Share

Bab 6 - Fix! Kau Kekasihku

"Kalian siapa?" Greta mengerjap-ngerjapkan matanya usai sadarkan diri. Dia terkejut mendapati beberapa lelaki berpostur besar berada satu ruangan bersamanya. "Di mana aku?"

"Nona, tenanglah. Kau berada di rumah sakit karena sebelumnya pingsan." Salah satu dari lelaki tersebut menjawab.

Greta berusaha mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya. Terakhir kali yang dia ingat sedang berada di kantor, membawakan beberapa map untuk diberikan pada atasannya. Setelahnya dia tidak mengingat apapun lagi.

"Gret," seru lelaki berstelan jas yang tiba-tiba datang dan langsung memeluk erat perempuan itu. "Akhirnya kau bangun. Aku sangat mengkhawatirkanmu."

Yang dipeluk merasakan napasnya sedikit sesak. "Ma-maf, Pak. Apa ini tidak berlebihan? A-aku baik-baik saja."

Jerico melepas pelukannya. "Dasar ceroboh! Kau memiliki penyakit lambung, kenapa tidak sarapan?"

Greta bingung kenapa atasannya bisa tahu jika dia memiliki sakit lambung. Padahal satu-satunya orang yang tahu hanya Calvin.

"Kenapa Bapak bisa tahu soal penyakit lambungku?" tanya Greta penasaran.

"Ah, itu ...," Jerico mengusap tengkuknya yang tidak gatal. "Dokter yang mengatakannya padaku."

"Tentu saja dari Dokter. Jangan berpikir yang aneh-aneh, Gretaaaa ....," ucap Greta dalam hati.

Jerico bernapas lega. Dia nyaris membuat perempuan itu curiga dengannya. "Lebih baik kau makan dulu."

Salah seorang bodyguard Jerico memberikan sebuah bungkusan makanan. Jerico menyiapkan semuanya hingga telah tersedia di mangkuk.

"Ini bubur tiram. Kau pasti akan suka." Jerico menyodorkan sesuap sendok di depan mulut Greta.

Tak ada pilihan lain, lambungnya memang belum di isi apa pun sejak pagi tadi. Greta tidak menolak. Dia membuka mulutnya lantas menikmati setiap tekstur yang masuk ke dalam mulutnya.

"Rasanya ... kenapa tidak asing? Aku seperti pernah memakan bubur itu sebelumnya," ucapnya dalam hati.

Suapan kedua telah mendarat. Akan tetapi, Greta memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit. Dalam pikirannya, ada sebuah bayangan samar-samar dua orang tengah memakan bubur tiram.

Semakin ingin memperjelas, Greta semakin merasakan kepalanya kesakitan. "Aaaawwwhhh ... sakit sekali."

Jerico memerintahkan bodyguardnya untuk memanggil dokter. Dokter datang dengan suster di belakangnya. Dokter langsung memeriksa sedangkan suster memberikan cairan suntikan.

"Pak Jerico, bisa kita bicara di luar?" kata dokter membuat lelaki itu bertambah khawatir.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Greta, Dok?" keduanya sudah berada di luar ruangan.

"Apa sebelumnya Nona Greta mengalami kecelakaan dan amnesia?"

"Iya, Dok. Sampai saat ini dia masih mengalami amnesia."

"Sepertinya ingatannya tiba-tiba muncul. Itulah yang menyebabkan Nona Greta sakit kepala. Itu hal bagus bagi perkembangan ingatannya, akan tetapi jika dipaksakan untuk mengingat memorinya, kejadian ini akan terulang kembali." Dokter menjelaskan panjang lebar.

"Kalau begitu, mulai hari ini saya akan mengawasinya, Dok."

Dokter tersenyum. "Hari ini juga Nona Greta sudah bisa pulang. Saya permisi dulu."

"Baik, Dok. Terima kasih."

***

"Akhirnya kita sampai juga," ucap Jerico saat mobil yang dikendarai bodyguardnya tiba di depan kosan tempat Greta tinggal. "Ah, tunggu sebentar." Dia mencegah perempuan itu dari mobil.

"Maaf, Pak. Saya bisa sendiri." Tanpa pikir panjang Jerico langsung menggendong Greta sampai di kamar. "Turunin saya, Pak." Greta terus memberontak namun tidak digubris lelaki itu.

"Kau harus istirahat. Aku akan menemanimu di sini," kata Jerico saat memasuki kamar Greta. Membaringkan perempuan itu lalu menyelimutinya.

"Tidak, jangan! Emmm maksudku, aku tidak ingin merepotkanmu."

"Calvin belum pulang. Aku khawatir jika sesuatu terjadi padamu." Jerico tahu nama Calvin dari Greta sendiri. Perempuan itu pernah menceritakannya.

Greta semakin bingung dengan sikap Jerico yang kelewat berlebihan. Padahal hubungan di antara mereka sebatas atasan dan bawahan.

"Aku sudah biasa sendiri, Pak."

"Panggil aku Jerico! Kenapa kau keras kepala sekali, hm? Kau sedang sakit."

Greta menghela napas dalam. Percuma juga berdebat dengan lelaki itu karena ujung-ujungnya dia yang akan kalah. Lebih baik dia beristirahat saja.

"Aku ingin beristirahat."

***

"Dia siapa, Grey?" tanya Calvin. Dia baru saja pulang dan mendapati lelaki asing di dapur serta meja makan yang sudah terisi makanan.

Greta diam. Dia masih enggan berbicara dengan sahabatnya itu. Dia masih kecewa karena tidak dihargai.

"Maaf. Kenalkan saya Jerico, kekasih Greta." Jerico datang ke meja makan lantas mengulurkan sebelah tangannya.

Greta menoleh ke arah Jerico dengan kedua mata membulat sempurna. Sementara lelaki itu memberi kode dengan mengedipkan matanya. Greta mengerti jika itu hanya pura-pura.

Calvin terkekeh. "O-oh ... aku baru tahu sahabatku ternyata sudah mempunyai kekasih."

"Ini sup iga untukmu. Makanlah selagi masih hangat." Jerico menyuguhkannya di hadapan Greta. "Oh, ya. Maaf karena aku menggunakan dapur kalian. Greta sedang sakit."

Calvin mendelik. "Kau sakit, Grey? Sakit apa? Kita ke dokter, ya."

"Baru saja aku pulang dari dokter." Akhirnya Greta membuka suaranya." Mulai hari ini lebih baik kita urus diri kita masing-masing."

"Kenapa? Kau masih marah soal kemarin? Soal mobil yang kujual?" Nada Calvin mulai meninggi. "Kau egois, Grey!"

"Hey, kau! Greta masih sakit. Tak bisakah bicara dengan pelan?" Sikap Calvin menyulut emosi Jerico.

"Kita pergi saja dari sini. Aku tidak ingin ada keributan." Greta mengajak Jerico keluar dari kosan.

"Kau harus makan, Gret. Aku sudah memasak banyak makanan untukmu," keluh Jerico saat keduanya sudah berada di parkiran kosan.

Dengan menunjukkan wajah memelas Greta meminta maaf. "Aku minta maaf. Calvin membuat moodku tidak bagus."

Jerico berdeham. "Ehem. Soal di dalam tadi ...."

"Aku mengerti. Bapak hanya berpura-pura karena ingin menolongku. Terima kasih banyak." Greta langsung memotong ucapan lelaki itu.

"Tidak. Maksudku bukan itu." Dada Jerico mendadak bergemuruh kencang. "A-aku serius dengan ucapanku."

Greta tertawa renyah. "Jangan bercanda, Pak."

"Aku serius. Mulai hari ini kau adalah kekasihku." Baru saja Greta ingin membantah Jerico langsung menempelkan telunjuknya di bibir perempuan itu. "Tidak ada penolakan!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aprilia Choi
persaingan dimulai ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status