"Kenapa gak belanja bareng tunangan mu aja Rin?" tanya Nirma.Airin menyilangkan tangan di depan dada, kemudian menjeling. "Iya-iya. Belum halal! Begitu 'kan.""Itu tau."Hari ini Airin tidak ke toko. Dia meminta ijin kepada Mas Rahman untuk berbelanja kebutuhan pernikahannya. Airin meminta sahabatnya Nirma untuk menemaninya ke butik di salah satu Mall.Ketika Arin dan Nirma hendak menaiki tangga berjalan menuju lantai atas. Tiba-tiba tanpa sengaja mereka bertemu Arga yang baru turun dari tangga berjalan. Arga terlihat kesusahan menenteng beberapa kantong belajaan."Airin!""Mas Arga.""Tuh 'kan dia juga habis belanja. coba kalian janjian aja tadi," goda Nirma."Oh yah kenalin, Mas. Ini Nirma temen aku.""Temenmu yang waktu itu bukan," Arga mengingat kejadian pesan jail tempo hari.Airin dan Nirma saling menatap, sepengetahuannya ini adalah pertama kali Arga dan Nirma bertemu.
Hari pernikahan Airin dan Arga yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Rombongan mobil mempelai laki-laki juga sudah sampai. Rumah sederhana nan asri itupun kini terlihat ramai. Pelaminan sederhana nan indah juga sudah siap dengan hiasan bunga-bunga. Hidangan pesta juga sudah tersedia di tempatnya. Meskipun acara pernikahan dilangsungkan secara sederhana dan hanya mengundang kerabat dekat dan tetangga, namun keluarga Bu Ningsih telah mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin.Di dalam kamarnya, Airin Rachmi terlihat cantik dan anggun dengan riasan sederhana dan natural serta gaun putih yang dikenakan nya. Sengaja dia meminta kepada sang MUA agar riasannya tipis saja dan jangan terlalu medok. Nirma yang sedari tadi menemaninya dirias tidak henti-hentinya menggoda Airin."Masya Allah, Rin." Nirma terkagum begitu melihat Airin yang telah selesai dirias. "Pantesan saja habis ini suami mu langsung memboyong mu pulang," goda Nirma, "dia pasti gak bakalan tahan lihat istrinya cantik begini
Arya dan Bu Yanti akhirnya terpaksa mengikuti kemauan Pak Suryo untuk menghadiri pernikahan Airin. Tidak lupa Bu Yanti mengajak Tiara untuk turut menemani Arya di acara tersebut. Seperti biasanya, dia hendak memamerkan calon menantunya yang masih singgel dan juga seorang Dosen cantik itu.Bu Yanti sengaja memperlambat dandanannya di dalam kamar tadi. Dia sengaja ingin menghindari proses ijab qobul, dan memilih datang sedikit terlambat. Menjelang waktu dhuhur mereka baru tiba di acara tersebut. Rumah Bu Ning juga sudah terlihat sepi. Hanya terlihat beberapa tamu saja."Katanya suaminya orang kaya. Moso acaranya cuma begini doang, Pak," komentar Bu Yanti begitu mendapati acara pernikahan Airin yang terkesan sepi dan jauh dari kata mewah.Pak Suryo hanya menggeleng kan kepalanya. Tidak berniat untuk meladeni perkataan istrinya yang terdengar sangat tidak mengenakkan. Dia sendiri merasa tidak enak hati kepada keluarga Bu Ningsih karena datang terlambat dan tidak sempat menyaksikan proses
Arga membelai lembut pipi Airin. Kemudian mencium kening istrinya cukup lama."Aku mencintaimu, Airin. Terimakasih sudah hadir dalam hidupku," ucap Arga mesra.Airin tersipu. Sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama, tetapi belum berani untuk mengungkapkan perasaannya.Arga kembali menatap wajah Airin. Dia tidak dapat lagi memendam hasrat nya untuk memilikinya seutuhnya, menyayangi dan mencintai nya sepenuh hati. Untuk beberapa saat kedua mata itu saling menatap. Pancaran sinar cinta kasih, dan sayang jelas terlihat dari kelopak mata keduanya.Arga sangat bahagia kini dia bisa kembali merasakan manisnya cinta setelah tiga tahun lebih kesendiriannya. Matanya kini tertuju pada bibir tipis Airin yang begitu menggoda yang ada dihadapannya. Wajahnya pun mendekat ke wajah Airin.Airin memejamkan matanya. Dia meremas sprei dibawanya. Dadanya berdegup semakin kencang ketika suaminya semakin mendekatkan wajahnya, kini dia bahkan bisa merasakan hembusan nafas Arga yang menerpa wajahnya.Brag
Airin merasa sangat bahagia menjadi bagian dari keluarga Arga. Putri-putri sambungnya juga sangat bahagia menerima kehadirannya sebagai Ibu baru mereka. Ibu mertua dan Kakak iparnya juga sangat baik kepadanya. Mereka bahkan berterimakasih kepada Airin karena sudah bersedia menjadi istri dan ibu bagi anak-anak Arga."Aira, Aura. Ibu boleh nanya gak?" tanya Airin kepada kedua putri sambungnya. Kini mereka sedang berada di kamar Aira dan Aura. Tangan Airin dengan cekatan menata rambut Aura menjadi dua ikatan bertingkat yang cantik."Boleh dong. Memangnya Ibu baru mau nanya apa?" jawab Aura."Kenapa Aira dan Aura panggil Ibu Airin, Ibu baru?""Yah soalnya Ibu lama kita yang melahirkan kita 'kan sudah meninggal dunia. Nah, Ibu Airin jadi Ibu baru kita sekarang," ucap polos Aira."Oh begitu. Gini aja, bagaimana kalau kalian panggil Ibu Airin, Bunda Airin saja. Jadi tidak ada itu, istilah Ibu lama atau Ibu baru. Dan Ibu yang melahirkan kalian itu yah tetap kalian sebut Ibu.""Jadi Ibu Airin
"Jadi kapan, kamu kembali lagi ke perusahaan, Ga?" tanya Mas Danu. Kini mereka sudah duduk-duduk di ruang keluarga seusai makan malam. "Sekarang 'kan kamu sudah menikah lagi. Anak-anak juga sudah ada yang jagain. Sekarang tidak ada alasan lagi untuk tidak kembali ke perusahaan," lanjut Mas Danu."Nak Danu benar, Ga. Apa kamu gak kasihan dengan Nak Danu. Dia sendirian mengelola perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu." Bu Lastri menimpali."Ruangan dan meja kerjamu masih kosong, Ga. Tidak seharusnya Direktur Utama perusahaan mengambil cuti yang sangat lama. Tiga tahun lebih, loh.""Dengan adanya Mas Danu sebagai direktur baru sudah sangat cukup, Bu. Bahkan perusahaan menjadi berkembang sangat pesat semenjak dipimpin Mas Danu." kilah Arga."Yah tetap saja, Ga. Perusahaan itu adalah warisan dari kakekmu. Dengan tangannya sendiri dia mendirikan perusahaan itu. Sudah menjadi kewajiban mu sebagai cucu laki-laki nya untuk meneruskan dan memajukan nya.""Benar sekali apa yang Ibu
Airin sedikit terkejut saat mereka memasuki pintu masuk tempat acara, matanya terbelalak membaca ucapan selamat di sebuah rangkaian papan bunga."Selamat Atas Kelahiran Putri Pertama pasangan Bapak Bayu Suseno dan Nyonya Dewi Maharani""Bayu," gumam Airin."Maaf undangan nya, Pak!" ucap salah seorang penjaga di pintu masuk. Argapun memberikan undangan yang dibawanya.Penjaga berjas hitam tersebut kemudian men-scan barcode yang ada di undangan tersebut melalui tabletnya. Dahi penjaga tersebut berkerut melihat foto dan identitas yang muncul di layar."Maaf, Pak. Apakah nama bapak Danu Gunawan?" tanyanya kepada Arga."Oh bukan. Nama saya Arga, saya diminta Pak Danu untuk mewakili nya menghadiri acara ini," terang Arga."Kalau begitu Anda tidak diizinkan masuk, Pak," ucap Penjaga tersebut tegas."Kenapa begitu?" tanya Arga sedikit kecewa."Undangan ini hanya berlaku untuk Nama yang tertera di barcode undangan, Pak. Tidak boleh diwakilkan."Arga menggaruk tengkuknya. Dia merasa sedikit jen
"Selamat, Pak Bayu. Akhirnya anda berhasil juga menjadi ayah. hahaha," ucap pria bertubuh sedikit tambun tanpa malu-malu."Tentu saja Pak, Diakan sudah berganti istri," pria kurus disebelahnya menimpali.Disusul gelak tawa yang lainnya."Apa benar istri pertama anda mandul, Pak Bayu?" tanya Pria itu lagi."Kenapa kalian membahas masa lalu," kilah Bayu. Sekilas dia menatap Airin. Perempuan itu bergeming. Dewi tersenyum sinis, mendengar ocehan para direktur sombong itu. Diapun menatap wajah Airin untuk melihat reaksinya. Namun, perempuan itu wajahnya terlihat datar-datar saja, membuat Dewi semakin kesal.Arga terlihat mulai tidak nyaman dengan tingkah orang-orang kaya yang tidak memiliki adab tersebut, yang bersikap merendahkan orang lain."Saya dengar rumor, anda menanam saham terlebih dahulu Pak Bayu. Secara pernikahan kalian 'kan belum genap setahun," tanya Pria tambun itu lagi.Seketika suasana menjadi hening. Beberapa orang terlihat menghentikan aktivitasnya."Ternyata sekarang an