"Apasih maunya si Es Bon Cabe level 1000 itu?!" gerutu Nindi, sedang memasak makan malam untuk Zeeshan.
Nindi kesal dan sebenernya enggan memasak seperti yang Zeeshan perintahkan. Namun, karena takut pria itu memarahinya lalu melontarkan kalimat pedas padanya, Nindi pada akhirnya memasak untuk Zeeshan. Sepanjang memasak, Nindi tak hentinya mengumpati Zeeshan. Dia terus menggerutu untuk meluapkan perasaan kesal karena Zeeshan melarang Nindi keluar dari rumah ini. Pria itu memang gila dan lebih gilanya, Nindi adalah istri dari pria gila yang ia juluki es bon cabe tersebut. "Awas saja kalau makanan yang sudah kumasak ini nggak dimakan sama dia, kupukul kepalanya pakai panci," kesal Nindi, memindahkan masakan dalam wadah yang memiliki tutup lalu meletakkannya di atas meja makan. Ini sudah jam 17:25, sebentar lagi pria itu akan pulang. Nindi masih belum mengemasi pakaian Zeeshan, dan dia baru menyelesaikan tugas memasak. "Tapi-- it's ok! Dia bakalan ke luar negeri dan aku akan sangat bahagia tanpa si Es Bon Cabe. Ahahaha …." Nindi tertawa kecil ketika membayangkan hari-harinya tanpa Zeeshan yang dingin, diktator, dan jahat. Selesai memasak, Nindi segera ke kamar. Kali ini dia semangat karena tak sabar Zeeshan pergi ke luar negeri. Hari bebasnya akan segera tiba. Nindi mengemasi pakaian Zeeshan dalam koper lalu segera mandi. Setelah itu, Nindi mengambil sebuah kotak hitam–pemberian Zeeshan yang dititip pada maid. Nindi belum sempat membuka kotak ini dan sejujurnya dia penasaran gaun seperti apa yang Zeeshan ingin Nindi pakai. "Wow!" Nindi cukup terkejut melihat gaun dalam kotak. Dia meraih gaun tersebut lalu melihatnya lebih detail. Mata Nindi mengerjap beberapa kali, terkesima dan cukup nostalgia dengan gaun warna pink tersebut. Yah, gaun dalam kotak tersebut berwarna pink. Sebuah gaun yang jelas akan menunjukan sisi feminim penggunanya. Gaun ini sangat cantik, manis, dan Nindi bisa sangat anggun bila mengenakannya. Namun, gaun ini membuat Nindi nostalgia. Dulu dia suka sekali pada warna pink, juga suka mengenakan dress–dia punya banyak dress pink dan dia gemar menggunakannya. Baginya mengenakan dress pink akan memberikan kesan manis dan bak princess yang berhati lembut. Sayangnya, setelah cintanya ditolak oleh Zeeshan, Nindi merubah penampilan. Entah kenapa dia jadi kurang percaya diri mengenakan dress, terlebih jika itu warna pink. Sekarang sebuah dress warna pink berada di tangan Nindi, dan dress cantik ini harus ia gunakan untuk menyambut kedatangan Zeeshan. "Bukannya dulu, dia mengatakan kalau aku punya vibes perempuan centil yah?" gumam Nindi, mendadak sedih karena dress pink ini. Nindi menghela napas pelan, memilih mengabaikan perasaan tak nyaman dan gelisah yang timbul tanpa sebab karena melihat dress pink tersebut. Dia harus segera ke bawah, Zeeshan akan pulang dan harus menyambutnya. Nindi mengenakan dress tersebut, lagi-lagi terdiam dengan perasaan tak nyaman. Namun, waktunya tak banyak, jadi dia berusaha mengabaikan rasa aneh dalam hati. Selain gaun, dalam kotak itu juga ada sebuah chunky heels berwarna putih dengan pita di ujung. Nindi meraih heels tersebut lalu menggunakannya. Namun, alangkah terkejutnya dia ketika melihat sebuah jepit rambut mutiara di dalam kotak–dia menemukannya setelah mengambil heels. Mata Nindi mengerjap beberapa kali, lagi-lagi dia merasa aneh dan bingung. Sebuah jepit rambut? Ah, ini membuat Nindi merasa tak nyaman, mengingat jika dulu dia juga sangat suka menggunakan jepit rambut. "Aku merasa sangat aneh," gumam Nindi, meraih jepit rambut tersebut. Dia ingin menggunakan jepit rambut tersebut, akan tetapi tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Nindi teralihkan dan segera membuka pintu. Ternyata seorang maid. "Ada apa, Ibu?" tanya Nindi. "Mobil Tuan sudah memasuki lingkungan rumah. Nyonya harus segera ke bawah untuk menyambut Tuan," ucap maid tersebut untuk mengingatkan Nindi. Nindi menganggukan kepala, segera ke bawah dengan jepit rambut yang belum ia pasang. "Benar-benar! Dia mengira dirinya raja, Heh? Ck, pulang yah pulang, ngapain harus disambut-sambut?! Karna dia suamiku? E'eleh, terpaksa," gerutu Nindi karena kesal. Namun, walau begitu dia berjalan cepat ke pintu utama. Setelah di pintu utama, Nindi membiarkan maid untuk membuka pintu. Terlihat Zeeshan memasuki rumah, melangkah tenang dengan ekspresi datar yang berbalut dingin. "Selamat datang, Tuan Zeeshan," ucap kepala maid dengan sopan, di mana kepala maid dan maid lainnya langsung membungkuk hormat pada Zeeshan yang memasuki rumah.Selamat membaca dan semoga suka, MyRe. IG:@deasta18
'Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahimu. Aku tidak peduli pada penampilanmu.' Tiba-tiba saja ucapan Zeeshan waktu itu, kembali mengiang dalam kepala Nindi. Jika Nindi pikir lagi, Zeeshan sebenarnya tak peduli pada penampilannya dulu. Namun, karena mereka menikah, Zeeshan ingin Nindi merubah penampilan. Pria itu menyuruhnya berpenampilan lebih rapi, bukan karena Zeeshan suka padanya. Namun, karena pria itu ingin menjaga nama baik dan reputasi. Harusnya Nindi memahami itu dan tak berharap apapun. Nindi menghela napas lalu segera masuk ke dalam rumah. Melihat Zeeshan ada di ruang tengah, sedang duduk di sofa sambil berbincang dengan tangan kanan serta perempuan tadi, Nindi memilih beranjak dari sana. Untuk apa Nindi ke sana dan bergabung?! Toh, Zeeshan melewatinya begitu saja, tak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam rumah ini bersama perempuan tadi. Namun meski begitu, Nindi menyuruh maid untuk membuatkan minuman pada Zeeshan dan tangan kanan
"Sangat asin, Nyonya. Se-seperti makan garam."Raut muka Nindi makin tegang, menatap maid dengan manik berkaca-kaca dan khawatir. Bagaimana tidak? Jika benar rasa makanannya asin, itu berarti Zeeshan …-'Ya ampun. Mas Ze menghabiskan semua makanan yang kumasak dan dia sama sekali tidak komplain atau bahkan mengatakan hal buruk tentang makanan yang kumasak. Dia hanya menyuruhku untuk tidak-- ouh, jangan-jangan dia menyuruhku makan setelah dia berangkat, itu supaya aku nggak tahu kalau makanan yang kumasak itu asin sangat. Dia ingin menjaga perasaanku?' batin Nindi, mendadak diam dengan ekspresi tak enak dan sedih, 'Kak Zeeshan menghabiskan masakanku bukan karena enak, tapi karena keasinan. Huaaa ….' "Nyonya tidak apa-apa?" tanya maid, menatap khawatir pada Nindi yang tiba-tiba saja membatu dan merenung. Nindi mendongak pada maid lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak apa-apa, Ibu," jawab Nindi lesu, merasa tidak enak dan lemas secara bersamaan. Dia ingin kege'eran–menganggap tindaka
"Selamat datang, Tuan Zeeshan," ucap kepala maid dengan sopan, setelah dia dan maid lainnya membungkuk hormat pada Zeeshan yang memasuki rumah. Nindi yang berada di tengah para maid dan di depan Zeeshan, cukup syok melihat hal ini. 'Apa setiap hari para maid melakukan ini untuk menyambut Si Es Bon Cabe ini? Nggak sekalian ajah ngundang anggota nasyid untuk menyambut kedatangannya? Ya, biar meriah dikit. Biar muka flatnya ada variasi rasa kasidah.' batin Nindi, awalnya jengah pada Zeeshan yang harus disambut bak raja oleh semua orang, lalu mendadak menegang kaku saat sadar jika pria itu sudah tepat di depannya. Zeeshan berhenti melangkah tepat di depan istrinya. Dia diam cukup lama, mengamati penampilan Nindi yang terkesan manis dan anggun. Senyuman yang sangat tipis muncul di bibirnya. Sayangnya, tak ada siapapun yang menyadari senyuman tersebut. Saking tipisnya! "Kau sedang apa di sini?" tanya Zeeshan dengan nada datar, akan tetapi terkesan dingin dan mencekam bagi Nindi. Nind
"Apasih maunya si Es Bon Cabe level 1000 itu?!" gerutu Nindi, sedang memasak makan malam untuk Zeeshan. Nindi kesal dan sebenernya enggan memasak seperti yang Zeeshan perintahkan. Namun, karena takut pria itu memarahinya lalu melontarkan kalimat pedas padanya, Nindi pada akhirnya memasak untuk Zeeshan. Sepanjang memasak, Nindi tak hentinya mengumpati Zeeshan. Dia terus menggerutu untuk meluapkan perasaan kesal karena Zeeshan melarang Nindi keluar dari rumah ini. Pria itu memang gila dan lebih gilanya, Nindi adalah istri dari pria gila yang ia juluki es bon cabe tersebut. "Awas saja kalau makanan yang sudah kumasak ini nggak dimakan sama dia, kupukul kepalanya pakai panci," kesal Nindi, memindahkan masakan dalam wadah yang memiliki tutup lalu meletakkannya di atas meja makan. Ini sudah jam 17:25, sebentar lagi pria itu akan pulang. Nindi masih belum mengemasi pakaian Zeeshan, dan dia baru menyelesaikan tugas memasak. "Tapi-- it's ok! Dia bakalan ke luar negeri dan aku
"Tu-Tuan Zeeshan," ucap Mohan dengan suara gemetar dan takut. Dia reflek membungkuk lalu setelahnya hanya menunduk karena tak berani bersitatap dengan pria itu. Nindi mendongak pada Zeeshan, memperhatikan wajah tampan Zeeshan dengan ekspresi terkesima. Pria ini tiba-tiba datang dan menolongnya. Bahkan, pria ini dengan lantang mengakui Nindi sebagai istrinya di hadapan Mohan. Perlakuan Zeeshan yang seperti ini membuat Nindi tersentuh. Apa Zeeshan peduli padanya? "Undurkan dirimu dari pekerjaanmu atau kau ku jebloskan dalam penjara," ucap Zeeshan dengan nada dingin, setelah mengatakan itu dia beranjak dari sana–membawa Nindi bersamanya. *** "Penampilan busukmu hampir mencoreng nama baikku." Suara dingin Zeeshan mengalun, tatapan tajam menghunus ke arah Nindi. Nindi menyilangkan tangan di depan dada, menatap Zeeshan dengan sorot mata berkaca-kaca karena sakit hati pada ucapan Zeeshan. Pria ini membawanya pulang ke rumah. Zeeshan memandikannya secara paksa lalu sekarang pria i
Nindi mengerutkan kening, menatap berang bercampur kesal pada Zeeshan. Sepertinya memang benar jika Zeeshan gila-gila hormat, semua orang harus bersikap seperti yang dia mau dan semua orang harus memperlakukannya seperti raja. Gila! Sungguh Nindi tak menyangka jika dia pernah mencintai pria diktator, dingin, dan arogan ini. Sialnya, disaat dia tahu sifat asli pria dingin ini, dia telah menjadi istri Zeeshan. Takdir memang gila! Selanjutnya mereka makan malam dalam hening. Zeeshan tak berbicara sama sekali dan Nindi juga malas bersuara. Toh, dia tahu seperti apa Zeeshan. Sejak dulu, pria ini memang pendiam dan lebih suka hening. Setelah makan, Nindi berniat kembali ke kamarnya. Namun, mengingat kopernya belum ada di kamar, Nindi memilih untuk mencarinya. Sayangnya dia tak menemukan dan para maid juga tak tahu menahu. Pada akhirnya Nindi menemui Zeeshan. "Kam-- maksudku Mas Ze," panggil Nindi pelan, cukup kikuk dan canggung. Entah kenapa jantungnya berdetak kuat, padahal hanya me