Nindi mengerutkan kening, menatap berang bercampur kesal pada Zeeshan. Sepertinya memang benar jika Zeeshan gila-gila hormat, semua orang harus bersikap seperti yang dia mau dan semua orang harus memperlakukannya seperti raja. Gila! Sungguh Nindi tak menyangka jika dia pernah mencintai pria diktator, dingin, dan arogan ini. Sialnya, disaat dia tahu sifat asli pria dingin ini, dia telah menjadi istri Zeeshan.
Takdir memang gila! Selanjutnya mereka makan malam dalam hening. Zeeshan tak berbicara sama sekali dan Nindi juga malas bersuara. Toh, dia tahu seperti apa Zeeshan. Sejak dulu, pria ini memang pendiam dan lebih suka hening. Setelah makan, Nindi berniat kembali ke kamarnya. Namun, mengingat kopernya belum ada di kamar, Nindi memilih untuk mencarinya. Sayangnya dia tak menemukan dan para maid juga tak tahu menahu. Pada akhirnya Nindi menemui Zeeshan. "Kam-- maksudku Mas Ze," panggil Nindi pelan, cukup kikuk dan canggung. Entah kenapa jantungnya berdetak kuat, padahal hanya memanggil mas pada Zeeshan. Pria itu mendongak, menatap Nindi dengan intens. "Humm?" "Kam-- Mas Ze melihat koperku?" tanya Nindi. Zeeshan terdiam sejenak, mengamati Nindi dengan-- lagi-lagi sebuah tatapan yang aneh bagi Nindi. "Sudah kubuang," jawab Zeeshan kemudian, berkata santai dan tenang. Mata Nindi melotot lebar. "Kenapa dibuang?! Di koper itu ada pakaianku." "Kau tidak membutuhkan barang rongsokan," ucap Zeeshan, "aku sudah menyiapkan pakaian yang lebih bagus untukmu. Seperti yang kau kenakan sekarang." 'Jadi semua pakaian di lemari, itu untukku?' batin Nindi, terdiam dan batal protes pada Zeeshan. 'Apa dia yang menyiapkan, khusus untukku?' "Oh." Pada akhirnya Nindi ber oh ria, lalu memilih cepat-cepat pergi dari sana. Ini sangat canggung dan aneh! *** Pagi sekali Nindi buru-buru pergi dari rumah mewah Zeeshan. Dia bahkan tidak sarapan demi menghindari Zeeshan. "Dia pikir aku boneka pemuasnya?" gumam Nindi pelan, berjalan lesu menuju gedung kantor tempat ia bekerja. "Hanya karena satu kesalahan di malam itu, dan aku harus bertanggung jawab selamanya untuk melayaninya." Nindi terus menggerutu, marah karena tadi malam Zeeshan kembali memaksanya untuk melayani hasrat pria itu. "Dia bilang anak ini penting untuknya, tapi kalau setiap malam dia melakukan itu, anak ini …-" Ucapan Nindi seketika berhenti setelah melihat sosok pria tinggi tak jauh dari depannya. Pria itu manager di perusahaan ini, tak lain adalah kekasihnya. Ah, bukan! Setelah malam itu, Nindi langsung memutuskan hubungannya dengan pria bajingan ini. Jadi sekarang pria ini bukan siapa-siapa untuk Nindi. "Nindi, akhirnya kau datang," ucap Mohan Pablo, pacar Nindi. Nindi menatap kesal bercampur marah pada Mohon. "Maaf, tolong jangan ganggu aku." "Nindi, aku sangat merindukanmu. Kamu lama tidak bekerja dan kau juga menghilang," ucap pria itu dengan nada penuh kekhawatiran, meraih tangan Nindi akan tetapi dengan cepat Nindi menepisnya. "Bisa-bisanya kamu muncul di hadapanku dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Kamu sinting yah?!" ketus Nindi, menatap marah pada Mohan, "ouh iya, kita juga sudah putus. Jadi kumohon kamu menjauh atau aku bisa melaporkanmu ke pihak berwajib." "Nindi, apa maksudmu putus denganku? Aku tidak setuju! Tidak ada kata putus dan kau masih pacarku. Dan melaporkanku ke pihak berwajib? Cih, memangnya kau bisa melaporkanku? Kau itu hanya gadis miskin dan laporanmu tak akan diterima. Lagipula aku bisa menyuap pihak berwajib, bahkan bisa memutar balikkan fakta," ucap Mohan dengan bangga, tersenyum sinis pada Nindi. Benar! Mohan tidak tahu jika Nindi berasal dari keluarga konglomerat dan salah satu keluarga yang ditakuti di negara ini. Selama ini, Nindi memang menyembunyikan identitasnya pada Mohan dan orang sekitarnya. Nindi melakukan itu untuk belajar hidup mandiri dan mencari sosok yang tulus padanya. Awalnya dia kira Mohan pria yang baik karena Mohan mau berpacaran dengannya yang berpenampilan jelek. Sebelumnya pria ini juga tak pernah bersikap buruk padanya, dia mencerminkan sikap pria baik. Selama berpacaran, pria ini bahkan tak pernah macam-macam padanya. Namun ternyata, Mohan tak sebaik itu. Di hari ulang tahun pria ini, dia menjebak Nindi. Dari yang Nindi dengar saat itu–ketika Nindi dipaksa minum dan teman-teman pria ini mulai menghinanya, saat itu teman pria ini sempat membahas kalau Mohan ingin menjual Nindi. "Lagipula, memangnya siapa pria yang mau dengan perempuan jelek, dekil, dan miskin sepertimu?" ucap Mohan lagi, mendorong pundak Nindi cukup kuat, "hanya aku yang bersedia memacari perempuan sepertimu. Jadi tahu dirilah. Kau ini jelek." Nindi langsung mengamati penampilannya. Hari ini dia kembali berpenampilan kurang menarik. Sebelum ke kantor, dia memang ke apartemennya untuk berganti pakaian. Seperti biasa, dia mengenakan baju kaos, dipadu dengan blazer. Celana-- dia memakai jeans dan sepatu sebagai alas kaki. Rambutnya aut-autan seperti tak disisir beberapa hari, dia memakai kaca mata karena seharian dia akan berada di depan komputer. Sebetulnya, Nindi datang bukan untuk bekerja akan tetapi mengundurkan diri. Mungkin juga kedatangannya untuk menerima surat pemecatan karena beberapa minggu menghilang dan tak bekerja. "Pokoknya kita sudah putus. Aku tidak butuh pacar dengan sikap minus sepertimu," ucap Nindi. "Putus? Sebenarnya aku tidak rugi putus dengan mu, Nindi. Tapi-- kasihan kau. Percayalah, tak ada satupun pria yang mau dengan perempuan sepertimu. Tak akan ada!" dingin Mohan, kembali mendorong Nindi. Bug' Nindi kehilangan keseimbangan akibat pundaknya didorong oleh Mohan. Dia kira dia akan terjatuh karena didorong oleh Mohan, namun ternyata tidak. Seseorang dari belakangnya menangkap dan menahan tubuhnya. "Aku," sahut seseorang yang berada tepat di belakang Nindi. Suara bariton yang mengalun tersebut terkesan dingin dan mengerikan, membuat bulu kuduk Nindi meremang kala mendengarnya. Di sisi lain, Mohan melebarkan mata karena terkejut dan panik. "Aku suaminya dan aku sangat menginginkannya."Hola, MyRe! Novel ini adalah novel sequel dari novel 'Dekapan Dingin suami panas. Dan novel ini juga ada sangkut pautnya dengan novel 'Istri Kedua Tercinta Tuan muda dan novel 'Mendadak Dinikahi Big Boss. CaCi sarankan baca terlebih dahulu novel-novel tersebut supaya lebih paham dengan cerita novel kita ini. Oh iya, ini masih kisah keluarga Azam yah … Bagi yang belum tahu kisah-kisah keluarga Azam, bisa langsung baca novel-novel berikut; 1. Suami Bastard yang Manis 2. Sentuhan Panas Suami Dingin 3. Istri Kedua Tercinta Tuan muda 4. Dekapan Dingin Suami Panas 5. Mendadak Dinikahi Big Boss (keluarga Adam, kisah Kakek buyut, kakek, dan orang tua Nindi)
"Aku hamil," gumam Cyra sangat pelan, di mana saat ini dia sedang di meja kerjanya–tengah melamun karena masih tak menyangka kalau dia akan mengandung benih dari pria setengah monster itu. Cyra menghela napas pelan kemudian menatap sekitar, di mana pada rekannya sedang sibuk bekerja. "Hah, mereka semua mendadak cuek," gumam Cyra lagi, kembali menghela napas karena merasa bosan. Dia kembali melamun, efek bosan yang menghantuinya. Hingga tiba-tiba saja matanya melebar dan senyuman manis muncul di bibirnya. "Aku punya ide," gumam Cyra pelan, "bagaimana kalau aku kabur dari Tuan Kendrick? Wah, pasti seru. Ahaha … seluruh keluarga Azam akan memburuku karena aku lari membawa keturunan mereka yang ada di perutku. Dunia akan huru hara. Sedangkan aku-- hihihi, akan tinggal di pedesaan terpencil. Aku hidup tenang, senang, dan happy ending." Cyra bertopang dagu, membayangkan dirinya melarikan diri dalam keadaan hamil lalu dia menjadi buronan Kendrick. Rasanya mendebarkan dan tentunya meneg
"Kenapa Nenek Bestie harus pergi ke luar negeri?" ucap Cyra, di mana saat ini sedang berpelukan dengan sahabatnya yang akan berangkat ke luar negeri. Bandara. Saat dia dan Kendrick tiba di rumah, nenek dan kakek pria ini sudah menyiapkan keberangkatan ke luar negeri. Ternyata mereka sudah akan pergi, tinggal menunggu Kendrick dan dirinya pulang. Bukan hanya mereka saja yang akan mengantar kepergian sang kakek dan nenek, tetapi anak cucuk Reigha serta Ziea yang lainnya. "Kakekmu keukeuh membawa Nenek ke sana, Bulan manis," jawab Ziea sambil mengusap pipi Cyra penuh kasih sayang, "Kakekmu ingin menghabiskan waktu bersama Nenek di Paris. Rumah di sana, melukis cerita yang indah untuk Nenek dan Kakek," lanjutnya dengan berkata lembut dan penuh kasih sayang, sejenak menoleh pada cucunya lalu senyum manis kepada Kendrick. "Kalian baik-baik di sini yah, Bulan Manis," ucap Ziea lagi pada Cyra, "Ken, jaga istrimu dengan baik. Jangan menindasnya," ujarnya kemudian pada sang cucu. "Ten
"Oke, aku dapat," ucap Cyra tiba-tiba, "ini pasti cocok buat kamu, Den, soalnya dia dewasa, keibuan, lebih tua dari kamu, janda, dan plus kaya raya." "Ra, lu kan kurang bergaul. Dapat kenalan janda di mana?" Devan menatap Cyra dengan mata memicing penuh kecurigaan. "Aku percaya padamu, Ra," sahut Denis sambil senyum manis dengan mata penuh binar, "cepat katakan siapa orangnya?" "Umm, tapi dia sudah punya anak dan anaknya cukup bandel. Memangnya kamu mau?" Cyra mencoba meyakinkan. "Tak masalah, asal dewasa dan keibuan. Soal anak bandel, aku akan menjadi ayah yang tegas dan baik dalam mendidik anak," jawab Denis mantap. "Namanya Bu." Cyra berkata santai. "Hah? Wanita mana yang namanya Bu?" Devan semakin curiga pada Cyra. "Mungkin itu nama panggilannya. Nama panjangnya, Ra?" Denis masih penuh harap. "Ya, itu nama lengkapnya. Bu." Cyra lagi-lagi berkata santai, akan tetapi ekspresi muka terlihat serius. Devan dan Denis saling bersitatap, "Namanya hanya Bu?" ujar ke
Padahal biasanya mereka semua asyik, apalagi saat mendekati jam makan siang. Pasti suasana ruangan akan lebih berisik. Hingga tibalah waktunya untuk makan siang, di mana Cyra dengan antusias mengeluarkan bekalnya karena tidak sabar mencicipi bekal yang disiapkan oleh sahabatnya. "Wah …." Mata Cyra berbinar terang saat melihat isi bekal dari nenek suaminya, sangat cantik dan rapi. Cyra buru-buru mengambil foto lalu segera mengirim foto tersebut pada bestie-nya. [Bekal dari Bestie sangat cantik. Terima kasih, My Bestie Unyu-unyu. Makin love-love deh ke Bestie.] Pesan yang Cyra kirim pada sang sahabat. Tanpa menunggu balasan pesan dari sahabatnya, Cyra mulai menikmati bekalnya. Tiba-tiba saja dia mencium aroma ayam kalasan yang wangi dan khas, membuat Cyra buru-buru menoleh ke arah sebelahnya. Mata Cyra menatap ayan yang digoreng dengan bumbu kalasan tersebut dengan sorot tertarik ataupun tergiur. Akan tetapi Cyra canggung untuk meminta. 'Ah, tunggu saja deh. Biasanya kan M
"Ini bekal makan siangmu, Bulan Manis," ucap Ziea sambil menyerahkan kotak bekal makan siang pada Cyra. Hari ini Cyra akan kembali ke kantor dan alangkah terkejutnya dia karena nenek suaminya membuatkan kotak bekal makan siang. Ya, Cyra memang dekat dan bersahabat dengan Ziea, akan tetapi tetap saja dia terharu. Mungkin ini faktor karena sudah lama tak merasakan kehangatan keluarga. Cyra senyum lebar pada Ziea, "terima kasih, Nenek," jawabnya secara antusias dan bersemangat. "Sama-sama, Bulan manisku," jawab Ziea, tak kalah antusias karena mengimbangi sang sahabat. Setelah itu, dia menyerahkan kotak bekal pada cucunya, "ini untukmu, Ken. Ingat! Jaga dan perlakukan istrimu dengan baik di kantor. Jangan menindas Bulan manis Grandma." "Ya, Grandma." Kendrick menganggukkan kepala. Dia dan Cyra pamit pada Reigha dan Ziea kemudian setelah itu segera berangkat ke kantor. Sepanjang perjalanan Cyra terus tersenyum sambil memeluk kotak bekal pemberian sahabatnya. Hal tersebut ta
Cyra berdiri sambil menatap was-was pada Kendrick yang mendekat ke arahnya. Wajahnya tegang karena sedikit takut melihat raut marah Kendrick. Sebetulnya, Cyra tak tahu kenapa Kendrick terlihat marah, yang jelas dia perlu waspada pada Kendrick. "Kenapa telingamu terluka, Cyra Satiya Azam?!" tanya Kendrick kembali, mengulurkan tangan untuk menyentuh daun telinga Cyra yang diperban. "Ada insiden," jawab Cyra sambil bergerak mundur karena tak nyaman pada Kendrick yang terus mendekat serta mengikis jarak. "Insiden apa?" tanya Kendrick lagi. "Pokoknya insiden." Cyra mencoba mengelak dan tak ingin membahas masalah tadi, "tapi masalahnya sudah selesai. Nama Tuan Mas tidak akan terseret, jadi tenang saja," jelasnya karena takut alasan Kendrick marah sebab cemas Cyra mencoreng nama keluarga Azam. "Kenapa kau tidak menghubungiku, Hum?" Kendrick duduk di sofa kemudian menarik Cyra agar duduk di pangkuannya. "Untuk?" Cyra menaikkan kedua alis sambil menatap ragu pada Kendrick. Sejujurn