Share

Dua Puluh

Hari ini sudah memasuki akhir masa tenang. Semua alat peraga kampanye dari seluruh peserta pemilu harus sudah bersih di lingkungan kampus. Sejak pagi, Gala bersama timnya mulai melepas semua pamflet milik mereka. Hanya Resta yang tidak tampak batang hidungnya. Padahal, sejak awal rencana mencalonkan lewat partai independen, gadis itu selalu berada di barisan terdepan memberi semangat untuk timnya.

Setelah semua beres, Gala segera menuju ke indekos Resta. Ia merasa aneh dengan sikap sahabatanya yang tiba-tiba menghilang itu. Ponsel terkadang tidak aktif, juga pesan-pesan yang tidak terbalas.

“Resta ada, Na?” tanya Gala begitu Inara membuka pintu gerbang.

“Em ... dia lagi gak enak badan, Ga,” jawab Inara berbohong.

Wajah Gala berubah. Ia terlihat panik.

“Udah dibawa ke dokter?”

“Gak mau, katanya cuma kecapean.”

Gala membenarkan ucapan Inara. Resta memang acap kali tidak peduli dengan waktu istirahat jika tugas-tugasnya belum selesai.

“Kalau gitu aku belikan makanan dulu.”

Gala segera be
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status