Share

12. Musuh Bertemu

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2025-06-02 21:50:27

"Demi pria lain. Selingkuhanmu?"

Nindi menatap handphonenya yang dilempar oleh Zeeshan. Rasa kesal dan marah seketika memenuhi dirinya. Nindi bangkit dari sofa lalu berdiri, menatap menantang ke arah Zeeshan.

"Mau demi selingkuhanku atau bukan, itu bukan urusanmu!" ketus Nindi, segera beranjak dari sana dengan menyenggol lengan Zeeshan. Dia menghampiri handphone miliknya yang Zeeshan lempar lalu mengambilnya.

Saat Nindi berdiri–sebelumnya berjongkok untuk mengambil handphonenya, tiba-tiba saja Zeeshan sudah berada di belakangnya.

"Jadi benar jika kau berselingkuh?" ucap Zeeshan dengan nada marah yang tertahan.

"Bukan urusanmu," jawab Nindi ketus, menatap Zeeshan dengan alis menekuk.

Rahang Zeeshan seketika mengatup, menatap Nindi dengan marah. Dia mencengkeram Nindi kemudian menarik perempuan itu secara kasar ke atas ranjang.

Bug'

Dengan amarah yang menyelimuti diri, Zeeshan mendorong kasar Nindi ke atas ranjang–membuat Nindi terhempas kuat, berakhir berbaring di tengah. Dress yang dia gunakan menyingkap ke atas, memperlihatkan paha mulus milihnya.

Nindi awalnya ingin mengumpati Zeeshan yang bersikap kasar padanya. Namun, dia mengabaikan itu, memilih segera menurunkan dress yang naik ke atas. Pipinya merah, bercampur malu dan marah.

"Bajingan!" pekik Nindi setelahnya.

Sayangnya, ucapannya membuat Zeeshan semakin marah. Pria itu dengan cepat melepas pakaiannya lalu segera mengambil posisi di atas tubuh Nindi. Tanpa mengatakan apa-apa, dia menempelkan bibirnya di atas bibir Nindi–melumatnya kasar dan penuh penuntutan.

"Ummffff!" Nindi meringis dan menolak ciuman Zeeshan yang kasar. "Zeeshan!" pekik Nindi dengan setengah menjerit saat berhasil melepas ciuman kasar tersebut.

Namun, pria itu tak mengatakan apa-apa. Zeeshan diam sejenak sambil melayangkan tatapan tajam, gelap, dan terlihat sangat menakutkan. Guratan kemarahan terlihat sangat jelas di wajah pria ini, membuat Nindi meneguk saliva secara kasar. Nindi takut dan mencemaskan dirinya sendiri.

Nindi mencoba bangkit lalu berniat kabur dari atas ranjang, akan tetapi Zeeshan lebih dulu menangkap tubuhnya. Pria itu memeluknya dari belakang, di mana Nindi duduk di atas pangkuan Zeeshan.

Nindi gemetar karena takut, pelukan Zeeshan di perutnya begitu erat dan cengkeraman pria ini di pundaknya juga sangat kuat. Bukan hanya itu, aura mengerikan menguar dari diri Zeeshan, menyelimuti dan seperti melilit tubuh Nindi.

"Ze-- Mas Zeeshan," panggil Nindi pelan, ingin menangis karena benar-benar takut pada Zeeshan. Dia terpaksa memanggil Zeeshan dengan embel-embel 'mas, takut jika dia nekat memangil Zeeshan dengan nama, pria ini semakin mengamuk.

Demi Tuhan! Nindi sangat takut pada Zeeshan. Pria ini seperti psychopath ataupun kanibal yang ingin memakan Nindi hidup-hidup.

"A-aku sedang hamil, tolong ja-jangan perlakukan aku dengan ka-kasar," ucap Nindi pelan, memohon pada Zeeshan karena sungguh pria yang dibalut oleh kemarahan ini akan mengasarinya.

Zeeshan menyentuhnya dengan lembut saja, Nindi tak rela karena dia membenci pria ini. Apalagi membiarkan tubuhnya disentuh secara kasar oleh pria ini, Nindi semakin tak rela.

"Tapi kau berselingkuh, Nin," ucap Zeeshan dengan suara pelan, akan tetapi penuh intimidasi–membuat tubuh Nindi semakin gemetaran.

Nindi menggelengkan kepala, menyangkal ucapan Zeeshan.

"Kau memanggil mesra pria itu, Heh?" ucap Zeeshan lagi. Auranya masih mengerikan akan tetapi pelukan serta cengkeramannya di pundak Nindi sudah memelan.

Nindi ingin menjawab akan tetapi dia berakhir menjerit sakit karena tiba-tiba saja Zeeshan mengigit pundaknya.

"Argkk!" jerit Nindi, mencoba lepas akan tetapi itu malah membuat gigitan Zeeshan terasa semakin dalam. Akhirnya dia memilih bertahan, mengepakkan tangan untuk menahan sakit dari gigitan tersebut.

"Aku paling membenci perselingkuhan!" ucap Zeeshan setelah melepas gigitannya, melepas pelukannya pada Nindi dan membiarkan tubuh wanita itu jatuh ke atas ranjang.

Nindi kembali berbaring di atas kasur luas milik pria iblis ini. Dia meringkuk, memejamkan mata untuk menahan rasa perih gigigat Zeeshan di pundaknya.

"Sekalipun pernikahan kita karena sebuah keterpaksaan– bagimu!" Zeeshan menjeda sejenak, menekan kata 'bagimu, sambil membalik kasar tubuh Nindi. Supaya perempuan itu menatapnya. Zeeshan mengambil posisi di atas tubuh Nindi, kemudian melanjutkan ucapannya, "kau tak kuizinkan dekat dengan pria manapun!" lanjutnya.

'Aku membencimu!' batin Nindi, menatap Zeeshan dengan lelehan air mata di pelupuk.

***

"Kapan kau ingin menemui selingkuhanmu?" tanya Zeeshan dengan nada dingin, mengoles sebuah krim penenang kulit di atas luka gigitan pada pundak Nindi. Itu ulahnya!

Nindi hanya diam, raut mukanya ditekuk dan diselimuti perasaan marah. Dongkol seakae-akarnya!

"Jawab!" sentak Zeeshan.

"Besok," jawab Nindi cepat, tetapi dengan nada dongkol, "dia bukan selingkuhanku, dan aku tidak selingkuh."

"Persetan!" ketus Zeeshan, kini beralih memasang baju untuk Nindi. Saat dia mendongak untuk menatap perempuan itu, air mata istrinya terjatuh.

Nindi memalingkan wajah dengan cepat, tak ingin Zeeshan melihatnya menangis. Pria ini pasti mengejeknya!

Namun, Zeeshan tiba-tiba menghapit dagunya lalu menariknya agar Nindi menghadap pada Zeeshan.

"Cengeng!" dingin Zeeshan sambil mengusap air mata istrinya dengan lembut.

'Suami Dakjal! Zeeshan monyet. Semoga petir datang trus menyambarmu lalu kamu berubah jadi ikan pari. Gerrrtt! Setan!' batin Nindi, diam-diam meremas rok yang dia gunakan, menahan kesal dalam dirinya pada Zeeshan.

Sedangkan Zeeshan, setelah selesai mengenakan baju pada tubuh Nindi, tanpa mengatakan apa-apa dia segera beranjak dari sana.

Nindi langsung meraih sebuah benda di atas nakas lalu melemparnya ke arah pintu. Membayangkan jika Zeeshan lah yang ia lempar. Namun, melihat benda yang ia lempar, mata Nindi melebar–wajah pucat dan tegang.

"Ya ampun!" pekik Nindi, buru-buru mengambil arloji yang ia lempar. Arloji tersebut lecet dan kacanya pecah, melihat itu jantung Nindi terasa akan pecah dalam sana.

I-ini jam tangan milik Zeeshan!

Sepertinya ini adalah hari sial bagi Nindi. Niatnya hanya ingin melampiaskan kemarahan pada Zeeshan yang jahat, tetapi dia malah menarik masalah baru untuk dirinya.

Yang dia lihat dan perhatikan, Zeeshan sering menggunakan jam ini. Sepertinya jam ini jam kesayangan Zeeshan, tetapi jam ini dirusak oleh Nindi. Mati! Nindi dalam masalah besar!

Dengan panik, Nindi mengambil handphonenya. Meski layarnya pecah akibat dilempar oleh Zeeshan, akan tetapi handphone ini masih berfungsi. Nindi segera memfoto jam tersebut, ingin mencari barang tersebut di online shop.

Jam tersebut dari brand ternama dan tergolong mahal. Tapi bagi Nindi yang terlahir kaya sejak lahir, jam ini tak malah. Jelas, bagi Zeeshan, jam ini juga tak mahal sama sekali. Hanya saja yang menjadi permasalahan, jam ini keluaran lama dan sudah tak dipasarkan lagi.

"Mati aku!" gumam Nindi pelan, rasanya ingin menangis karena takut dimaki-maki oleh suaminya yang setara dengan bon cabe level 1000.

Pada akhirnya jam tersebut Nindi simpan. Mungkin dia akan perbaiki kacanya atau mungkin menggantinya dengan membeli jam yang memiliki kemiripan dengan jam ini.

***

Hari ini Nindi ke kampus seseorang yang sangat spesial baginya. Nindi membawa buket bunga yang dia janjikan dan juga berdandan sangat cantik.

Mengenai jam Zeeshan yang dia rusak, Nindi sudah membeli jam lain dari brand yang sama dan memiliki desain yang mirip. Semoga Zeeshan tak sadar jika jamnya telah Nindi tukar.

Oh iya, awalnya Nindi ke sini secara diam-diam. Dia berbohong pada Zeeshan jika jadwalnya bertemu dengan sang selingkuhan sudah bertukar. Zeeshan percaya dan pria itu pergi ke kantor.

Namun, nasib sial! Zeeshan ternyata diam-diam menbuntutinya. Sekarang pria itu, berjalan tak jauh dari belakang Nindi.

Gila!

"Sayang!" sapa Nindi saat melihat pria yang melakukan video call dengannya saat itu.

Pria itu menoleh ke arahnya, tersenyum tipis dengan ekspresi cukup senang. Pria itu dengan cepat menghanpiri Nindi, akan tetapi senyuman tipisnya langsung lenyap ketika menyadari sosok mengerikan di belakang Nindi.

Wajah pria itu seketika berubah dingin, menatap tak suka pada pria di belakang Nindi. "Kenapa kau mengajaknya ke sini, Nindi?! Ck." ucap pria itu, merampas kesal buket bunga yang Nindi bawa untuknya.

Zeeshan menatap pria itu dengan sebelah alis terangkat. Sejak memasuki area kampus ini, wajah Zeeshan selalu tegang dan dingin–berbalut kemarahan. Namun, setelah bertemu pemuda ini, wajah dingin serta aura mengerikan itu langsung hilang.

'Aku tidak selingkuh.' Seketika dia ingat ucapan Nindi, di mana perempuan berkata dalam keadaan takut. Hell! Benar! Tentu saja tak mungkin istrinya berselingkuh dengan pria muda ini.

"Kaze Xavier Adam," sapa Zeeshan, membuat pemuda itu menatap ke arahnya.

"Apa fungsinya sehingga kau membawanya ke sini, Nin?!" Kaze berkata sinis, melirik Zeeshan dengan ekspresi tak suka. Sedangkan yang dia tatap, terlihat meremehkannya.

"Pertama, panggil aku kak. Kedua …-" Nindi memeluk lengan adiknya lalu menarik Kaze supaya menjauh dari Zeeshan. Setelah itu, dia membisikkan sesuatu pada adiknya, "dia kira aku berselingkuh, jadi dia mengikuti ku."

"Permisi." Zeeshan tiba-tiba datang, langsung menarik Nindi menjauh dari Kaze. Tak sampai di sana, dia juga memeluk pinggang Nindi, menatap datar ke arah Kaze yang sudah memasang raut muka bad mood.

Sedangkan Nindi, dia terdiam sejenak, mengamati adiknya dan Zeeshan yang terlihat saling melayangkan tatapan tak bersahabat. Entah kenapa, Nindi merasa kalau ada sesuatu antara adiknya dan Zeeshan. Keduanya seperti musuh!

CacaCici

Semoga suka dengan bab ini, MyRe. Kita jumpa besok lagi yah ...(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧ Jangan lupa, terus dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, dan ULASAN MANIS DAN IMUTS. Papai ... IG:@deasta18

| 28
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu … untuk sekarang kita up satu bab dulu yah, Kak. Nanti setelah kunci bab, upnya kita tambah. (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)(⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Hehehe ... rumus novel kan emng harus abu-abu kalau masih awal bab, Kak. Baik, Kak. Semoga kedepannya Kakak lebih suka sama up date dari novel kita ini. Terima kasih, Kak. (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu ... untuk sekarang kita up satu bab dulu yah, Kak. Nanti setelah kunci bab CaCi up 2 bab perhari ...(⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)(⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membuatmu Menjadi Milikku    13. Aku Suka …

    Keduanya seperti musuh! "Oh iya, Kaze, aku bawakan kotak bekal untukmu. Nanti, setelah kamu sampai di sana, kamu langsung makan yah," ucap Nindi dengan nada riang, menyerahkan sebuah kotak bekal untuk adiknya. Sekalian ingin memecah suasana tegang yang tercipta entah karena apa. Kaze meraih kotak bekal tersebut sambil melirik ke arah Zeeshan yang terlihat menampilkan ekspresi datar. "Kapan kalian berangkat? tanya Nindi pada adiknya. Sebenarnya dia datang ke kampus adiknya untuk berpura-pura sebagai pacar palsu Kaze. Ada seorang dosen muda yang menyukai adiknya, tetapi Kaze tak suka pada dosen tersebut. Oleh sebab itu dia meminta Nindi datang ke sini. Kaze dan team-nya akan melakukan penelitian di sebuah kota, hari ini adalah hari keberangkatan mereka. Meminta kakaknya datang di saat sekarang adalah moment yang pas bagi Kaze untuk memamerkan Nindi sebagai pacar dihadapan dosen gatal tersebut. Namun, rencana Kaze bisa dikatakan gagal karena Nindi membawa suaminya ke tempa

  • Membuatmu Menjadi Milikku    12. Musuh Bertemu

    "Demi pria lain. Selingkuhanmu?" Nindi menatap handphonenya yang dilempar oleh Zeeshan. Rasa kesal dan marah seketika memenuhi dirinya. Nindi bangkit dari sofa lalu berdiri, menatap menantang ke arah Zeeshan. "Mau demi selingkuhanku atau bukan, itu bukan urusanmu!" ketus Nindi, segera beranjak dari sana dengan menyenggol lengan Zeeshan. Dia menghampiri handphone miliknya yang Zeeshan lempar lalu mengambilnya. Saat Nindi berdiri–sebelumnya berjongkok untuk mengambil handphonenya, tiba-tiba saja Zeeshan sudah berada di belakangnya. "Jadi benar jika kau berselingkuh?" ucap Zeeshan dengan nada marah yang tertahan. "Bukan urusanmu," jawab Nindi ketus, menatap Zeeshan dengan alis menekuk. Rahang Zeeshan seketika mengatup, menatap Nindi dengan marah. Dia mencengkeram Nindi kemudian menarik perempuan itu secara kasar ke atas ranjang. Bug' Dengan amarah yang menyelimuti diri, Zeeshan mendorong kasar Nindi ke atas ranjang–membuat Nindi terhempas kuat, berakhir berbaring di tengah.

  • Membuatmu Menjadi Milikku    11. Kau Berselingkuh?

    'Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahimu. Aku tidak peduli pada penampilanmu.' Tiba-tiba saja ucapan Zeeshan waktu itu, kembali mengiang dalam kepala Nindi. Jika Nindi pikir lagi, Zeeshan sebenarnya tak peduli pada penampilannya dulu. Namun, karena mereka menikah, Zeeshan ingin Nindi merubah penampilan. Pria itu menyuruhnya berpenampilan lebih rapi, bukan karena Zeeshan suka padanya. Namun, karena pria itu ingin menjaga nama baik dan reputasi. Harusnya Nindi memahami itu dan tak berharap apapun. Nindi menghela napas lalu segera masuk ke dalam rumah. Melihat Zeeshan ada di ruang tengah, sedang duduk di sofa sambil berbincang dengan tangan kanan serta perempuan tadi, Nindi memilih beranjak dari sana. Untuk apa Nindi ke sana dan bergabung?! Toh, Zeeshan melewatinya begitu saja, tak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam rumah ini bersama perempuan tadi. Namun meski begitu, Nindi menyuruh maid untuk membuatkan minuman pada Zeeshan dan tangan ka

  • Membuatmu Menjadi Milikku    10. Pulang Dengan Si Cantik

    "Sangat asin, Nyonya. Se-seperti makan garam." Raut muka Nindi makin tegang, menatap maid dengan manik berkaca-kaca dan khawatir. Bagaimana tidak? Jika benar rasa makanannya asin, itu berarti Zeeshan …- 'Ya ampun. Mas Ze menghabiskan semua makanan yang kumasak dan dia sama sekali tidak komplain atau bahkan mengatakan hal buruk tentang makanan yang kumasak. Dia hanya menyuruhku untuk tidak-- ouh, jangan-jangan dia menyuruhku makan setelah dia berangkat, itu supaya aku nggak tahu kalau makanan yang kumasak itu asin sangat. Dia ingin menjaga perasaanku?' batin Nindi, mendadak diam dengan ekspresi tak enak dan sedih, 'Kak Zeeshan menghabiskan masakanku bukan karena enak, tapi karena keasinan. Huaaa ….' "Nyonya tidak apa-apa?" tanya maid, menatap khawatir pada Nindi yang tiba-tiba saja membatu dan merenung. Nindi mendongak pada maid lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak apa-apa, Ibu," jawab Nindi lesu, merasa tidak enak dan lemas secara bersamaan. Dia ingin kege'eran–menganggap tind

  • Membuatmu Menjadi Milikku    9. Sebuah Getaran

    "Selamat datang, Tuan Zeeshan," ucap kepala maid dengan sopan, setelah dia dan maid lainnya membungkuk hormat pada Zeeshan yang memasuki rumah. Nindi yang berada di tengah para maid dan di depan Zeeshan, cukup syok melihat hal ini. 'Apa setiap hari para maid melakukan ini untuk menyambut Si Es Bon Cabe ini? Nggak sekalian ajah ngundang anggota nasyid untuk menyambut kedatangannya? Ya, biar meriah dikit. Biar muka flatnya ada variasi rasa kasidah.' batin Nindi, awalnya jengah pada Zeeshan yang harus disambut bak raja oleh semua orang, lalu mendadak menegang kaku saat sadar jika pria itu sudah tepat di depannya. Zeeshan berhenti melangkah tepat di depan istrinya. Dia diam cukup lama, mengamati penampilan Nindi yang terkesan manis dan anggun. Senyuman yang sangat tipis muncul di bibirnya. Sayangnya, tak ada siapapun yang menyadari senyuman tersebut. Saking tipisnya! "Kau sedang apa di sini?" tanya Zeeshan dengan nada datar, akan tetapi terkesan dingin dan mencekam bagi Nindi. Nind

  • Membuatmu Menjadi Milikku    8. Harus Menyambut Suami

    "Apasih maunya si Es Bon Cabe level 1000 itu?!" gerutu Nindi, sedang memasak makan malam untuk Zeeshan. Nindi kesal dan sebenernya enggan memasak seperti yang Zeeshan perintahkan. Namun, karena takut pria itu memarahinya lalu melontarkan kalimat pedas padanya, Nindi pada akhirnya memasak untuk Zeeshan. Sepanjang memasak, Nindi tak hentinya mengumpati Zeeshan. Dia terus menggerutu untuk meluapkan perasaan kesal karena Zeeshan melarang Nindi keluar dari rumah ini. Pria itu memang gila dan lebih gilanya, Nindi adalah istri dari pria gila yang ia juluki es bon cabe tersebut. "Awas saja kalau makanan yang sudah kumasak ini nggak dimakan sama dia, kupukul kepalanya pakai panci," kesal Nindi, memindahkan masakan dalam wadah yang memiliki tutup lalu meletakkannya di atas meja makan. Ini sudah jam 17:25, sebentar lagi pria itu akan pulang. Nindi masih belum mengemasi pakaian Zeeshan, dan dia baru menyelesaikan tugas memasak. "Tapi-- it's ok! Dia bakalan ke luar negeri dan aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status