Share

7. Bibir Manis

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2025-05-29 05:39:32

"Tu-Tuan Zeeshan," ucap Mohan dengan suara gemetar dan takut. Dia reflek membungkuk lalu setelahnya hanya menunduk karena tak berani bersitatap dengan pria itu.

Nindi mendongak pada Zeeshan, memperhatikan wajah tampan Zeeshan dengan ekspresi terkesima. Pria ini tiba-tiba datang dan menolongnya. Bahkan, pria ini dengan lantang mengakui Nindi sebagai istrinya di hadapan Mohan. Perlakuan Zeeshan yang seperti ini membuat Nindi tersentuh.

Apa Zeeshan peduli padanya?

"Undurkan dirimu dari pekerjaanmu atau kau ku jebloskan dalam penjara," ucap Zeeshan dengan nada dingin, setelah mengatakan itu dia beranjak dari sana–membawa Nindi bersamanya.

***

"Penampilan busukmu hampir mencoreng nama baikku." Suara dingin Zeeshan mengalun, tatapan tajam menghunus ke arah Nindi.

Nindi menyilangkan tangan di depan dada, menatap Zeeshan dengan sorot mata berkaca-kaca karena sakit hati pada ucapan Zeeshan.

Pria ini membawanya pulang ke rumah. Zeeshan memandikannya secara paksa lalu sekarang pria ini sedang mencari pakaian untuknya.

'Sikapnya tadi membuatku mengira kalau dia adalah duniaku. Karena dia melindungiku, tidak membiarkanku dihina oleh si bajingan Mohan. Yah, benar! Dia memang duniaku, dunia yang jahat dan penuh penderitaan. Zeeshan, aku sangat membencimu!' batin Nindi, reflek mundur saat Zeeshan mendekat padanya.

"Cepat pakai ini," ucap Zeeshan, menyerahkan sebuah pakaian pada Nindi. Setelah mengatakan itu, dia segera keluar dari walk in closet.

Nindi menghela napas setelah Zeeshan keluar dari ruangan tersebut. Dia mengelus dada sejenak, menatap pintu walk in closet dengan muka galak–seolah yang ia tatap adalah Zeeshan.

"Mulut bon cabe level seribu!" ucap Nindi karena teramat kesal pada Zeeshan, "Dia diam bikin merinding, tapi kalau dia bicara bikin sakit hati. Siapa kah dia?! Benar! Zeeshan monye-"

Ucapan Nindi langsung berhenti karena tiba-tiba saja pintu walk in closet terbuka, memperlihatkan Zeeshan dengan raut muka galak yang benar-benar mengerikan di mata Nindi.

"Zeeshan apa?" Zeeshan berkata pelan, sambil berjalan masuk ke walk in closet.

Nada bicara pria ini memang pelan dan terkesan lembut, akan tetapi itu mengerikan dan seperti isyarat datangnya bencana bagi Nindi yang sudah pucat pasi.

"Zeeshan apa?" tanya Zeeshan setelah dia berada tepat di depan Nindi. "Katakan!" sentaknya, memegang kedua pundak Nindi lalu meremasnya dengan cukup kuat.

"Zee-Zeeshan tampan," jawab Nindi pelan dan ragu. Dia mencoba tetap tenang, akan tetapi jaraknya yang dekat serta aura pria ini yang terlalu mengerikan, membuatnya panik parah.

Satu tangan Zeeshan pindah ke pinggang Nindi, menyentak lekuk ramping perempuan itu sehingga tubuh Nindi merapat dengan tubuhnya. Tangan satu lagi terangkat menyentuh dagu Nindi, dia menghampit dagu perempuan itu lalu memaksa Nindi untuk mendongak padanya. Setelah itu, dengan cepat mendaratkan bibirnya di atas bibir Nindi.

"Ummff!" Nindi meringis, dan dia begitu kaget karena Zeeshan menggigit bibir bawah miliknya dengan cukup kuat. Dia yakin bibirnya terluka dan berdarah karena dia merasakan seperti karat besi di indra pengecapnya. Sialnya, setelah mengigit bibirnya, pria itu tak langsung melepas bibirnya. Zeeshan menciumnya.

Meski belainan dan permainan Zeeshan lembut, akan tetapi bibirnya yang terlanjur terluka membuat Nindi sangat tidak nyaman dengan ciuman Zeeshan. Untungnya, tak lama pria itu melepas ciuman tersebut.

Nindi langsung mendorong Zeeshan dan buru-buru mengusap bibirnya yang berdarah.

Namun, Zeeshan kembali menariknya. Lagi-lagi pria itu menarik pinggangnya sehingga tubuh Nindi merapat pada tubuh Zeeshan.

"Ini akan terjadi lagi jika kau kembali mengumpati-ku, Nin," ucap Zeeshan, mengulurkan tangan untuk membelai bibir Nindi, "bibir manismu tidak cocok untuk melontarkan sebuah umpatan," lanjutnya, mengecup bibir Nindi sekilas lalu setelahnya beranjak dari sana, meninggalkan Nindi yang terpaku sejenak.

Bug'

Nindi melempar baju di tangannya ke arah pintu, tepat setelah Zeeshan keluar. "Aku juga tidak cocok menjadi istri siluman sepertimu. Argkk! Dia itu manusia apa setan sih? Nyebelin banget. Sumpah!" gerutu Nindi, memungut kembali baju yang telah ia lempar sebelumnya.

Setelah mengenakan pakaian, Nindi segera keluar. Namun, betapa terkejutnya dia karena menemukan Zeeshan di kamar. Nindi kira Zeeshan sudah pergi, ternyata dia masih di sini.

Nasib sial bagi Nindi.

Nindi bergegas keluar dari kamar, pura-pura tak melihat Zeeshan yang duduk di sofa. Namun, pria itu memanggilnya, membuat Nindi reflek mengusap tengkuk karena merinding.

"Kemari."

Nindi menghela napas pelan kemudian berjalan ke arah Zeeshan. Dia duduk di sebuah sofa kosong, menatap Zeeshan dengan tampang muka waspada.

"Mulai sekarang kau harus berpenampilan seperti ini. Jangan menggunakan pakaian busuk mu lagi. Menjijikkan!" ucap Zeeshan, penuh peringatan.

"Terserah aku lah, tubuh tubuhku jadi suka-suka ku dong ingin berpakaian seperti apa," jawab Nindi, teramat kesal pada ucapan Zeeshan sebelumnya.

Seperti biasa, pria ini selalu melontarkan kata yang menusuk dan menyakitkan.

"Semenjak kau menikah denganku, tubuhmu sudah menjadi milikku. Aku berhak mengatur mu, dan kau hanya punya pilihan untuk patuh padaku," datar Zeeshan, duduk tenang di sofa dengan terus menatap ke arah Nindi.

"Dan mengenai penampilanmu, ingat siapa suamimu!" Suara Zeeshan tiba-tiba berubah dingin, "penampilanmu yang seperti tadi sangat mempermalukanku."

Nindi terdiam, merasa jika kali ini ucapan Zeeshan ada benarnya. Zeeshan seorang miliarder, kalangan elit mengenal dan hormat pada pria ini. Sedangkan penampilan Nindi tadi-- benar! Itu memalukan dan bisa membuat reputasi suaminya rusak.

"Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahi perempuan jorok sepertimu," dingin Zeeshan, seketika membuat Nindi mendongak dan menatap Zeeshan dengan ekspresi bercampur aduk, "kau dari keluarga Adam yang disegani dan dihormati. Namun kau sama sekali tidak mencerminkan keluargamu, bahkan kau merendahkan keluargamu sendiri dengan tampilanmu yang seperti tadi."

"Jangan salahkan pria tadi mengataimu jelek, kau memang pantas."

Nindi mengepalkan tangan, tersinggung dan sakit hati oleh perkataan Zeeshan.

"Orang-orang merendahkanmu karena ulahmu sendiri," lanjut Zeeshan.

"Cukup yah!" pekik Nindi, mata sudah memerah dan berair. Ucapan Zeeshan terlalu menohok hati.

Zeeshan diam, berdiri lalu tanpa mengatakan apa-apa segera pergi dari sana. Saat itu juga, air mata Nindi jatuh.

Dia menaikkan kaki ke sofa, menekuk lutut lalu meletakkan kepalanya di atas lutut. Dia menangis di sana, meresapi ucapan Zeeshan yang sangat jahat.

'Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahi perempuan jorok sepertimu.'

'Bahkan kau merendahkan keluargamu dengan berpenampilan seperti tadi.'

Dua kalimat itu sangat menyakitkan bagi Nindi. Dia semakin membenci Zeeshan!

***

"Maaf, Nyonya, Tuan melarang anda keluar rumah," ucap seorang maid yang menghalangi Nindi untuk keluar rumah.

Setelah puas menangis dalam kamar, Nindi berencana keluar sejenak dari rumah untuk menenangkan diri.

Baru dua hari setelah menjadi istri Zeeshan, akan tetapi rasanya Nindi ingin menyerah. Mulut Zeeshan teramat pedas, belum lagi sikap pria itu yang sangat dingin. Nindi benar-benar tak tahan. Itu membuatnya kembali bertanya-tanya pada diri sendiri, kenapa dulu dia bisa jatuh cinta pada Zeeshan?!

"Ck, keluar rumah pun dilarang? Dia gila yah?!" horor Nindi, mata melotot lebar karena tak percaya jika dia dilarang untuk keluar dari rumah ini.

"Benar, Nyonya." Maid tesebut menjawab dengan sopan, "nanti malam Tuan akan berangkat ke luar negeri. Tuan berpesan pada kami untuk melarang Nyonya keluar rumah. Tuan ingin anda di rumah untuk menyiapkan koper Tuan, menyiapkan makan malam sebelum Tuan berangkat dan …-" maid tersebut menjeda, menyerahkan sebuah kotak hitam mewah dan elegan pada Nindi, "Tuan berpesan agar Nyonya menyambut kepulangan Tuan dengan gaun di dalam kotak ini."

CacaCici

Kembali lagi dengan CacaCici di novel baru kita ini. Bagaimana, MyRe? Kalian suka tak sama Zeeshan kita? Hehehe … pastinya yah kan. Terus dukung novel kita dengan cara beri Ulasan manis, vote gems, dan hadiah. Sehat selalu untuk kalian semua dan semoga selalu dalam keadaan yang berbahagia. IG penulis: @deasta18 (Follow supaya dapat info terbaru seputar novel kita)

| 18
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu ... semoga Nindi sabar yah, Kak. (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu ... Azam mana yang telah menyakiti hatimu, Kak? .⁠·⁠´⁠¯⁠`⁠(⁠>⁠▂⁠<⁠)⁠´⁠¯⁠`⁠·⁠. (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠) ಥ⁠‿⁠ಥ
goodnovel comment avatar
CacaCici
Jika dilihat dari sudut pandang lain, Cacan memang tak terlalu jahat kan yah, Kak.(⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)ಥ⁠‿⁠ಥ
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membuatmu Menjadi Milikku    9. Sebuah Getaran

    "Selamat datang, Tuan Zeeshan," ucap kepala maid dengan sopan, setelah dia dan maid lainnya membungkuk hormat pada Zeeshan yang memasuki rumah. Nindi yang berada di tengah para maid dan di depan Zeeshan, cukup syok melihat hal ini. 'Apa setiap hari para maid melakukan ini untuk menyambut Si Es Bon Cabe ini? Nggak sekalian ajah ngundang anggota nasyid untuk menyambut kedatangannya? Ya, biar meriah dikit. Biar muka flatnya ada variasi rasa kasidah.' batin Nindi, awalnya jengah pada Zeeshan yang harus disambut bak raja oleh semua orang, lalu mendadak menegang kaku saat sadar jika pria itu sudah tepat di depannya. Zeeshan berhenti melangkah tepat di depan istrinya. Dia diam cukup lama, mengamati penampilan Nindi yang terkesan manis dan anggun. Senyuman yang sangat tipis muncul di bibirnya. Sayangnya, tak ada siapapun yang menyadari senyuman tersebut. Saking tipisnya! "Kau sedang apa di sini?" tanya Zeeshan dengan nada datar, akan tetapi terkesan dingin dan mencekam bagi Nindi. Nind

  • Membuatmu Menjadi Milikku    8. Harus Menyambut Suami

    "Apasih maunya si Es Bon Cabe level 1000 itu?!" gerutu Nindi, sedang memasak makan malam untuk Zeeshan. Nindi kesal dan sebenernya enggan memasak seperti yang Zeeshan perintahkan. Namun, karena takut pria itu memarahinya lalu melontarkan kalimat pedas padanya, Nindi pada akhirnya memasak untuk Zeeshan. Sepanjang memasak, Nindi tak hentinya mengumpati Zeeshan. Dia terus menggerutu untuk meluapkan perasaan kesal karena Zeeshan melarang Nindi keluar dari rumah ini. Pria itu memang gila dan lebih gilanya, Nindi adalah istri dari pria gila yang ia juluki es bon cabe tersebut. "Awas saja kalau makanan yang sudah kumasak ini nggak dimakan sama dia, kupukul kepalanya pakai panci," kesal Nindi, memindahkan masakan dalam wadah yang memiliki tutup lalu meletakkannya di atas meja makan. Ini sudah jam 17:25, sebentar lagi pria itu akan pulang. Nindi masih belum mengemasi pakaian Zeeshan, dan dia baru menyelesaikan tugas memasak. "Tapi-- it's ok! Dia bakalan ke luar negeri dan aku

  • Membuatmu Menjadi Milikku    7. Bibir Manis

    "Tu-Tuan Zeeshan," ucap Mohan dengan suara gemetar dan takut. Dia reflek membungkuk lalu setelahnya hanya menunduk karena tak berani bersitatap dengan pria itu. Nindi mendongak pada Zeeshan, memperhatikan wajah tampan Zeeshan dengan ekspresi terkesima. Pria ini tiba-tiba datang dan menolongnya. Bahkan, pria ini dengan lantang mengakui Nindi sebagai istrinya di hadapan Mohan. Perlakuan Zeeshan yang seperti ini membuat Nindi tersentuh. Apa Zeeshan peduli padanya? "Undurkan dirimu dari pekerjaanmu atau kau ku jebloskan dalam penjara," ucap Zeeshan dengan nada dingin, setelah mengatakan itu dia beranjak dari sana–membawa Nindi bersamanya. *** "Penampilan busukmu hampir mencoreng nama baikku." Suara dingin Zeeshan mengalun, tatapan tajam menghunus ke arah Nindi. Nindi menyilangkan tangan di depan dada, menatap Zeeshan dengan sorot mata berkaca-kaca karena sakit hati pada ucapan Zeeshan. Pria ini membawanya pulang ke rumah. Zeeshan memandikannya secara paksa lalu sekarang pria i

  • Membuatmu Menjadi Milikku    6. Aku Pemiliknya

    Nindi mengerutkan kening, menatap berang bercampur kesal pada Zeeshan. Sepertinya memang benar jika Zeeshan gila-gila hormat, semua orang harus bersikap seperti yang dia mau dan semua orang harus memperlakukannya seperti raja. Gila! Sungguh Nindi tak menyangka jika dia pernah mencintai pria diktator, dingin, dan arogan ini. Sialnya, disaat dia tahu sifat asli pria dingin ini, dia telah menjadi istri Zeeshan. Takdir memang gila! Selanjutnya mereka makan malam dalam hening. Zeeshan tak berbicara sama sekali dan Nindi juga malas bersuara. Toh, dia tahu seperti apa Zeeshan. Sejak dulu, pria ini memang pendiam dan lebih suka hening. Setelah makan, Nindi berniat kembali ke kamarnya. Namun, mengingat kopernya belum ada di kamar, Nindi memilih untuk mencarinya. Sayangnya dia tak menemukan dan para maid juga tak tahu menahu. Pada akhirnya Nindi menemui Zeeshan. "Kam-- maksudku Mas Ze," panggil Nindi pelan, cukup kikuk dan canggung. Entah kenapa jantungnya berdetak kuat, padahal hanya me

  • Membuatmu Menjadi Milikku    5. Makan Malam Bersama

    "Bayi lagi! Apa cuma itu yang kamu pikirkan?!" tanya Nindi dengan suara lemah, menatap sendu ke arah Zeeshan. Dia tahu Zeeshan menikahinya karena bayi di perutnya. Tapi tidakkah Zeeshan memikirkannya sedikit saja? "Hmm." Zeeshan berdehem singkat, "kau berharap apa?" lanjutnya dengan berkata datar. Dia menarik Nindi kemudian mendudukkan perempuan itu di atas ranjang. "Beristirahat," lanjutnya, setelah itu keluar dari kamar. Nindi duduk lesu di pinggir ranjang, memikirkan kembali ucapan Zeeshan sebelumnya. Ya, Zeeshan benar! Apa yang dia harapkan dari pria itu? Sejak dulu Zeeshan tidak menyukainya, pria itu menolaknya dengan cara yang jahat. Seharunya Nindi tak berharap apapun dari pernikahan ini, karena bukankah dia juga membenci Zeeshan?! Pria itu jahat, dingin, dan bermulut pedas. Pria itu juga tak akan pernah peduli padanya karena sejak awal Zeeshan hanya peduli pada nama baiknya. Nindi mengerjap beberapa kali, mengusahakan supaya air matanya tak jatuh. Setelah itu, dia memili

  • Membuatmu Menjadi Milikku    4. Satu Kamar

    "Dan kebetulan malam ini adalah malam pertama kita, Nin." Nindi menjauh dari Zeeshan, reflek menyilangkan tangan di depan dada. Tubuhnya tiba-tiba menggigil, bulu kuduk di tengkuk berdiri, dan wajah pucat pasi karena melihat tatapan Zeeshan yang terasa aneh. Pria itu menatapnya dalam dan ada maksud tertentu. "Ja-jangan macam-macam yah!" peringat Nindi, terus menjauh sedangkan Zeeshan terus melangkah mendekat padanya. "Aku memperingatimu! Argkk …." Nindi berakhir menjerit karena Zeeshan tiba-tiba meraih pinggangnya, menariknya sehingga dia berakhir menabrak dada bidang pria ini. Saat Nindi mencoba lepas, Zeeshan langsung menyentak pinggangnya, pria itu melingkarkan tangan di pinggang Nindi dengan erat–menekannya sehingga tubuh Nindi benar-benar merapat pada badan Zeeshan. "Memperingati apa, Heh? Aku suamimu dan aku berhak menyentuhmu," ucap Zeeshan santai, menyunggingkan smirk tipis sambil melayangkan tatapan dingin pada Nindi. "Jangan lupa, kita menikah karena terpaksa," kes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status