Selamat membaca dan semoga kalian suka, MyRe (✿^‿^)
Cyra mengerutkan kening, cukup kaget saat membaca pesan dari sahabatnya tersebut. [Wow! Kok kamu tahu banyak tentang Big boss-ku? Mencurigakan.] Balas Cyra, cukup heran dan bahkan curiga karena sang sahabat tahu banyak tentang big boss-nya. -- My Bestie Yang Unyu -- [Kan sudah kukatakan, aku peramal, Bulan manisku. Percaya saja pada petunjuk yang kuberikan padamu, kamu masih akan berhasil.] Cyra membaca berulang kali pesan sahabatnya tersebut. Dia sedikit tak percaya akan tetapi tak mungkin dia ragu pada sahabatnya. Meski terdengar aneh dan kuno, tetapi Cyra sangat yakin jika sahabatnya menang seorang peramal hebat. Dulu Cyra berkerja di sebuah perusahaan percetakan. Namun, karena Cyra tak tahan lembur dan gaji yang sedikit, akhirnya dia mengundurkan diri. Setelah itu, enam bulan yang lalu, dia bertemu dengan sang sahabat, setelah dia menolong perempuan unyu tersebut dari rampok. Lalu wanita itu meraih tangannya dan bilang bahwa masa depan Cyra akan cerah bila dia bekerja di p
Cepat bayar utangmu atau menikah lah dengan putraku!" ucap seorang pria tua pada Cyra. Cyra sudah pulang dan saat ini berada di rumah peninggalan mamanya. Rumah ini termasuk rumah mewah dan besar, dan seharusnya menjadi milik Cyra. Akan tetapi rumah ini dijual oleh ayahnya. Cyra setengah mati menebus rumah ini karena ini salah satu penghubung Cyra dengan mamanya. Ada banyak kenangan di rumah ini, jadi Cyra tak akan melepas. Setelah mamanya meninggal dunia akibat sakit parah, ayahnya menikah lagi dengan perempuan jahat. Dia punya adik tiri yang manja dan sama liciknya dengan mamanya. Jangan lupa, dia juga punya kakak tiri yang sangat genit. Demi melindungi dirinya, Cyra memang harus hidup keras. Saat high school, dia mengikuti karate sebab dia tidak bisa mendapatkan perlindungan dari ayahnya. Dia juga harus bekerja keras agar bisa menyekolahkan diri sendiri dan bertahan hidup tentunya. Seharusnya dia mendapat perlindungan dari sosok ayahnya, akan tetapi Cyra tidak. Dia sudah di
Kendrick mengedikkan pundak kemudian segera kembali ke ruangannya. Sialnya, lift khusus untuk petinggi sedang ada jadwal pemeriksaan sehingga lift tersebut tak digunakan. Kendrick menghela napas kemudian memilih mengunakan lift para staff biasa. Kebetulan sedang jam kerja, jadi pengguna lift tak banyak. Kebetulan hanya dia dan seorang gadis. "Benar juga apa kata My Bestie, aku nggak perlu menang untuk bisa dapat uang. Cukup ikut seleksi, masuk sepuluh besar juga sudah dapat uang 500 juta. Wow, fantastiknya! Bisa bayar utang aku, habis tu masih cukup foya-foya. Lagian, ya kali siluman kodok seperti ku menang dan dipilih jadi istri Big Boss. Jadi pasti aku kalah, dan tujuanku memang kalah. Uang 500 juta lebih menggiurkan daripada mendapat status istri. Iuhh," celetuk gadis tersebut sambil memutar bola mata jengah di akhir kalimat. Dari pakaiannya dan rambut yang dikucir kuda serta poni berlayer yang terlihat manis, sepertinya gadis ini gadis yang sama dengan perempuan yang menemani n
"Usiamu sudah 35 tahun, akan tetapi tak ada satu perempuan pun yang dekat denganmu. Kau normal?" Seorang pria yang dimarahi oleh granddadnya tersebut hanya diam, sama sekali tak bersuara dan terlihat pasrah. "Jangan-jangan kau tidak punya ketertarikan pada lawan jenis?" tanya sang granddad lagi. Pria tampan dengan tatapan tajam tersebut dengan santai menganggukkan kepala. "Untuk saat ini aku hanya fokus pada klan dan perusahaan Elit Quality yang ada di negara ini, Granddad. Wanita hanya akan menjadi pengacau." "Ubah pemikiranmu tentang pasangan. Jika bukan karena Grandma-mu, menurutmu apa aku masih sanggup bertahan di keluarga ini?! Asal wanita yang kau pilih benar, dia akan menjadi kekuatan untukmu," dingin sosok itu, meletakkan cangkir kopi miliknya secara kasar, "mau tak mau kau harus menikah, Granddad akan menyiapkan 100 calon untukmu. Tentunya mereka perempuan yang bisa mendampingimu sebagai pemimpin klan De'Zura dan perempuan yang bisa melindungi diri sendiri agar kau tid
"Jadi kakek-kakek pun Mas Zee tetap tampan yah," monolognya pelan, kembali fokus pada rajutannya. Zeeshan menoleh ke arah istrinya, dia mencuci tangan lalu menaruh joran pancing dan segera menghampiri istrinya yang sedang merajut. "Ini untukku?" tanya Zeeshan sambil menyentuh selimut kecil yang istrinya buat. Sebenarnya Zeeshan tak tahu ini apa, jelasnya dia berharap ini untuknya. "Bukan, Mas," jawab Nindi lembut, "ini untuk calon cucu kita. Firasatku mengatakan kalau anaknya Sza dan Xenon itu perempuan. Ah, pasti menggemaskan yah, Mas. Tapi karena belum pasti perempuan atau tidak, aku membuatkan selimut berwarna biru muda," ujar Nindi sambil senyum manis pada akhir kalimat. "Untukku mana, Poni?" tanya Zeeshan kembali sambil memeluk pinggang istrinya lalu mencium leher perempuan itu. "Ck, nanti cucumu lihat! Berhenti, Mas," tegur Nindi pada suaminya. "Buatkan untukku baru aku akan berhenti," jawab Zeeshan. "Iya-iya, kubuatkan. Tapi ini untuk calon cucu kita dulu. Nanti s
"Habis ospek dan masuk, aku ternyata sejadwal dengan Sza. Soalnya waktu itu masih dosen yang menyusun KRS, jadi dibuat per kelas begitu–satu kelas jadwalnya selama satu semester disamain. Pas lihat Sza di kelas yang sama denganku, mukaku langsung bete. 'Ih, kok si tengil ini di sini sih. Pikirku gitu, Aunty. Setelah ngampus normal, si cowok ini–senior kami, dia sering datang ke kelas kami, Aunty. Semakin kutolak, dia semakin nekat gitu. Hingga dia pernah datang ke kelas, di mana kelas baru saja selesai dan dosennya masih di depan–belum keluar dari kelas kami. Dia kembali nembak aku dan kali ini kesannya maksa. Dia mengancam bakalan bikin nilaiku jelek, dan akan menggangguku selama kuliah. Dia juga bentak-bentak aku di depan banyak orang, dan nggak ada satupun yang mau membantu. Termasuk dosen di sana. Mereka sama-sama takut karena tahu kalau dia keponakannya dekan dan anak konglomerat. Hingga tiba-tiba si Sza datang dan langsung nendang tuh cowok. Trus si senior ini marah dan bah