Share

Angan, Angin, Hilang

Mungkin saat itu aku sedang berpikir tentang salah satu quotes dalam filsafat yaitu "Seni tertinggi dalam mencintai adalah membiarkan seseorang yang kau cintai itu pergi." Singkat memang, namun mempunyai makna yang cukup dalam bagiku. Aku lantas tidak hanya berhenti sampai disitu. Aku terus memikirkan kejadian yang bisa kukaitkan dengan quotes itu. Aku pikir, sastra dan filsafat adalah dua hal yang sangat berkaitan erat satu sama lain. Sama seperti langit dan bumi. Bulan dan Bumi serta air dan api.

Kedunya memang memiliki sifat yang bertolak belakang, namun jika keduanya disatukan, sebuah ketentraman, kedamaian, kesejukan dan keseimbangan akan tercipta. Begitupun dengan cinta. Saat kita percaya bahwa cinta adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan, menurutku itu tidak serta-merta benar. Ada hal lain yang bisa saja menjadi sumber kebahagiaan bagi manusia itu sendiri.

Pastinya setiap orang mempunyai kebahagiaan tersendiri. Begitu pula denganku. Entah mengapa, setiap kali aku membaca dan mengkaji koleksi buku-buku filsafatku. Aku merasa lubang dalam hatiku terisi oleh itu. Walau hanya sekadar bacaan belaka, namun nampaknya kata-kata itu bisa merasuk dan terserap secara menyeluruh dalam jiwaku.

Memang, bagaimanapun kita harus mencari tujuan dalam hidup. Apa yang ingin kita capai dan apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Dua hal tersebut menjadi hal yang paling mendasar dalam diri setiap insan. Baik itu muda atau tua, remaja atau dewasa bahkan anak-anak sekalipun! Merekapun terkadang memiliki keinginan yang hampir sama dengan orang tuanya.

Bila dikaitkan dengan perasaanku sekarang, nampaknya itu tidak terlalu tepat. Aku tidak mempunyai seseorang yang melengkapi belahan jiwaku. Jiwaku yang separuhnya lagi belum datang. Atau mungkin tidak akan pernah datang. Yah, aku tidak akan tahu tentang hal itu. Aku percayakan saja urusan itu kepada Sang Pencipta.

Jika dipikir, bagaimana bisa manusia yang awalnya lahir dengan kondisi meronta dapat merasakan jatuh cinta pada akhirnya? Apa ia tidak ingat, betapa lemahnya ia dahulu sehingga jalan pun harus dibantu oleh orang lain. Lalu, dengan beraninya ia saat beranjak dewasa, ia jatuh cinta dengan orang lain, yang sebelumnya tidak pernah dikenali atau bahkan terbesit dalam benak pun tidak sama sekali.

Mengapa cinta bisa se-istimewa itu? Aku belum menemukan jawabannya. Terlalu banyak pendapat klise dan penuh dengan keambiguan. Aku belum dapat mengaplikasikannya dalam hidupku atau bahkan untuk temanku yang sedang jatuh hati kepada seseorang. Setiap kali ditanya mengenai hal ini, aku selalu terdiam. Karena memang aku tidak tahu harus jawab apa. Aku hanya berkata bahwa, waktu yang akan menjawab cintamu saat ini.

Hanya sekadar itu, lalu akupun pergi. Aku bahkan pernah hampir dibuat gila oleh kata "Cinta" terlalu rumit rasanya jika terus dipikirkan. Aku tidak ingin membuat jiwa dan rasaku ini tercabik sebelum waktunya. Aku dengan cinta itu dapat semanis madu dan sepahit keringat kesengsaraan. Sungguh aneh kataku. Namun itu yang terjadi bagi sebagian orang yang sudah berkelana menahkodai bahtera cinta dalam rumah tangga.

Takut? Tentu. Akan tetapi, rasa takut itu yang terus membuatku penasaran hingga ingin mencobanya. Namun lagi-lagi, dengan siapa aku harus menyatakan perasaan yang masih suci-murni ini? Bunga? Ah, itu hanya khayalan belaka. Tidak mungkin aku dapat mencintai Bunga dengan baik. Ia bahkan lebih baik daripada seorang alim sekalipun. Hatinya terlalu rapuh namun cintanya begitu kuat dan dalam. Ia mudah disakiti namun tidak mudah untuk kembali. Bahkan rasanya tidak mungkin ia kembali ke pangkuan sang mantan.

Aku pernah bertanya kepada diriku sendiri, tipe wanita seperti apa yang layak kucintai? Layak? Tentu saja. Aku selalu menganggap diriku tidak layak untuk dicintai orang lain. Bahkan, akupun terkadang membenci diriku sendiri. Oleh karenanya, aku berpikir dan bertanya, wanita seperti apa yang layak mencintaiku? Apa aku layak untuk dicintai? Atau hanya sebatas dihargai?

Bagiku, cinta adalah hal terumit yang pernah aku temui. Bahkan, algoritma matematika serta teori kuantum fisika saja kalah rumit dengan yang namanya cinta. Sains tidak pernah memecahkan masalah rasa. Ia hanya berfokus kepada sesuatu yang bisa dihitung oleh nalar dan logika. Sedangkan cinta, hanya waktu dan rasa yang bisa menjawabnya.

Lantas, apa yang akan terjadi jika seseorang sedang jatuh hati dengan seseorang? Apa dia akan buta? Apa dia akan gila? Atau mungkin ia akan mati karena cintanya? Rumit bukan? Tentu. Itu adalah bagian tersulit dari kata "Mencintai". Saat kalian menyatakan perasaan kepada seseorang, itu artinya kalian telah mengeluarkan sejuta rasa yang terpedam serta pertanyaan yang terbesit di benak kalian. Selama fase mencintai, kalian akan di temani oleh rasa takut, gelisah, cemburu atau mungkin rindu.

Aku tidak yakin akan hal ini. Namun sejauh aku belajar tentang filsafat cinta. Hanya satu yang aku mengerti yaitu "Cinta itu seperti kotak, Anda tidak akan pernah tahu apa isi dalamnya. Anda hanya akan mengetahuinya jika Anda sudah membuka kotak tersebut, atau Anda bisa tahu jika ada yang membisikannya kepada Anda."

Rasanya, agak rumit jika dijelaskan. Lagipula, definisi cinta itu sangat universal. Tidak ada jawaban yang benar-benar pasti. Semua hanyalah asumsi. Kalian akan dihantui rasa ketidaktahuan yang mendalam sehingga kalian akan membela mati-matian demi mempertahankan ketidaktahuan yang terkadang menyesatkan sekaligus membodohkan.

Perjalanan manusia tidak lepas daripada waktu dan kejadian. Mengapa dua hal itu berkaitan? Karena waktu yang membuat kejadian, dan kejadian ada sebab adanya waktu. Waktu itu relatif, konstan dan tidak terprediksi. Sedangkan kejadian adalah sesuatu yang imajiner, khayalan serta tidak masuk akal. Jadi, bayangkan saja, namun jangan dikhayati terlalu dalam. Karena semua itu bisa menyebabkan kalian menjadi gila sendiri karena terlalu banyak merenung memikirkan banyak hal.

Hidup ini hanya perlu dijalani. Tidak perlu terlalu dipikirkan secara mendalam. Sang pencipta telah menentukan garis takdir masing-masing. Percaya dan serahkan semua kepada-Nya. Akan tetapi ingat, bukan dengan begitu kalian jadi bisa bermalas-malasan. Sebab, Tuhan tidak akan menolong hamba-Nya yang bermalas-malasan. Jika hidup kalian tidak berguna, lebih baik gali tanah saja.

London Square

"Mas lihat deh, lucu banget kan bonekanya! Kalau aku beli itu, kamu suka gak?"

"Eh iya tuh, boneka pandanya lucu kaya kamu. Pipinya tembem." Ujarku dengan nada meledek.

"Ih, mas pasti ngeledek aku karena aku gendutan ya. Udah ah, Bunga mau ngambek aja sama mas."

"Hehehe, gak bunga, bukan begitu. Aku emang suka sama perempuan yang pipinya tembem. Keliatannya lucu dan juga aku seneng mainin pipi yang tembem."

"Kalau begitu, mas artinya suka dong sama Bunga? Iya kan?"

"Eh...ehmm...anu...."

"Kok? Kenapa mas? Ada yang salah?"

"Eh gak kok, gapapa. Kita lanjut yuk nyari bonekanya. Eh kamu tetep mau boneka panda itu? Kalau mau, ayo kita beli"

"Mau mas! Aku beli ya! Belinya dua, satu buat aku, satunya lagi buat kamu. Kalau beli satu, nanti kasihan pandanya kesepian, gak punya temen."

"Kenapa begitu? Kan ini cuman boneka. Lagian, dia juga gak punya nyawa dan juga gak punya perasaan."

"Ih, mas salah. Boneka itu punya perasaan. Boneka juga punya hati."

Sontak aku pun bingung dengan perkataan Bunga tadi. Aku benar-benar berpikir bahwa boneka tidak memiliki perasaan dan tidak memiliki nyawa. Namun mengapa bisa mengatakan hal demikian? Apa dia punya maksud lain?

Entah apa yang sedang kupikirkan saat itu, namun memang, Bunga sangat aneh. Baik perilaku maupun sifatnya, LEBIH ANEH DARI KEMARIN! Bunga yang kukenal sebelumnya tidak pernah berkata perkataan seperti itu. Bahkan ke sahabat terdekatnya sendiri. Aku merasa janggal. Bahkan kejanggalanku bertambah saat Bunga merubah raut wajahnya.

Aku tidak ingin berkomentar apa-apa mengenai hal ini. Cukup hanya menanggapi secukupnya tanpa ada embel-embel yang mungkin saja bisa membuat percakapannya ini lebih gila dari sebelumnya. Sebenarnya aku takut. Karena hal ini sudah ku prediksikan jauh-jauh hari. Ketika kami berdua di pesawat. Yah, itulah prediksi awalku. Ketika dimana semuanya berubah menjadi merah merekah. Ketika semua angan dan halu menjadi musnah dan digantikan oleh sesuatu yang belum pernah merekah.

"Mas, kok diam saja? Ada apa? Ada yang salah denganku?" Pungkasnya singkat.

"Oh..ehmm....gapapa kok. Aku baik-baik saja. Hehehe." Jawabku sambil terkekeh kecil.

"Mas, aku mau ngomong sesuatu sama kamu sebenarnya. Tapi aku takut kamu marah dan hubungan kita gak bakal bisa kaya gini lagi." Ujarnya dengan wajah yang menunduk.

"Emangnya mau ngomong apa? Ngomong aja gapapa. Lagipun, aku tidak akan marah. Asalkan hal yang kamu bakal omongin gak menyangkut sama nyawa kamu. Kalau ada yang berani macam-macam sama kamu. Aku pasti marah." 

"Enggak kok mas. Ini berbeda. Aku ingin mengungkapkan perasaanku mas. Aku rasa, tempat ini cocok." 

Aku termenung. Perasaan apa yang ingin dia ungkapkan kepadaku? Apa dia akan menyatakan cintanya kepadaku? Nalar dan perasaanku semakin tidak karuan saat mendengar kata-kata itu. Nalarnya tiba-tiba berhenti. Kering seperti rantai motor yang tidak diberi oli. Aku hanya mengandalkan perasaan saja. Yang mana, jika aku hanya mengandalkan salah satu dari dua unsur utama dari manusia, maka tidak menutup kemungkinan aku akan mengambil langkah yang salah dan akhirnya masuk ke dalam jurang kesengsaraan. 

Aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku tetap akan berdiri teguh dengan pendirianku. Lagipula tidak mungkin Bunga akan menyatakan perasaannya secepat ini kepadaku. Ia mungkin hanya ingin menyampaikan kesan-kesannya selama berada di sampingku atau selama ia menjadi sahabatku.

"Jadi gini mas. Aku waktu itu kan sudah bilang. Di pesawat. Ingat kan, mas? Kali ini berbeda. Aku ingin apa yang aku rasakan, bisa tersampaikan kepadamu mas. Aku tidak ingin menunda waktu lagi. Aku tidak ingin membuatmu penasaran. Aku tidak ingin membuat mas selalu bingung karena sikapku, kepribadianku yang berubah total ini. Aku ingin mas mengerti. Dan ya....aku mencintaimu mas...." Ujarnya sambil tersipu malu.

Aku terhentak. Seperti ada petir yang menyambarku seratus kali. Apa-apaan ini. Aku tidak pernah menduga hal ini akan terjadi. Aku terpaku. Terpatri di tempat itu. Kedua bola mataku terpaku melihat wajahnya. Pipiku memerah seperti kepiting rebus. Aku menelan air liurku. Aku tidak ingin leherku ikut merasakan kejutan ini.

"T-tapi....kenapa bisa? Maksudku...kamu yakin dengan keputusanmu? Apa kamu yakin sudah memikirkan resikonya?"

"Mas. Jika seseorang sudah jatuh cinta. Mereka akan melakukan apapun. Bahkan hal gila dan membahayakan nyawa pun akan dilakukan. Aku mencintaimu mas. Apapun resikonya. Apapun akibatnya. Aku siap untuk menanggungnya. Sebab aku tidak ingin hati dan pikiranku tersiksa karena rasa yang belum tersampaikan. Butuh waktu untuk dapat mengungkapkan hal seperti ini. Dan aku berhasil melakukannya." Ucapkan sambil mengeluarkan air mata. 

Bunga pun menangis. Jatuh dalam dekapanku. Berharap aku bisa luluh akan hal itu. Aku yang berpendirian teguh pun mulai goyah. Hatiku sudah tidak bisa membendung perasaan yang disampaikannya tadi. Benteng pertahananku terkikis. Namun hal aneh terjadi. Seakan, pertanyaan-pertanyaan filsafatku terjawab saat itu juga. Entah pertanyaan yang mana. Namun aku merasa lega. Dan munculah satu pertanyaan baru 

"Bagaimana aku dapat menerimanya? Dengan apa aku harus menjalaninya? Apa kasih sayang dan perhatian akan cukup untuk membalasnya?"

Ah sudahlah. Sekarang yang terpenting adalah dapat membuat hatinya senang. Aku tidak ingin ia berlarut-larut dalam kesedihan. Cuacanya terlalu dingin di luar. Aku tidak ingin ia terkena hipotermia. Mengingat pada satu waktu, ia pernah kena hal itu. Aku akan melindunginya, menemaninya bahkan...mungkin menikahinya? 

"Bunga, lihat aku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu dalam kesendirian. Kapanpun dan dimanapun kamu membutuhkanku. Panggil aku.  Aku siap datang. Aku akan bertanggung jawab atas mu mulai hari ini, detik ini juga." Ujarku.

"M-makasih ya mas....aku lemah banget. Aku tahu, aku gak sekuat orang lain. Aku gampang menangis. Terlalu lemah untuk ukuran wanita."

Sembari menatap kedua matanya. Aku kembali mendekapnya. Memastikan semua baik-baik saja dan akan terus baik-baik saja. Aku tidak ingin membuat dia jatuh sakit. Karena, prinsipku adalah 

"Siapapun pasanganku, aku harus menjaganya, merawatnya dan siap sedia kapanpun aku dibutuhkannya. Mungkin berlebihan, tapi percayalah, sebenarnya, dengan sedikit perhatian, wanita akan dengan mudah luluh."

Aku dan Bunga pun langsung bergegas ke toko yang kami tuju. Di situ, aku membeli boneka panda sesuai dengan apa yang ia minta. Aku membeli 2 boneka. Satu aku, satu lagi untuk dia. Aku merasa senang melihat dia senang. Dia tersenyum, menatap wajahku. Aku pun melihat wajahnya, sembari tersenyum. Tidak lama, ia menghampiriku, lalu ia memelukku. Kembali ia mengucapkan terimakasih.

Setelah kami puas berkeliling di sekitar London Square. Kami pun memutuskan untuk dinner di salah satu restoran di sudut kota. Kami memilih restoran Arab. Karena kebetulan, kami ingin maka nasi kebuli dan kambingnya yang khas! Alhasil, kami pun langsung berangkat ke restoran yang di tuju.

"Mas, aku duduk di sini ya. Kaki aku pegel."

"Yaudah, kamu duduk di situ saja. Biar aku yang pesan makanannya. Kamu mau apa?"

"Aku nasi kebuli saja mas. Tapi daging kambing ya mas."

"Ohh oke, berarti aku pesan 2 nasi kebuli ya, pake daging kambing. Aku pesan dulu ya sebentar."

"Excuse me, I want to order 2 kebuli rice with the lamb."

"Oh, of course you can. And for the drink? Do you want to order?"

"Ahh yeah, 2 hot lemon tea please and I want to order for the dessert too."

"Ohh yes sir, what do you want?"

"I would like to order pancake and kebab."

"Just that? Okay. The total is 50 poundsterling"

"Oh sure, let me get the card."

"This is the card."

"Thanks sir. And then just wait in your table. Our staff will bring your order to your table."

"Thank you."

"Sure."

Tidak lama kemudian, pesanan kami pun datang. Aku dan Bunga menyatap dinner itu dengan lahap. Karena memang cuaca malam itu tidak bersahabat dengan perut. Terlalu dingin. Sehingga membuat perutku terus konser di dalam, menabuh lambung dan membunyikan keroncong hingga lapisan perut terluar.

Setelah selesai makan, kami pun langsung pergi ke luar restoran. 

"Mas, makasih ya buat hari ini. Maaf juga kalau udah buat mas kerepotan. Tapi jujur, aku senang banget hari ini." Ujarnya.

"Iya, sama-sama. Aku juga senang kok. Karena pertanyaan-pertanyaan yang membumbung di kepalaku ini, sudah sirna satu-persatu."

"Pertanyaan? Pertanyaan apa mas? Kok kamu gak pernah cerita ke aku tentang itu?"

"Ohh, gak kok. Gapapa. Ini cuman pertanyaan yang mungkin cuman bisa aku aja yang jawab. Karena pertanyaanku ini tidak menyangkut-pautkan siapapun. Jadi tenang saja."

"Hmm, oke mas. Aku pulang dulu ya."

"Oke, aku temenin ya sampe pulang ke asrama. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa di jalan. Karena sudah malam juga. Apalagi kamu perempuan. Kamu tahu kan? Walaupun sekarang penjagaan dan pengamanan di kota sudah di perketat. Namun aku tetap khawatir."

"Ehmm...makasih ya mas..."

Akhirnya aku dan Bunga pun pergi bersama menuju asrama dia. Sepanjang perjalanan, aku hanya menikmati pemandangan kota yang indah. Arsitektur khas abad pertengahan masih berdiri kokoh di sini. Bahkan toko-toko brand ternama memakai gedung tua sebagai tokonya. Aku sangat menikmati suasana di sini. Rasanya seperti sedang kasmaran di tengah kota dengan nuansa old vibes yang kental.

Jujur, mungkin aku sekarang sedang merasakan kasmaran dengannya. Tidak dapat kupungkiri lagi hal itu terjadi padaku. Aku ingin rasa yang sedang kurasakan ini, dapat di rasakan juga oleh orang lain. Namun untuk apa? Apa aku harus mengunggahnya di media sosialku? Tidak mungkin juga rasanya.

Sesampainya aku di asrama Bunga. Aku pun tanpa menunggu lama, langsung berpamitan dengan dia. Aku juga ingin istirahat. Kalian tahu? Kaki ku sangat pegal. Dan tubuhku ingin di rehatkan dan di pijit oleh kasur yang empuk di asramaku.

(Nalar Gila dan Angan Yang Sirna)

Sesampainya aku di asrama. Aku langsung merebahkan badanku di kasur. Hufft. Berat rasanya hari ini. Berjalan jauh. Namun tidak dengan hatiku. Aku merasa hanya lelah fisik dan bukan mental. Bahkan kurasa, mentalku lebih kuat sekarang. Apa mungkin separuh jiwaku telah terisi olehnya? Ah, lagi-lagi nalarku menjadi liar.

Setelah beres-beres dan siap untuk tidur. Tidak butuh waktu lama, aku langsung terlelap dan hanyut ke dalam mimpi yang indah. Aku tidak terlalu ingat, namun kurasa itu adalah mimpi terindah yang pernah kurasakan.

Mentari kembali menyapa. Udara dingin kembali menusuk lara. Aku yang baru siap untuk menyambut dunia. Dunia fana nan di penuhi dengan logika liar. Bergegas menuju tempat favorit, membuat sarapan seperti biasa dan kembali menonton siaran ulang sepak bola.

Yah, hari-hari monoton yang ku lewati setiap harinya. Karena ini akhir pekan, aku memutuskan untuk berolahraga sebentar setelah itu kembali duduk di sofa sembari menikmati hidangan dengan di temani siaran yang membuatku kembali ber-angan.

Pagi itu, ada yang tidak biasa. Notifikasi ponsel ku berbunyi. Ternyata ada pesan dari sang pujaan hati. Menyapa layaknya mentari. Tersenyum layaknya bunga yang sedang ranum. Menebar kebahagiaan seperti ada yang kasmaran.

Bunga. Nama yang indah. Menunjukan sisi feminim sekaligus maskulin. Hah? Maskulin? Hahaha. Maksudku adalah sikapnya. Ia bisa berperangai layaknya pria, dan feminim layaknya wanita. Benar-benar lengkap. Aku tidak tahu perempuan mana yang mirip seperti dia. Mungkin dia hanya satu-satunya.

Ia menyapaku dengan kata "Pagi mas :)" sebuah emoji yang menyiratkan sekaligus memberikan makna yang dalam. Kata itu menurutku mempunyai banyak arti dan membawa pesan yang dalam. Mungkin bagi orang, itu hanyalah kata yang tidak bermakna. Namun bagiku, itu seperti ada pesan yang turun dari surga.

Aku membayangkan bagaimana ia mengetik pesan itu. Senyumnya mampu membuat, bukan hanya aku namun pria lain pun akan luluh. Sungguh hebat memang tipu daya wanita. Ia dapat meluluhkan siapapun. Bahkan yang mempunyai hati sekeras baja. Betapa hebatnya seorang wanita. Tak ayal, banyak wanita yang dijadikan sebagai penggoda. Karena memang ia mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.

Aku pun tanpa ragu langsung meneleponnya.

"Halo Bunga-ku."

"Halo mas, kok tumben pake -ku? Kenapa? Hehehe."

"Oh iya tentu, kan kamu sudah menjadi miliku. Apa tidak boleh aku panggil begitu?" Sembari tertawa kecil.

"Ohh iya juga ya. Aku senang mas. Kamu bisa nerima aku. Dengan berbagai kekuranganku yang kamu sudah tahu dari dulu."

"Tak apa. Semua orang punya kekurangan kan? Begitupun aku. Aku punya kekurangan, namun kamu bisa memaklumi dan menutupi kekurangan itu."

"Mas, aku mau tanya."

"Nanya apa? Nanya aja."

"Tujuan dari mencari belahan jiwa itu apa sih? Menurut kamu?"

"Apa ya...kalau menurutku, manusia itu adalah makhluk pencari. Ia akan mencari apapun yang ingin ia cari. Bahkan sejak lahir, manusia sudah kehilangan separuh jiwanya. Ada bagian dari jiwa manusia itu yang hanya bisa di isi oleh 3 hal."

"Apa itu mas?"

"Pertama Tuhan, kedua keadilan, ketiga pasangan."

"Wah iya mas? Boleh dijelasin gak mas? Hehehe. Aku penasaran soalnya."

Akhirnya aku pun menjelaskan 3 hal tadi secara panjang lebar selama di telepon. Mungkin aku bisa menuliskan sedikit isinya disini. Pertama adalah Tuhan. Mengapa aku memposisikan Tuhan di tempat yang pertama. Karena bagaimanapun, manusia butuh kekuatan spiritual yang berasal dari benda yang tidak nampak. 

Tuhan adalah sumber kekuatan manusia. Tanpa Tuhan, aku yakin manusia akan tidak mempunyai arah tujuan. Manusia tidak bisa menentukan arah tujuannya. Bahkan ia tidak mempersiapkan kematiannya. Tuhan adalah sumber dari segalanya. Tuhan menciptakan manusia, tapi terkadang manusia melupakan Sang Pencipta.

Lalu kenapa ada atheis? Apa kalian pernah berpikir bahwa menjadi atheis itu menyenangkan? Aku rasa tidak. Karena aku pernah bertemu dengan seorang atheis. Ia bingung dengan apa yang dia lakukan pada hidupnya. Ia tidak tahu apa tujuan hidupnya. Namun anehnya, ia adalah orang yang sukses. Tak sedikit harta yang ia keluarkan setiap kali ia beramal. Namun yang lebih anehnya lagi, ia tidak pernah merasa hatinya terisi oleh sesuatu. 

Seperti ada yang kosong dalam hati. Namun ia tidak tahu apa itu. Oleh karena itu, biasanya orang atheis hanya fokus pada pekerjaannya. Menjalankan hidup layaknya robot. Di perbudak dan di mainkan oleh dunia yang fana. Atheis tahu ia akan mati suatu saat. Namun ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menyambut kematiannya dan apa yang akan ia lakukan setelah ia masuk alam kematian.

Memang kematian tidak akan menunggu. Di manapun kita. Kematian akan selalu menghampiri. Kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat dipungkiri. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Bahkan para Raja yang hebat di masa lalu pun mati.

Kedua adalah keadilan. Memangnya apa makna adil? Apa arti dari keadilan? Apa adil sama dengan sama rasa dan sama rata. Kurasa itu adalah prinsip komunis. Dalam komunis, adil adalah sama rasa dan sama rata. Jadi, baik itu pejabat atau rakyat jelata, semuanya sama dan di samakan. Tidak ada bedanya. 

Namun menurutku, keadilan itu adalah sesuatu yang dimana manusia dapat mengalahkan ego dan memenangkan ego. Mengapa? Karena jika manusia dapat mengalahkan egonya terhadap sesuatu yang dia lihat bahwa orang lain lebih membutuhkannya.

Sedangkan dalam memenangkan ego, orang tersebut haruslah memenangkan egonya jika memang ia dalam posisi yang benar. Akan tetapi, jikalaupun ia benar namun orang lain lebih membutuhkan, maka ia harus mengalahkan egonya tanpa alasan apapun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status