Selamat membaca dan semoga suka, MyRe. Dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, dan ulasan manis. Sehat selalu untuk kalian semua. Papai ... IG:@deasta18
Tapi aku sadar aku perempuan yang tubuh dari keluarga hancur, itu membuatku kadang merasa … perempuan sepertiku tidak layak punya mimpi punya keluarga bahagia." 'Jangan bicara gitu, Clara. Semua manusia berhak bahagia. Kedua orang tua mu saja sudah berbahagia dengan keluarga masing-masing, masa kamu masih stuck di luka yang mereka ciptakan. Kamu harus keluar, Ra, lepaskan ikatan rantai yang melilitmu. Kamu bilang kamu tidak bisa lepas dari Ibu mu kan? Bisa, Ra. Dan salah satunya dengan cara menikah. Karena dengan kamu menikah, kamu lepas darinya. Selamanya dia akan tetap menjadi Ibu kamu, mau sejahat apapun dia. Akan tapi dengan kamu menikah kamu bukan miliknya lagi, bukan suatu yang bisa ia peralat dan jadikan robot lagi.' Clara terdiam sejenak mendengar ucapan Nindi. Ucapan Nindi sangat benar! Namun, dia tetap khawatir. "Tapi aku takut Ibu akan menyusahkan pasanganku, Nin. Bagaimana jika dia mengira bahwa dia berhak mendapatkan uang ataupun meminta uang pada pasanganku kelak, Nin
"Kak." Kaze menyapa lembut dan hangat pada sahabat kakaknya tersebut. Tak lupa dia tersenyum pada perempuan cantik itu. "Oh, Kak," sapa Kaze lagi pada sosok pria tampan di belakang Clara. "Kamu ngapain di sini, Kae?" tanya Clara, menepuk pelan pundak pemuda tampan tersebut. Astaga! Kaze ini sangat tinggi, lebih tinggi darinya sehingga Clara merasa tenggelam di antara Leonard dan Kaze. "Kartu identitas peserta magangku dengan seorang mahasiswa yang magang di tempat ini tertukar, Kak. Jadi aku datang untuk menjemput kartu identitasku," jelas Kaze, mendongak ke arah Leonard yang terlihat diam saja, "kalian kencan?" Mata Clara langsung melebar, mengamati wajah santai Kaze saat mengatakan hal tersebut. Oh my God! Kaze sama sekali tidak cemburu? "Yah." Leonard menjawab santai, "kami juga akan menikah, Nak," lanjut Leonard, sengaja menyebut 'nak untuk memojokkan Kaze yang usianya jauh dari mereka. Jika semisal pemuda Adam ini ada rasa suka pada Aria-nya, Kaza akan berpikir seratus kal
"Ka-kamu ngapain lepas baju?" horor Clara, menatap Leonard dengan ekspresi gugup bercampur takut. Saat ini dia berada di kamar hotel, tempat dia dan Leonard menginap. Gilanya, pria ini hanya memesan satu kamar dan Clara terjebak bersama singa jantan mengerikan ini. Hujan? Sama sekali tak ada hujan! Sekarang pria ini melepas pakaiannya, membuat Clara benar-benar panik dan takut. Apa yang ingin pria ini lakukan padanya? Sungguh Clara merinding. "Aku biasa melepas baju saat tidur," jawab Leonard santai, menyunggingkan smirk tipis pada Clara. Setelah itu, dia berjalan ke arah ranjang, duduk di pinggir ranjang sambil menepuk-nepuk bagian kosong di sebelahnya. "Kemarilah, Darling." Clara yang duduk di sofa, berhadapan dengan Leonard, reflek memasang ekspresi galak. "Pak, aku memperingatimu!" "Humm." Leonard berdehem singkat, "jangan sampai aku yang datang ke tempatmu. Kupastikan aku benar-benar akan hamil, Aria." Clara seketika dipenuhi oleh ketakutan, dia bangkit lalu berjalan me
"Ouh, Kak Leonard itu sepupu suami aku, Om," jawab Nindi, di mana saat ini dia sedang mengobrol lewat telepon dengan papa Clara. 'Ya ya yah. Sebenernya Om hanya ingin memastikan apakah Nak Nindi tahu Clara punya pacar, ternyata selain tahu Nindi juga kenal dengan pacar Clara. Baguslah kalau begitu,' ucap Marchel di seberang sana, 'Om sebenarnya sudah bertemu dengan Nak Leonard. Anaknya memang rada aneh, tetapi sebenarnya dia baik, ramah dan kelihatan penyayang sekali. Paling penting, Om perhatikan dia pria yang bertanggung jawab. Namun, mengingat pernikahan Om pernah hancur dan mohon maaf yah, Nak Nindi, Om merasa harus ketat dalam memilih pasangan untuk Clara. Om tidak ingin Clara mengalami apa yang Om alami. Jadi karena kamu tahu siapa Nak Leonard, boleh tidak Om tahu seperti apa keluarga Nak Leonard dan bagaimana pribadinya?' "Tenang saja, Om. Kak Leonard itu cocok 100% dengan Clara, Om. Soalnya Kak Leonard itu pertama kalinya jatuh cinta ke perempuan, itu ke Clara. Kak Leonard
Jaki melebarkan mata, panik seketika setelah mendengar pengakuan dari pria asing itu. Jaki langsung menatap tamunya, menampilkan air muka tegang dan takut. Sial! Dia terlanjur menerima uang dari keluarga Sandi, agar menyerahkan salah satu putrinya pada Sandi. Sandi sendiri sudah punya istri, akan tetapi karena istrinya mandul, dia membutuhkan istri kedua untuk memberikannya keturunan. Jaki tidak mungkin merelakan putri kandungnya untuk dijadikan istri kedua, oleh sebab itu mereka menjebak Clara supaya pulang ke desa. Sialnya, Clara membawa kekasihnya. "Ahahaha … tenang saja, Nak Sandi. Sekalipun pria itu mengaku sebagai kekasih Clara, tetapi saya tak merestui. Lihat! Wajahnya wajah dari negara lain, jelas kami sekeluarga tak sudi menerimanya." Jaki berbicara pada Sandi, mencoba menenangkan pria itu agar tak membatalkan rencananya untuk menikahi Clara. "Memangnya siapa yang butuh restu dari kalian semua?" Clara tiba-tiba menyahut, "dan kamu--" Clara menoleh ke arah Sandi, menat
Clara melepas paksa tangannya dari genggaman tangan Leonard. Dia berkacak pinggang kemudian menatap penat bercampur tak habis pikir pada sosok pria tampan yang menjulang tinggi di depannya. "Pulang nggak?!" ucap Clara dengan nada pelan, terlalu frustasi menghadapi sosok pria gila di depannya. "Aku harus menemanimu," ucap Leonard dengan nada datar, kembali meraih tangan Clara lalu menggenggamnya. "Hah." Clara menghela nafas dengan berat, kembali mengamati sekitar di mana orang-orang masih memperhatikannya. 'Anjay, mereka sedang memperhatikanku yang sudah seperti Bella Hadid ini. Ternyata mereka lihatin Pak leonard.' batin Clara, cukup dongkol tanpa sebab. "Bapak kan lagi sakit. Kenapa mengikuti ku ke sini?" ucap Clara, masih diam di sana karena sulit melangkahkan kaki. Dia takut membawa pria ini ke keluarganya. "Aku sudah sembuh, Wife. Kau tak perlu khawatir," ucap Leonard, mengulurkan tangan lalu mengusap pucuk kepala Clara dengan lembut. Clara sejujurnya ingin marah,