“Ray? Kamu tadi bukannya pergi sama …”
Ibunya Raya tidak meneruskan pertanyaannya setelah mempertimbangkan bahwa tidak baik ia menyebut nama laki-laki lain sebagai orang yang pergi bersama dengan putrinya di depan menantunya sendiri.“Kamu bisa barengan sama Kai …” Perempuan itu lagi-lagi ragu melontarkan kalimat lagi.“Humm … ketemu di undangan. Rupanya Daniel ngajak aku ke undangannya Silvya, anaknya Pak Abhi, sutradaranya Kai,” jawab Raya datar.Bu Sari, ibunya Raya melirik khawatir pada Kai. Menantunya itu pasti marah makanya sampai ikut pulang ke rumahnya, begitu pikir Bu Sari. Meskipun Bu Sari bukannya tidak tahu kalau rumah tangga anak dan menantunya itu dari sejak awal tidak harmonis, tetapi tetap saja dia memaklumi jika seorang suami pasti marah jika melihat istrinya pergi dengan lelaki lain.“Nak Kai, ayo masuk! Jangan berdiri di situ saja!” ajak Bu Sari sambil menarik tangan menantunya itu agar masuk ke dalam rumah.KaRaya sengaja baru keluar dari kamarnya agak siangan, walaupun dia telah bangun dari sejak subuh tadi. Wanita itu enggan keluar kamar karena malas jika harus bertemu dengan Kai. Raya baru keluar setelah ia memastikan Kai sudah keluar dari rumah. Entah itu untuk syuting atau bertemu dengan Vero Raya sama sekali tidak peduli. Dia jenuh selalu terlibat konflik dengan Kai. Saat hendak turun ke bawah untuk sarapan, ponselnya berdering. Raya memutuskan untuk membawa ponsel itu turun sekalian mengangkat panggilan telepon yang rupanya berasal dari Daniel itu.“[Baru bangun?]” tanya Daniel yang bisa mendengar dengan jelas suara parau Raya. “Umm, iya,” jawab Raya berdusta.Raya tidak ingin Daniel tahu suara parau yang didengar oleh sahabatnya itu berasal dari sisa ia menangis tadi malam. Ya, dia memang sempat menangis dan meratapi nasibnya yang selalu diperlakukan oleh Kai semena-mena. Namun rupanya Daniel tidak begitu saja percaya. Dia curiga sepeninggalannya pergi tadi malam, pasangan su
“Kai!!” protes Raya tak terima kan sikap Kai yang dia pikir tidak sopan itu.“Kenapa, Sayang? Apa yang aku bilang benar kan? Ini sudah jam 10.00 malam dan kamu baru pulang? Kamu bahkan nggak pamit ke aku mau pergi ke mana. Tau nggak, dari tadi aku nungguin kamu pulang?!” balas Kai tak kalah sengit. “Yang nyuruh kamu nungguin aku siapa? Terus apa katamu? Pamit? Nggak sal …”“Ray, sudah!” sela Daniel menengahi pertengkaran pasutri yang ada di depan nya itu. Raya mendengus kesal. Hampir saja dia menunjukkan di depan Daniel bagaimana hubungannya yang sebenarnya dengan Kai. “Aku nggak apa-apa, kok. Benar Apa kata Kai, harusnya kita sudah sedari tadi pulang. Kai, maaf. Aku harusnya minta izin ke kamu dulu sebelum membawa Raya pergi ke acara pernikahan guru SMA kami,” ucap Daniel memohon maaf pada Kai.“Bagus kalau kamu ngerti,” jawab Kai sinis.Daniel mengangguk. Ia merasa masih perlu memberikan sedikit penjelasan lagi alasan keterlambatan mereka pulang hingga malam seperti ini.“Sebena
“Udah ya, Ver. Aku sebenarnya lagi buru-buru nih. Tadi Mama suruh aku Jangan lama-lama karena harus mampir di apotik ini juga untuk beli obatnya Papa,” kata Kai beralasan.“Ah, itu mah alasan kamu aja itu. Kok aku merasa akhir-akhir ini kamu suka menghindar dari aku ya? Kamu nggak sedang ada perempuan lain di hati kamu kan?” tuduh Vero.“Duh, Ver. Kamu jangan suka mengada-ngada. Perempuan lain apa sih? Siapa?”“Raya misalnya?” Vero semakin memicingkan matanya. Kai geleng-geleng kepala. Sebenarnya sudah sejak lama Kai merasa kurang nyaman dengan sikap posesif Vero yang satu ini. Dan dia selalu kewalahan untuk memberi pengertian kepada kekasihnya itu.“Satu-satunya perempuan di hati aku cuma aku. Sudahlah, jangan drama! Kalau kamu merasa akhir-akhir ini aku agak sedikit menjauh, ya karena memang aku agak menjaga jarak saja dengan kamu. Itu untuk kebaikan kita berdua, kebaikan semua pihak. Aku rindu situasi kondusif tanpa banyak konflik, Ver. Tolong kamu bersabar. Ini nggak akan lama,”
Selama hampir setengah jam Kai berada di ruangan Abhi Seta, untuk membicarakan rencana perjalanan bulan madu Kai Raya yang akan disponsori sutradara itu.“Jadi gitu ya, Kai. Nanti di Bali, akan ada tim yang akan memotret kemesraan antara kamu dan Raya. Pokoknya kita ambil foto seromantis mungkin. Jika memungkinkan kita setting tempat di tempat-tempat yang intim seperti ranjang atau kolam renang dengan kamu dan Raya beradegan yang sedikit hotlah … paham-paham aja ya kan? Selain itu ya terserah kamu sama Raya akan menghabiskan waktu di Bali seperti apa,” kata Abhi.“Siip …siip! Pahamlah, masa nggak? Jadi gitu aja ya, Pak? Soalnya saya masih harus pulang ke rumah ini. Ada bini yang nungguin di rumah ini,” kata Kai sekalian berpamitan.“Wah, buru-buru amat. Tumbeen … Jadi curiga saya ini soalnya kamu hari ini tampak beda Kai, berenergi. Apa ada kabar baik?” tanya Abhi kepo.“Ah, perasaan bapak saja. Sudah ah, saya pergi Pak. Yuuuk …”Kai setelah berjabat tangan dan bertos-ria dengan Abhi
“Kai, bukannya hari ini lo nggak ada jadwal syuting?” “Mau ketemu, Pak Abhi gue,” jawab Kai enteng.Vero yang sedang take video, mengikuti. Kai dengan ekor matanya. Bisa-bisanya sekarang Kai muncul di lokasi syuting padahal ketika ia datang ke rumah kekasihnya itu, Kai sama sekali tidak mau keluar menemui. Tunggu saja sampai ia selesai dengan scene ini, Vero akan menginterogasi pria itu. “Vero, kamu yang konsentrasi biar kita cepat istirahat!” seru Abhi Seta sambil oleh ke arah lirikan mata Kai.“Ma-maaf, Pak. Aku akan lebih serius lagi,” ucap Vero.“Kai kelihatannya ceria banget hari ini. Kelihatan segar banget, Kai. Dapat jatah double di rumah ya?” goda salah satu kru padanya.Kai hanya cengengesan mendengar godaan kru itu padanya.“Ya, donk! Masa nggak. Hehehe,” kekehnya.Spontan Vero langsung menoleh dengan tatapan mata memicing penuh amarah. Di saat yang sama, Kai pun melihat ke arah Vero nggak pandang mata mereka bertemu. Kai langsung menjauhkan pandangannya ke arah lain dan i
Mereka telah melakukan hal yang panas itu lebih dari setengah jam yang lalu, namun keduanya belum beranjak dari tempat tidur Kai. Rasanya sangat canggung. Terutama bagi Raya, namun tak terkecuali juga bagi Kai. Padahal saat melakukan hal itu tadi keduanya sampai menggebu-gebu sampai tak peduli hal apapun. Bahkan Vero saja tidak menjadi gangguan dalam percintaan mereka.Kini mereka berada di bawah selimut coklat milik Kai dan tidak melakukan apa-apa sedari tadi. Mau langsung tidur pun rasanya akan janggal, karena bahkan saat itu belum tengah hari. “Baiklah, aku rasa aku akan ke kamarku dulu,” dehem Raya.Ia berusaha melilitkan selimut itu ke tubuhnya agar ia bisa dengan leluasa memungut bajunya yang berserakan di lantai.Namun Kai yang juga berada di bawah naungan selimut itu, menahan selimut coklat itu hingga Raya gagal menutupi semua tubuhnya.“Kai …” protes Raya kesal karena Kai terlihat seperti sengaja menghalang-halanginya. “Aku sudah bilang kalau mulai sekarang kita akan tingg