Share

Bab 3 - Cemburu

"Mega," panggil Jerico ketika ketiganya baru saja sampai di ruangan dari makan siang tadi. "Bisa ke ruangan saya sebentar?" Jerico memang mengubah cara bicaranya menjadi formal ketika di kantor.

"Baik, Pak." Mega buru-buru meletakkan dompetnya di meja lantas ke ruangan Jerico. Dia tak ingin membuat kesalahan karena atasannya menunggu lama.

Sementara Greta dan Satria kembali ke meja dengan pikiran masing-masing. Meski telah mendapat lampu hijau dari Jerico, Satria masih khawatir akan hubungannya dengan Mega. Bisa saja atasannya itu berubah pikiran, lalu memecat salah satu antara dirinya dan Mega.

Sedangkan Greta memikirkan perkataan Mega mengenai Jerico yang bisa jadi adalah bagian dari masa lalunya. Rasa-rasanya tidak mungkin karena jika memang lelaki itu kekasih atau suaminya, dia pasti mengaku. Tapi ini, tidak.

"Hayoooo ... bengong saja! Mikirin apa?" Tiba-tiba Mega datang mengagetkan Greta dengan memegang pundak sahabatnya itu.

"Haisssshh ... kebiasaan, deh! Ngagetin orang terus." Greta memberengut sebal.

Bukannya merasa bersalah, Mega tertawa geli. Pasalnya Greta memasang wajah lucu saat terkejut tadi.

Sambil berjalan ke meja kerjanya Mega berkata, "Hobi melamun. Mikirin apa sih, Ta?"

Greta menggeleng lemas seraya menempatkan sebelah tangannya sebagai penyangga kepala. "Oh, ya. Kau diintrogasi Pak Jerico apa saja?" Dia hampir lupa menanyakannya.

"Hanya soal pekerjaan. Itu saja," jawabnya enteng.

"Wah, wah, wah ... duo sejoli ini selalu bergosip. Gosipin apa, sih?" Tanpa diundang tiba-tiba saja rekan kerja mereka datang dengan membawa dua cup kopi. "Untuk kalian. Seperti biasa."

"Tidak penting." Greta mengambil dua cup kopi tersebut kemudian menyerahkan satu pada Mega. "Terima kasih, No. Aku jadi tidak enak, kau hampir mengirimi kami kopi setiap hari."

"Bukan masalah." Nino tersenyum. "Yang terpenting kalian harus semangat kerjanya." Dia tidak lupa mensupport kedua temannya.

Dari balik jendela ruangan, Jerico bisa melihat dengan jelas ketiga karyawannya sibuk mengobrol. Apa lagi salah satu dari mereka berusaha mendekati Greta.

Jerico tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Dia menghampiri meja Greta dengan langkah santai. Sontak Greta dan Mega pura-pura berkutat kembali dengan komputer di hadapan mereka. Lain halnya dengan Nino, dia enggan pergi dari meja Greta.

"Sudah jam kerja, kalian masih bergosip," sindir Jerico terang-terangan. "Kalau kalian sudah bosan bekerja di perusahaan ini, katakan saja!"

Greta bangun dari kursi. "Maaf, Pak. Nino hanya memberikan kopi untuk kami."

"Sudah, kan? Kenapa kau masih di sini?" Jerico seolah-olah mengusir Nino. "Silakan kembali ke mejamu."

Nino memandang atasannya itu tak suka. "Baik, Pak. Ta, balik dulu." Greta mengangguk pelan.

Jerico kemudian mengambil kopi pemberian Nino dan menyesapnya sedikit. "Kopi ini tidak enak. Kau tidak akan suka."

"Tapi, Pak, saya biasa minum kopi itu, kok." Greta tidak terima kopi pemberian Nino diambil dan diminum Jerico begitu saja.

Jerico tidak peduli dengan gerutuan Greta. Dia berjalan menuju ruangannya seraya menghabiskan kopi yang diminumnya.

***

"Ta, aku duluan, ya," Mega pamit pulang lebih dulu karena kerjaannya pun sudah selesai. "Jangan lembur terus."

Greta meresponnya dengan tertawa. Jam sudah menunjukkan waktu pulang kantor, tapi Greta belum merampungkan laporan yang harus dikirim hari ini. Sedikit lagi, semua pekerjaannya selesai.

"Belum pulang, Ta." Nino menegur Greta serta menawarkan tumpangan. "Mau pulang bareng?"

Greta menggeleng. "Kau duluan saja. Aku dijemput Calvin."

Harapan Nino untuk mendekati Greta lagi-lagi gagal. "Baiklah. Aku duluan."

Tak lama berselang, Greta berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan tak lupa mengirim laporan tersebut pada Jerico. Suasana kantor sudah sepi. Dia berlari melewati koridor dan menggunakan lift. Calvin pasti sudah menunggunya lama di lobi.

"Maaf membuatmu lama menunggu." Greta meraih helm yang diberikan Calvin, lantas lelaki itu membantu memasangkannya.

"Aku mengerti, Grey." Calvin mencapit hidung Greta dengan telunjuk dan jari tengah. "Jadi, mau ke mana kita? Cari makan atau pulang?"

"Kau tidak lelah? Aku tahu kau sudah terbiasa masak untuk makan malam, tapi ...." Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Calvin meletakkan jari telunjuknya di bibir Greta.

"Untukmu tidak ada kata lelah dalam hidupku." Kata-kata sweet Calvin mulai keluar.

"Mulai, deh. Udah ayo, jalan!" Sambil terkekeh geli Greta menaiki motor tersebut.

Lagi-lagi Jerico mendapati pemandangan yang tidak dia sukai. Sejak tadi dia mendengar pembicaraan Greta dengan seorang lelaki. Keduanya kelihatan sangat dekat.

Saat mereka pergi dengan motornya, Jerico memerintahkan asistennya untuk mengikuti mereka. Paling tidak, dia tahu tempat di mana Greta tinggal dan bersama siapa.

Jerico teringat saat memanggil Mega ke ruangannya tadi siang. Dia meminta perempuan itu jujur dan menceritakan semua hal yang sudah dialami Greta setahun ke belakang.

"Lihat saja! Aku akan mendapatkanmu kembali, Greta."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aprilia Choi
mulai ada saingan nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status