grey, kau sudah pulang?" Calvin menghampiri Greta kemudian mengajaknya bergabung bersama. "Aku ingin mengenalkan seseorang padamu."Greta menghela napas. Ruang santai yang semula bersih, kini berantakan dengan berbagai macam makanan. Beberapa snack juga berceceran di lantai."Grey, kenalkan dia Lidya, kekasihku. Lid, dia Greta, sahabatku."
Baca selengkapnya
Bab 6 - Fix! Kau Kekasihku
"Kalian siapa?" Greta mengerjap-ngerjapkan matanya usai sadarkan diri. Dia terkejut mendapati beberapa lelaki berpostur besar berada satu ruangan bersamanya. "Di mana aku?""Nona, tenanglah. Kau berada di rumah sakit karena sebelumnya pingsan." Salah satu dari lelaki tersebut menjawab.Greta berusaha mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya. Terakhir kali yang dia ingat sedang berada di kantor, membawakan beberapa map untuk diberikan pada atasannya. Setelahnya dia tidak mengingat apapun lagi."Gret," seru lelaki berstelan jas yang tiba-tiba datang dan langsung memeluk erat perempuan itu. "Akhirnya kau bangun. Aku sangat mengkhawatirkanmu."Yang dipeluk merasakan napasnya sedikit sesak. "Ma-maf, Pak. Apa ini tidak berlebihan? A-aku baik-baik saja."Jerico melepas pelukannya. "Dasar ceroboh! Kau memiliki penyakit lambung, kenapa tidak sarapan?"Greta bingung kenapa atasannya bisa tahu jika dia memiliki sa
Baca selengkapnya
Bab 7 - Takluk
"Wajahmu kenapa redup sekali pagi ini? Seolah matahari berhenti bersinar," ucap Mega sambil menyuap sesendok bubur ke dalam mulutnya. Greta merebahkan tubuhnya di kursi serta membuang napasnya perlahan. "Aku hanya tidak bisa tidur semalaman." "Ada yang kau pikirkan?" "Yah ... kenapa hidupku rumit sekali." Greta mengeluhkan dirinya sendiri. "Kau sudah sarapan? Jangan sampai seperti kemarin. Kau membuatku khawatir." Greta terkekeh. "Tenang saja, Calvin membuatku sarapan pagi tadi. Maaf telah membuatmu khawatir." "Omong-omong saat kau pingsan kemarin, Pak Jerico langsung menggendongmu. Dan kau tahu? Wajahnya langsung panik dan khawatir." "Yang benar saja, Meg. Dia seorang CEO mana mungkin repot-repot menggendong karyawannya." Greta berpikir jika karyawan lainnyalah yang menggendongnya. "Astaga, dia tidak percaya. Aku rasa Pak Jerico benar-benar sangat menyukaimu. Karena kalau tidak, dia tida
Baca selengkapnya
Bab 8 - Bubur Racikan Greta
Hari ini adalah weekend di hari sabtu. Sejak pagi tadi Calvin, Greta, dan Lidya memutuskan untuk lari pagi bersama. Usai berlari berkilo-kilo meter, ketiganya berhenti di sebuah taman untuk beristirahat.Greta membeli dua botol air mineral, satu untuk dirinya dan satu untuk Calvin. Namun saat dia ingin memberikannya pada lelaki itu, Lidya sudah lebih dulu memberikan minuman pada Calvin.Greta tersenyum miris lantas meremat satu botol yang dipegangnya. "Bodoh sekali. Aku lupa kalau Calvin telah memiliki Lidya," ucapnya pelan."Jangan merasa kalau kau sendirian," ujar seseorang yang tiba-tiba datang dan mengambil satu botol yang dipegang Greta. "Kau punya aku. Aku selalu siap kapan aja jika kau membutuhkanku." Kemudian dia meminumnya."Pa-pak Jerico?" Greta mengedip-ngedipkan matanya. "Bapak sedang apa di sini?""Bapak lagi. Susah sekali, ya, menyebut namaku?" Jerico mengusap dagunya sembari berpikir. "Kira-kira panggila
Baca selengkapnya
Bab 9 - Pertarungan Ramen
"Grey, kau baik-baik saja?" Calvin berlari menghampiri Greta yang baru saja tiba di kosan. "Berjam-jam kau tidak sadarkan diri di rumah sakit. Aku mengkhawatirkanmu."Aku baik-baik saja, Vin. Hanya sakit kepala biasa." Greta terkekeh lantas masuk ke dalam dan mengajak Jerico untuk mampir. "Kau sedang masak apa?""Ramen. Lidya ingin makan ramen buatanku. Berhubung kalian sudah pulang, aku akan memasak untuk kalian juga," kata Calvin kembali ke dapur diikuti Greta juga Jerico di belakang."Izinkan aku memasak untuk Greta." Tanpa persetujuan sang pemilik kosan lebih dulu, Jerico mulai mengambil pisau."Hey, aku belum mengizinkanmu," protes Calvin tak terima barang-barangnya disentuh lagi oleh Jerico. Ini kedua kalinya lelaki itu memasak di kosan Greta."Biarkan saja, Vin." Greta menggelengkan kepala sambil tertawa. "Aku tunggu di kamar. Masak yang enak, ya, kalian berdua."Greta menyeret kakinya menuju kamar.
Baca selengkapnya
Bab 10 - Pindah Kosan
"Greeeeyyyy," teriak Calvin. Dia sudah rapi dengan kemeja dan celana jeans."Yaaaa ... ada apa, Vin?" sahut Greta. Dia keluar dari kamar dengan kaos lengan pendek dan hotpants. Rambut basahnya pun ditutupi dengan handuk. "Kalian berdua sudah rapi? Mau ke mana?""Aku ingin mengajak Lidya jalan-jalan berdua," ucapnya sembari menatap Lidya dan tersenyum."Oh, gitu. Baiklah, kau tenang saja aku akan jaga kosan. Kalian bersenang-senang saja.""Hati-hati, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Kami berangkat," kata Calvin dengan raut wajah senangnya.Mereka sudah pergi. Sedangkan Greta terlihat miris sendirian berada di kosan. Calvin tidak lagi mengajaknya jalan-jalan. Seharusnya Greta tahu itu. Tapi kenapa masih berharap?Calvin sudah tidak butuh dirinya. Lagi pula, Greta sudah merasa tidak nyaman di kosan. Semalam dia sudah memikirkan matang-matang kalau dia harus pindah dari kosan. Lebih baik dia mencari kos
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status