Share

Bab 7 - Takluk

"Wajahmu kenapa redup sekali pagi ini? Seolah matahari berhenti bersinar," ucap Mega sambil menyuap sesendok bubur ke dalam mulutnya.

Greta merebahkan tubuhnya di kursi serta membuang napasnya perlahan. "Aku hanya tidak bisa tidur semalaman."

"Ada yang kau pikirkan?"

"Yah ... kenapa hidupku rumit sekali." Greta mengeluhkan dirinya sendiri.

"Kau sudah sarapan? Jangan sampai seperti kemarin. Kau membuatku khawatir."

Greta terkekeh. "Tenang saja, Calvin membuatku sarapan pagi tadi. Maaf telah membuatmu khawatir."

"Omong-omong saat kau pingsan kemarin, Pak Jerico langsung menggendongmu. Dan kau tahu? Wajahnya langsung panik dan khawatir."

"Yang benar saja, Meg. Dia seorang CEO mana mungkin repot-repot menggendong karyawannya." Greta berpikir jika karyawan lainnyalah yang menggendongnya.

"Astaga, dia tidak percaya. Aku rasa Pak Jerico benar-benar sangat menyukaimu. Karena kalau tidak, dia tidak akan peduli denganmu," ujar Mega memberi kesimpulan.

Greta teringat kejadian semalam sebelum Jerico pulang dari kosannya. Lelaki itu mengatakan jika dia harus menjadi kekasihnya. Hal itulah yang membuat dirinya sulit tidur semalaman.

Beberapa hari bekerja dan menjabat sebagai CEO, bukan berarti Greta sudah memahami betul karakter dan sifat dari atasannya itu. Maka dari itulah Greta tidak langsung menjawab perihal kejadian semalam.

"Ta, Greta!" Mega menyenggol lengan Greta karena perempuan itu melamun.

"Ah, ya, ada apa?" Greta menatap Mega. Sementara Mega memberi kode melalui matanya.

Greta menoleh ke belakang dan mendapati Jerico di sana sambil melipat kedua tangannya di dada. "Eh? Pak Jerico sudah datang? Selamat pagi, Pak," ucap Greta seraya berdiri lalu membungkukkan badannya.

"Kamu, ke ruangan saya sekarang," titah Jerico. Dia melenggang pergi ke ruangannya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ah, sial!" umpat Greta dalam hati. Dia kembali menegakkan tubuhnya dan menuju ke ruang Jerico.

Greta terdiam dan berdiri setelah masuk ke dalam ruangan. Sedangkan lelaki itu masih berkutat dengan ponselnya. Bagi Greta, berada di ruangan tersebut bagai ancaman untuknya.

"Temani saya sarapan." Jerico mengalihkan perhatiannya dari ponsel dan meletakkan tupperware di meja. Tak lupa juga dia menutup jendela dan mengunci pintu dengan memencet tombol pada remote.

"Apa?" Greta memandang atasannya tak percaya.

"Kemarilah!" perintah Jerico. Greta melangkah mendekati meja lelaki itu dengan bingung. "Buka dan suapi saya." Jerico mendorong tupperware ke arah Greta.

Greta mendelik. Dia pikir, Jerico akan memberikannya pekerjaan yang berat tapi ternyata, tidak. Dia bukanlah baby sister yang tugasnya menyuapi seorang bayi. Tapi Jerico bukan seorang bayi, dia hanya mendadak manja.

"Kenapa diam saja? Kau kekasihku sekarang." Jerico menarik tangan Greta membuat perempuan itu terkejut. Greta terjatuh dalam pangkuan Jerico.

"Lepaskan saya, Pak. Aku takut jika karyawan lainnya melihat kita."

"Kamu tenang saja. Tidak ada yang melihat dan masuk ke ruangan ini. Cuma kita berdua." Jerico mengusap ujung bibir Greta dengan lembut.

"Tapi, Pak ...." Greta menggantungkan kalimatnya sebab Jerico mengecup bibirnya sekilas. Lagi-lagi kedua mata Greta nyaris keluar dari tempatnya. "Apa yang Bapak lakukan!" Greta kesal. Lelaki itu tak segan berani menciumnya dengan santai.

"Membungkammu karena cerewet sekali. Aku sudah lapar, ayo suapi saya!" perintah Jerico lagi. "Kalau kamu tidak mau melakukannya, saya akan mengumumkan di depan semua karyawan kalau kita resmi pacaran." Dia mengancam.

"Jangan! Saya mohon jangan lakukan itu, Pak."

"Kalau begitu lakukan apa yang saya perintahkan."

Greta tidak punya pilihan lain lagi kecuali mengikuti perintah Jerico. Lelaki itu telah mengklaim dirinya sebagai kekasih. Padahal Greta sendiri tidak pernah menjawab keinginan dari lelaki itu.

Greta mengambil tupperware lalu membukanya. Harum dari nasi goreng menguar begitu saja memenuhi ruangan. Perlahan dia pun mendekatkan sendok ke mulut Jerico. Lelaki itu langsung melahapnya.

"Kamu sudah sarapan? Saya tidak ingin melihatmu pingsan seperti kemarin," ucap Jerico mengambil alih sendok yang dipegang Greta. "Sekarang giliranmu. Ayo, buka."

"Saya sudah sarapan, Pak. Terima kasih." Greta lagi-lagi menolak.

"Kamu tahu, kan, saya paling tidak suka jika ditolak? Jadi, menurutlah."

Greta menghela napas lantas membuka mulutnya. Untuk kesekian kalinya, dia takluk pada atasannya itu.

***

Saat tiba di kosan, Greta merebahkan tubuhnya di kasur. Meregangkan kedua tangannya ke atas kemudian menarik tubuhnya ke bawah. Hari ini dia sangat lelah. Siapa lagi kalau bukan karena Jerico yang terus-menerus mengerjainya.

Kosan terasa sepi sebab Calvin belum pulang dari kantor. Apa dia lembur hari ini? Entahlah. Omong-omong, Greta memang sudah memaafkan Calvin pagi tadi. Dia tidak bisa berlama-lama bertengkar dengan sahabatnya itu.

"Greeeeyyyy ...." Seruan panggilan namanya terdengar melengking. Suara itu suara Calvin.

Greta beranjak dari kasur kemudian berlari keluar dari kamar. Cacing-cacing di perutnya sudah berdemo minta diberi asupan. Entah sahabatnya itu membeli makanan atau memasak untuk makan malam.

Akan tetapi, lelaki itu membuat Greta keheranan. Pasalnya dia pulang membawa dua koper besar. Dan ternyata dia membawa Lidya pulang bersama.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Greta.

"Lidya menjual rumahnya untuk biaya rumah sakit. Untuk itu, mulai hari ini Lidya akan tinggal bersama kita." Calvin berharap Greta bisa menerima dan pengertian.

"Oh, begitu. Bawa saja koper-koper itu ke dalam dan Lidya bisa tinggal di kamarku," ucap Greta sedikit sinis. Dia sebenarnya tak rela membagi kamarnya dengan orang lain.

Calvin menghela napas lega. "Terima kasih, Grey."

"Terima kasih, Ta. Karena telah mengizinkanku tinggal bersama kalian," kata Lidya masih tidak enak hati. "Secepatnya aku akan mencari tempat tinggal yang baru."

Greta mengangguk. "Kalian lanjut saja beres-beres. Aku ingin membersihkan diri dulu."

Usai menyelesaikan rangkaian kegiatan di malam hari seperti membersihkan diri dan makan malam bersama, ketiganya sibuk masing-masing. Calvin dan Lidya menonton film bersama di ruang santai. Sementara Greta memilih makan camilan di dalam kamar sembari memainkan ponsel.

Tiba-tiba saja ada sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Greta langsung membuka dan membacanya.

[Selamat malam, Sayang. Have a nice dream]

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aprilia Choi
mulai pemaksaan si Jerico Calvin nih nyebelin ya gak perasaan banget ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status