Share

Bab 5 : Hansa Memberitahu yang Sebenarnya

Vindreya berlari sekencang yang dia bisa menjauhi rumah di mana Kenzo dan Elvano sedang berdebat memperebutkannya. Beberapa kali Vindreya menengok ke belakang untuk melihat apakah kedua laki-laki itu mengejarnya atau tidak. Cukup mengagetkan bahwa tak ada satu pun di antara Kenzo dan Elvano yang mengejarnya. Ada apa ini? Apakah mereka benar-benar mencintai Vindreya atau tidak? Namun, ini membuat Vindreya bisa bernapas lega karena telinganya tak perlu lagi terganggu dengan perdebatan itu. 

Entah sudah berapa lama dan berapa jauh Vindreya berlari, tetapi entah kenapa dia tidak merasa lelah sedikit pun. Matahari yang tadinya bersinar terik, kini berganti dengan bulan yang menerangi gelapnya malam. 

Vindreya melihat ke kanan dan kirinya. Aneh sekali. Ada banyak rumah dengan lampu menyala seperti pada umumnya, tetapi sejak tadi dia tidak melihat ada satu orang pun di sana. Dunia asing itu seolah-olah hanya ditinggali oleh Vindreya, Kenzo, Elvano dan Hansa. 

“Hansa! Kamu di mana?! Aku butuh kamu untuk jelasin semua keanehan ini! Apa ini masih belum waktu yang tepat?! Hansa!” 

Vindreya berteriak sekencang mungkin, tak peduli jika itu akan membuat pita suaranya rusak. Yang dia inginkan hanyalah kejelasan dan bisa keluar dari dunia asing itu. 

Lagi-lagi bulan berganti matahari. Suasana sejuk dan gelap malam hari, kini berubah menjadi hari yang lebih cerah oleh sinar matahari dengan keadaan yang lebih hangat. 

Vindreya terduduk dengan pasrah di atas jalanan yang begitu sunyi. Air matanya mengalir. Dia kesepian dan kebingungan. Entah harus ke mana dia sekarang. 

“Hansa!” teriaknya sekali lagi. 

“Iya, Vindreya. Aku selalu di dekat kamu,” ucap seseorang. 

Vindreya langsung menoleh ke belakang dengan penuh harap. “Hansa!” 

Vindreya refleks memeluk gadis yang pernah dia temui di cermin kamar mandi itu. Tangisan Vindreya semakin menjadi-jadi. Dia memeluk Hansa dengan begitu erat, takut akan kehilangan seseorang yang mungkin menjadi satu-satunya harapan baginya itu. 

Hansa melepas dengan lembut pelukan Vindreya lalu menatap dalam pada gadis malang itu. “Bagaimana, Vindreya? Kamu udah puas?” 

Alis Vindreya merapat beriringan dengan tangisnya yang mulai mereda. “Hah? Puas? Maksud kamu?” 

“Vindreya, berada di dunia yang isinya hanya ada kamu, Kenzo, Elvano dan aku seperti ini adalah keinginan kamu. Dicintai dan diperebutkan oleh dua laki-laki itu juga adalah keinginan kamu. Memilih aku sebagai kunci jawaban atas semua keanehan ini juga adalah keinginan kamu.” 

Vindreya menggelengkan kepalanya berkali-kali. “Aku nggak ngerti maksud kamu. Gimana bisa semua ini keinginan aku, sementara aku nggak ingat apapun?” 

Hansa tersenyum manis sekali. “Baiklah. Ini saatnya aku ceritain semua kebenarannya sama kamu, Vin.” 

Vindreya mengangguk semangat penuh harap. “Iya, Hansa. Ayo, ceritain semuanya. Setelah itu, kembaliin aku ke dunia aku yang sebenarnya.” 

Hansa tertawa kecil. “Diri kamu sendiri yang bisa bawa kamu ke dunia kamu yang sebenarnya. Vindreya, dunia asing yang sedang kamu tempati ini nggak nyata. Ini hanya mimpi.” 

“Hah?” 

“Ini hanya mimpi, Vin. Kamu punya kemampuan untuk mengendalikan mimpi kamu. Malam itu sebelum tidur, kamu sendiri yang merencanakan untuk memimpikan Kenzo sebagai suami kamu, Elvano sebagai tunangan kamu, dan aku sebagai penyelamat kamu di dunia asing yang isinya hanya kita berempat. Kamu sendiri juga yang ingin untuk nggak membawa memori apapun dari dunia nyata ke dalam mimpi kamu.”

Alis Vindreya merapat bahkan hampir bertaut. “Aku ngelakuin itu? Kenapa aku pengen mimpi kayak gitu?” 

“Karena di dunia nyata, kamu selalu sulit untuk deketin dua cowok itu. Kamu capek karena nggak pernah ada kemajuan selama berusaha deketin mereka. Itu sebabnya kamu gunain kemampuan kamu untuk wujudin keinginan kamu.” 

“Siapa itu Kenzo, Elvano dan kamu sendiri di kehidupan nyata dalam hidup aku?” 

“Kita bertiga sekelas, Vin. Kenzo dan Elvano adalah dua cowok yang kamu suka. Aku adalah sahabat kamu, teman semeja kamu. Kamu paham sekarang?” 

Vindreya mengangguk. 

“Kalo gitu, akhiri mimpi kamu sekarang dan kembalilah ke dunia nyata kamu.” 

“Kalo aku balik ke dunia nyata, itu artinya Kenzo dan Elvano nggak akan cinta sama aku lagi? Mereka nggak akan rebutin aku lagi?” 

Hansa mengangguk sambil tersenyum hangat. 

“Ah. Kalo gitu aku masih mau ada di dunia mimpi ini. Dicintai oleh mereka berdua bener-bener buat aku bahagia.” 

“Aku udah duga kamu bakal ngomong kayak gitu. Vin, kamu diciptain bukan untuk hidup di dunia mimpi. Nggak akan ada perkembangan apapun kalo kamu terus ada di sini. Ingat juga gimana perasaan orang-orang di kehidupan nyata kamu. Mereka pengen kamu segera bangun.”

“Tapi gimana sama Kenzo dan Elvano?” 

“Tenang aja, Vin. Seperti biasa, di dunia nyata aku selalu bantu kamu untuk deketin mereka. Kita bisa kerja sama.” 

Vindreya mengangkat jari kelingking kanannya. “Janji, kamu bakal bantu aku?” 

Hansa tersenyum lalu ikut mengangkat jari kelingking kanannya kemudian menautkannya dengan kelingking Vindreya. “Iya, Vin. Aku janji. Ayo, bangun sekarang.” 

~bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status